JAKARTA (Realita)- Negara dan masyarakat harus hentikan/stop para buzzerRp yang telah merusak character and nation building, merusak demokrasi dan memecah belah bangsa ini menuju pertikaian sosial yang mengkhawatirkan dan mengerikan. Serangan para buzzer adalah tindakan bunuh diri bersama bagi demokrasi yang berkeadaban, yang dibutuhkan bangsa ini dalam menapak ke depan.
Demikian pandangan mantan aktivis HMI ITB Muslim Arbi, akademisi Universitas Paramadina Herdi Sahrasad dan Direktur PEPS Anthony Budiawan, dalam webinar daring bertema '' BuzzeRp : Gerombolan Bayaran Penghancur Bangsa”, di Jakarta Jumat (23/9/2022).
Baca juga: Direktur P3S: Pengangkatan 127 ASN di Minut Sudah Prosedural, Jangan Jadikan Komoditas Politik
Dalam forum itu berbicara sebagai panelis antara lain Direktur PEPS Anthony Budiawan, Dosen Paramadina Herdi Sahrasad, Pegiat Medsos Muslim Arbi, Direktur Narasi Institute Ahmad Nur Hidayat dan Direktur P3S Jerry Massie.
Para panelis menilai, tindakan kaum buzzer itu telah melukai civil society dan merusak peradaban serta menghancurkan demokrasi substansial yang sedang dibangun bersama. ''Para buzzer itu menjadi antek oligarki dan elite politik yang berkuasa untuk merusak demokrasi substansial, mempertahankan kekuasaan yang otoriter, jahat atau korup, mereka harus distop, dihentikan,'' kata Herdi Sahrasad
Demokrasi Indonesia kini, kata Anthony Buadiawan PhD, memang sudah diperhadapkan oleh serangan kelompok ‘Buzzer’ oleh oknum tertentu untuk merusak sistem demokasi bangsa ini.
Menurut Direktur P3S, Jerry Massie diskusi ini membuka mata hati publik mengenai kejahatan buzzer dan penyimpangan yang mereka lakukan, yang merusak demokrasi substansial, menguntungkan oligarki dan elite penguasa, namun menghancurkan kohesi sosial kita. ''Diskusi sangat baik bagi kalangan umum sampai akademisi untuk mendapatkan info soal siapa dan bagaimana cara kerja Buzzer,'' ujar Jerry.
“Kelompok ini sengaja diciptakan untuk menyerang lawan baik itu oposisi. Ada banyak tokoh yang kerap diserang misalkan Said Didu, Anies Baswedan sampai Rizal Ramli,” kata dia.
Cara kerja kata Jerry, melemahkan, mengintimiadasi lawan bahkan sampai ke tahap character assassination (pembunuhan karakter).
Baca juga: Pemerintahan Prabowo Diminta Tak Pakai Jasa Buzzer dan Influencer
Jerry menambahkan, Buzzer di Amerika saat presidential election AS 2020 lalu serta serangan buzzer dalam pemilu Indonesia 2019 silam telah dibongkar.
Kasus yang membuat heboh publik belakangan ini adalag (4 B) Brigadir J, seperti, BBM naik, Bjorka dan Buzzer.
Memamg awalnya buzzer marak di era Pemerintahan Jokowi-Ahok di DKI Jakarta saat pilkada Jakarta.
"Era sebelumnya kita tak pernah dengar Buzzer. Jadi siasat mereka adalah repost, satu berita dan tulisan di-send berulang-ulang. Dan juga 1 orang punya 10 akun, 10 nomor smart phone. Jadi akun ini bodong atau dikenal dengan nama Annynomous (Any),"ungkapnya.
Baca juga: Airlangga Mundur, Pengamat: Jokowi dan Gibran Berpeluang Jadi Ketum jika AD/ART Diubah
Ini beredar luas di jejaring medsos. Kelompok buzzer ini melakukan propaganda dan mengangkat capres yang dibiayai oligarki.
"Mereka akan mengangkat brand image capres boneka mereka, seakan-akan dia paling baik.Walaupun pemerintahan Jokowi standar dan banyak kebijkan tak pto rakyat tapi baik influencer dan buzzer akan memuji setinggi langit,"tegas Jerry.
"Walaupun krisis BBM, minyak goreng tetapi buzzer akan terus memujinya,"pungkasnya.beb
Editor : Redaksi