JAKARTA- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengkonfirmasi varian corona Eek atau E484K terdeteksi di Indonesia sejak Februari. Hal ini ditemukan berdasarkan whole genome sequencing yang dilakukan LBM Eijkman.
"1 spesimen diambil bulan Februari. Ini kan bagian dari surveilans (monitoring pemeriksaan genetik mutasi virus)," kata Nadia melalui pesan singkat, Rabu (7/4).
Baca juga: Cegah Diare pada Balita, Pemkot Surabaya Gancar Vaksinasi Rotavirus
Nadia mengatakan, kasus ini baru ditemukan setelah pengurutan genome pada akhir Maret 2021. Ia belum mengungkap, dari mana kasus varian Eek ini tertular.
Menurut Kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio, kasus varian Eek ini ada di Jakarta Barat. Kondisinya saat ini sudah sembuh.
"Baru satu kasus di Jakarta Barat dan sudah sembuh," kata Amin terpisah.
Baca juga: Echovirus-11, Virus Mematikan yang Menyerang Bayi
Lantas, bagaimana kontak erat dari pasien ini? Apakah ada yang sudah tertular?
"Pasien sudah sehat dan tidak ada penularan dengan kontak eratnya," kata Nadia Tarmidzi.
Baca juga: WHO: Tren Kematian karena Covid 19 Terus Turu, tapi Virus Tetap Ada
Varian corona Eek dikhawatirkan lebih menular. Dan yang lebih penting dan harus diwaspadai adalah varian ini diduga bisa mengurangi efektivitas vaksin.
"Mutasi virus ini tidak membahayakan tetapi kita harus waspada kalau terjadi multiple mutasi yang salah satunya E484K," tutup Nadia.ran
Editor : Redaksi