Pakar: Mega Kalah Strategi dengan Prabowo dan Airlangga

realita.co
DR Jerry Massie MA, PhD. Foto: Istimewa

MEGAWATI anggap dirinya dizolimi Jokowi, tapi saya kiri Mega sendirilah yang melakukannya saat melanggar perjanjian batu tulis bersama Prabowo Subianto. Ketum PDIP ini pun menghianati perjanjian ini. Wajar saja jika dia dihiianati Jokowi.

Coba sejak awal saya usulkan Prabowo-Puan ataupun Prabowo-Ganjar maka Gerindra bisa bersanding dengan PDIP dan Jokowi otomatis akan mendukungnya.

Baca juga: Direktur P3S:  Pengangkatan 127 ASN di Minut Sudah Prosedural, Jangan Jadikan Komoditas Politik

Saya kira salah satu alasan Jokowi keluar adalah keluar dari posisinya sebagai petugas partai.

Memang selama ini Jokowi identik dengan petugas partai bukan petugas rakyat.

Suara Mega lebih kuat dari suara rakyat. Jadi PDIP tak perlu murka dan sedih saat Gibran dipasangkan dengan Prabowo oleh Golkar.

Baca juga: Pemerintahan Prabowo Diminta Tak Pakai Jasa Buzzer dan Influencer

Memang kuncinya ada ditangan Golkar yang mana Airlangga rela melepas posisinya sebagai kandidat cawapres terkuat Prabowo demi mengamankan posisi Gibran sebagai cawapres Prabowo.

Nah, ini tak dibaca PDIP. Mereka hanya suara yang gede dipublik mengkritik keluarga Jokowi dengan menyebut Kaesang anak ingusan, Jokowi petugas partai sampai Gibran pun. Bahkan saat Gibran ketemu Prabowo wali kota Solo ini dihajar habis-habisan PDIP.

Mereka sibuk ngurusin keluarga Jokowi ketimbang membaca arah dan angin politik yang mana Jokowi mulai merasa comfort and safety (nyaman dan aman) bersama Gerindra dan Golkar.

Baca juga: Megawati: Bahaya, Pimpinan Negara Sudah Lupa Diri

Saya kira kali ini Mega kalah strategi politik dengan Prabowo bahkan Airlangga. Mega berpikir sebagai petugas partai maka otomatis Jokowi akan mendukung Ganjar ternyata Mega keliru dan salah menafsirkan.

DR Jerry Massie MA, PhD (Direktur Political and Public Policy Studies)

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru