LAMONGAN (Realita) - Pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah Lamongan sebentar lagi dimulai. Geliat untuk membangun koalisi partai dan simulasi tentang konfigurasi calon Bupati dan calon wakil Bupati juga mulai agresif dilakukan oleh para elit partai politik di Lamongan. Mengotak atik pasangan bakal calon Bupati dan bakal calon wakil Bupati sudah menjadi seni atau tradisi tersendiri dalam memainkan strategi pemenangan setiap pilkada Lamongan dimulai.
Lebih dari membangun konfigurasi, para pemilik partai kian berkonsolidasi secara masif untuk mencari pasangan yang paling ideal dalam merebut hati rakyat Lamongan, sehingga kemenangan bisa diraih secara maksimal. Dalam prosesnya, ada semacam situasi bawah sadar yang memicu adrenalin para petarung untuk ikut turun di gelanggang kompetisi dalam perebutan pimpinan Daerah.
Baca juga: Ratusan Warga Bakalanpule Siap Menangkan Paslon Abdul Ghofur dan Firosya Shalati di Pilkada Lamongan
Ini adalah kempetisi yang bermetamorfosis pada perebutan kekuasaan dan demokrasilah yang menjadi sistemnya. Seni dalam mengapai kekuasaan ini seolah-olah menjadi tradisi yang banyak diminati oleh berbagai kalangan, bahkan mereka secara seporadis menjustifikasi sebagai para petarung yang ulung, yang mampu memenangkan permainan PILKADA ini. Fenomena ini selalu hadir di setiap saat momentum pesta demokrasi dimulai,
Kompetisi dengan banyak pemain atau kekuatan tambahan akhirnya menjadi mafhum karena para filosof juga jau hari mengatakan bahwa manusia selain sebagai zoon piliticon manusia juga ditafsir oleh Johan Huizinga sebagai homo ludens (manusia bermain), wajar jika manusia selalu berikrar pada dirinya sebagai petarung dalam pangung demokrasi.
Adrenaline manusia seakan terdorong untuk mengambil peran didalam permainan demokrasi tersebut. Karena di arena itulah manusia akan teruji dan terseleksi integritasnya sebagai manusia politik yang berorientasi pada kebaikan bersama atau sebaliknya.
Bedah dengan yuval noah harari yang mengatakan bahwa manusia adalah mahkluk yang istimewah, superior dari mahkluk yang lainya, dia merasa selalu unggul dibanding lainya, super ego inilah triger awal bagi manusia menjadi mahkluh egois bagi manusia lainnya dan kekuasaan menjadi media yang paling representatif baginya untuk mengaktualisasi tabiat politiknya, sehingga kekuasaan lah pada faktanya yang menjadikan manusia sebagai makhlul yang superior dan jika kualiti kontrolnya tidak kuat pada akhirnya menjelmah menjadi tiran. (Semoga tidak terjadi di Lamongan).
Dalam historisnya dimana Kekuasaan yang awalnya di kelolah oleh satu orang (monarki) dan berkembang dikelolah oleh berbagai orang (aristokrasi), dengan dinamikanya akhirnya kekuasan merevolusi dirinya menjadi Demokrasi dengan pembagian kekuasaan menjadi trias politika (eksekutif, legislatif dan yudikatif). Demokrasi dengan dinamikanya sekarang harus dikembalikan pada subtansi dan sejarahnya yaitu bertujuan untuk kemakmuran rakyat sepenuhnya, jangan sampai demokrasi mengalami distori jau dari subtansinya.
Kembali pada dinamika pilkada, pilkada sebagai instrumen peralihan kekuasaan secara konstitusi, harus dimanfaatkan dengan baik oleh para pemilih, variabel ini menjadi penting bagi para pemilih agar pembangunan diperuntukan kembali seutuhnya pada Lamongan.
Baca juga: Debat Perdana Pilkada Lamongan, Gaya Komunikasi Cerminkan Kepemimpinan
Pembangunan bukan hanya berorentasi pada pembangunan infrastruktur saja, tapi juga harus pada pembangunan manusia, pembangunan pendidikanya, pembangunan budayanya, pembangunan ekonominya lebih penting lagi adalah pembangunan sosial-nya. Dalam pandangan james midgle pembangunan apapun kalau masih menyisakan masalah adalah pembangunan yang terdistorsi. Untuk itu pembangunan harus di orentasikan sepenuhnya untuk kebaikan bersama.
Lamongan dengan berbagai kelebihan dan kekuranganya harus bisa menciptakan manusia-manusia unggul manusia dengan kualitas tinggi (the great of people), manusia manusia yang sesungguhnya, manusia yang melampaui agar menghantar Lamongan untuk menemukan bentuk kejayaanya.
Dengan berbagai potensi yang dimiliki Lamongan, serta karakter masyarakat yang kuat (fighter), berpikiran dan bekerja kuat tidak (mudah menyerah), dengan variabel tersebut Lamongan punya modal dasar yang kuat untuk take off menjadi daerah yang berkemajuan dan berdaya saing tinggi.
Dengan pilkada ini Mari kita jadikan sebagai momentum yang bukan hanya sekedar pesta demokrasi tapi juga menjadi perayaan kesadaran masyarakat bersama untuk menentukan pemimpin yang bener-bener punya orentasi pada kebaikan bersama, kesejahteraan masyarakat dan pembangunan Lamongan seutuhnya.
Baca juga: Tim YES - Dirham Ajak Pilkada Lamongan tanpa Membedakan Golongan
Pembangunan seutuhnya adalah pembangunan yang mampu menyelesaikan masalah-masalah yang mendasar, yang mampu memenuhi kebutuhan mendasar masysrakat dan mampu mengoptimalkan kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja atau membuka peluang kerja semaksimal mungkin (full employment)
Selain itu pembangunan harus jelas keterpihakanya, kepada siapa pembangunan harus mentransformasi obyeknya untuk menjadi lebih baik, pembangunan yang baik harus pro poor, pro job dan pro enviroment. Agar Lamongan menjadi daerah yang berkemajuan, unggul dan melampui daerah-daerah lainya. Semoga harapan-harapan ini ada pada pemimpin yang terpilih nanti. Amin
Penulis : Qomaruddin, SE., M.Kesos
Editor : Redaksi