JAKARTA – Direktur eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menyayangkan statement juru bicara Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto yang menyebutkan bahwa badan intel elite milik Indonesia melakukan operasi penyusupan di kelompok Taliban.
“Ini strategi yang blunder dan keliru total bukan rumus intelijen. Aneh saja, penyusupan tapi infonya dibuka ke publik lewat media online,” kata Jerry Sabtu (4/9/2021).
Baca juga: Direktur P3S: Pengangkatan 127 ASN di Minut Sudah Prosedural, Jangan Jadikan Komoditas Politik
Jerry menjelaskan jika informasi jubir BIN ini diakses oleh Taliban, bisa jadi kelompok yang berpusat di Afghanistan itu akan melakukan screening. Dan jika sampai intel BIN dideteksi oleh Taliban, justru akan membahayakan jiwa perwira mereka di lapangan dan membuat blunder besar bagi lembaga intel di Indonesia itu.
“Kalau ketahuan kita bakal malu, dan lembaga intelijen kita bakal tercoreng,” jelasnya.
Seharusnya, menurut Jeery informasi sensitif ini tidak menjadi konsumsi publik dan biarkan menjadi rahasia khusus lembaga keamanan negara.
“Ini kerjaan top secret atau menjaga rahasia kalau perlu nama anonymous atau no name. Contoh, agen CIA tugasnya mengumpulkan informasi seputar pemerintah asing, perusahaan, dan individu,” ungkapnya.
Selanjutnya Jerry menyebutkan bahwa pentingnya memahami dunia intelijen ala FBI, KGB, Mossad sampai M-16 Inggris. Menurutnya, pola intelijen mereka cenderung rapih.
“Kalau kita mau main safety maka jangan pernah membuka alasan dan tujuan kita menyelidiki sesuatu atau modus operandi. Perlu silent system and closed system. Silent sistem adalah perilaku diam tak membocorkan target baru menghapus data-data kalau di Amerika di kenal dengan data Social Security (SS) nomornya sangat rahasia,” tandasnya.
Masih kata Jerry, bahwa metode penyamaran sudah tepat, akan tetapi ketika justru dibuka ke publik maka metode penyamaran akan terkesan rancu.
“Ini ibarat kalau perang, musuh sudah tahu siasat kita. Jadi memang tak perlu diumbar ke publik lah,” pungkasnya.
Baca juga: Pemerintahan Prabowo Diminta Tak Pakai Jasa Buzzer dan Influencer
Sebelumnya, Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto menyebut pihaknya terus berupaya memperkuat diplomasi di seluruh elemen. BIN menyusup masuk ke kelompok-kelompok perlawanan, termasuk Taliban, di Afghanistan.
“Kita menyusup ke seluruh kelompok-kelompok perlawanan, termasuk ke dalam Taliban sendiri. Kelompok perlawanan lainnya yang kita terus usahakan,” kata Wawan dalam diskusi yang ditayangkan di YouTube Gelora TV, seperti dilihat, Kamis (2/9).
Wawan menjelaskan tujuan penyusupan BIN tersebut. Menurutnya, hal itu bertujuan menjaga dan mencegah perang merembet hingga ke Indonesia.
“Kita terus usahakan supaya mereka tetap menjaga komitmen, supaya tidak sedikit-sedikit melepaskan emosi untuk meledakkan bom, termasuk bom bunuh diri,” ucapnya.
Wawan tak menjelaskan kelompok mana saja yang sudah disusupi BIN. Yang pasti, kata Wawan, Indonesia tidak ingin terjadi kekacauan di dalam negeri karena peperangan.
Baca juga: Airlangga Mundur, Pengamat: Jokowi dan Gibran Berpeluang Jadi Ketum jika AD/ART Diubah
“Menjaga lebih baik daripada mengobati, karena setelah terjadi serangan pasti ada dendam di situ dan kita ingin supaya semua pihak menahan diri. Jadi kita sekarang bergerak untuk menyusupkan teman-teman kita kepada tubuh lawan-lawan itu di berbagai negara untuk bareng-bareng menjaga karena secara prinsip Indonesia tidak ingin terjadi perpecahan,” ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa bangsa Indonesia kerap terbawa suasana gejolak masalah di negara Timur Tengah. Sebab, kata dia, Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah memiliki ikatan religi.
“Maka sebelum ini semua menjadi pecah nggak karuan lebih baik kita masuk dulu ke seluruh elemen dan kita berusaha sekeras-kerasnya, sekuat-kuatnya melakukan penetrasi dan sekarang sih tampaknya masih kita mampu melakukan kontrol itu,” katanya.
“Dan mudah-mudahan dengan diplomasi yang baik tadi insyaallah bisa mencegah ada perpecahan dan perseteruan panjang yang membawa korban,” imbuhnya. jr
Editor : Redaksi