KABUL - Krisis yang terjadi di Afghanistan membuat sistem keuangan terganggu. Hal ini turut mempengaruhi kondisi perbankan nasional di negara tersebut.
Kepala Eksekutif Islamic Bank of Afghanistan Syed Moosa Kaleem Al-Falahi mengungkapkan kondisi ini terjadi karena banyak nasabah panik dan melakukan rush money.
Baca juga: Demo Tuntut Keseteraan Gender, Wajah Para Wanita Afghanistan Disemprot Merica
"Ada penarikan dana besar-besaran sekarang. Tapi banyak bank yang tidak beroperasi," kata dia dikutip dari BBC, Selasa (28/9/2021).
Sebelum Taliban menguasai, kondisi perekonomian di Afghanistan memang sudah tidak baik-baik saja, bahkan sudah goyah. Afghanistan memang sebuah negara yang pembiayaan negaranya bergantung pada asing.
Sebanyak 40% produk domestik bruto (PDB) Afghanistan berasal dari bantuan internasional.
Baca juga: Taliban Memohon ke China Cairkan Dana
Apalagi setelah banyak aset-aset yang dibekukan oleh Bank Dunia dan IMF. Taliban berupaya keras untuk mencari sumber dana lain dari banyak pihak.
Al Falahi menyebut, bahkan Taliban sedang menjajaki bantuan dengan China, Rusia dan sejumlah negara lain.
Apalagi China juga telah mengutarakan keinginannya untuk membantu Afghanistan dan bekerja sama dengan Taliban.
Baca juga: Undang Investor, Putra Pendiri Taliban Muncul di TV
Dalam sebuah editorial di Global Times disebutkan ada potensi kerja sama yang besar antara China dan Taliban untuk pembangunan Afghanistan. China dipastikan akan berkontribusi besar untuk pembangunan tersebut.
Al Falahi menyebutkan, namun saat ini Taliban dituntut untuk memperbaiki kondisi perekonomian Afghanistan saat ini. Banyak masalah yang terjadi seperti inflasi yang melonjak, mata uang yang anjlok hingga banyaknya pengangguran dan kemiskinan.ik
Editor : Redaksi