JAKARTA (Realita)- Masyarakat diajak lebih toleran terhadap perbedaan yang ada di Indonesia. Termasuk kepada perbedaan agama, keyakinan dan hal lainnya di yang dianut di Tanah Air.
Sebab hal ini juga merupakan pesan ajaran Islam dalam menjaga kerukunan antar umat beragama, serta persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Terlebih, sebentar lagi momen perayaan hari suci umat Kristiani yakni Natal, akan segera berlangsung pada 25 Desember 2022.
Baca juga: Baznas Jawa Tengah dan PP MAJT Kerjasama Dirikan Pesantren Tahfidz Al-Quran
"Mari kita menjaga kerukunan antar umat beragama dengan cara menolak paham-paham radikalisme, intoleran apalagi terorisme," ujar Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nurul Hidayah, Ustaz Iwan Muhijat di Cipayung Jakarta Timur, Rabu (21/12/2022).
Hal ini juga ditegaskan Iwan dalam sebuah kajian tafsir yang dilaksanakan usai salat subuh berjamaah, yang dihadiri masyarakat setempat. Kegiatan ini hasil kerja sama DKM Nurul Hidayah bersama Polri.
Menurut Iwan, sikap dan tindakan intoleran, radikal hingga aksi terorisme, merugikan dan memecah belah bangsa. Dan tidak dibenarkan di dalam agama Islam, bahkan dapat menjelekkan agama Islam sebagai agama yang rahmatan lil aalamiin, atau rahmat bagi semua.
"Mari tebarkan Islam yang aman, damai dan amanah. Iman, amanah dan aman berasal dari satu kata yang sama. Prinsip-prisnip inilah yang ingin disampaikan oleh Islam," kata dia.
"Terlebih ini menjelang Natal, sikap dan tindakan seperti itu tak boleh mendapat tempat dan ruang di Indonesia," imbuh Iwan.
Apalagi, kata dia belum lama terjadi aksi terorisme di Mapolsek Astana Anyar, Bandung beberapa waktu lalu. Menurut dia, pangkal dari aksi terorisme ialah minimnya pengetahuan tentang Islam, berpegang pada satu pendapat yang lemah tanpa melihat perbandingan pendapat yang lebih kuat dari para ulama, faktor ekonomi dan salah di dalam memilih teman pergaulan. Pemahaman sempit seperti ini dapat mendorong untuk melakukan tindakan-tindakan dan sikap tidak menghormati adanya perbedaan.
Baca juga: UPZ AlQodar Salurkan Zakat Produktif dan Zakat Konsumtif
Menurut Ustaz Iwan, Nabi Muhammad SAW atau Rasulullah dahulu telah memberikan contoh agar antar umat beragama saling menghormati, bertoleransi hingga saling menjaga satu sama lain. Ini dibuktikan saat Rasulullah SAW dan para shahabatnya hijrah ke Madinah.
Kala itu, Nabi Muhammad diharapkan dapat menyatukan, mendamaikan dua suku yang sudah lama berperang yaitu Suku Aus dan Khazraj.
"Dan beliau, Rasulullah berhasil mempersaudarakan komunitas yang ada di Madinah dengan mengadakan konsensus (kesepakatan) bersama yang dikenal Piagam Madinah (shulhu Madinah), kesepakatan yang disusun oleh Rasulullah bersama suku dan kaum di wilayah yang dahulu dinamai Yatsrib itu," papar Iwan.
"Isi dari Piagam Madinah yaitu melindungi seluruh komunitas yang ada di Madinah. Saling melindungi, menghormati, yang Islam, Yahudi silakan, mereka tetap aman. Bebas menjalankan keyakinan agama masing-masing tanpa rasa khawatir. Apabila ada serangan musuh dari luar, mereka sama-sama mempertahankan kota Madinah," imbuhnya.
Baca juga: Kunjungan Pejabat Kemenag RI di TPQ Plus Alqodar
"Oleh karena itu kita nggak boleh berbuat zalim kepada non-Muslim. Kepada hewan saja kita nggak boleh, apalagi kepada sesama umat manusia," sambungnya.
Dalam kesempatan itu, Ustaz Iwan turut menyinggung ideologi khilafah. Menurut dia, Rasulullah sendiri tak pernah mengajarkan hal itu di zamannya.
"Di negara-negara Islam saja saat ini tidak ada itu yang menerapkan konsep khilafah tetapi berbentuk kerajaan. Di arab Saudi misalnya, emirat (Qatar, UAE dan lainnya), bayi pemimpin mereka yang lahir langsung calon raja semua itu," tandasnya.kik
Editor : Redaksi