Saat Dewan Keamanan PBB Terus Rapat, Israel Tak Berhenti Bunuh Warga Sipil Palestina

realita.co
Sementara DK PBB terus rapat, korban sipil berjatuhan di Palestina. Foto: BBC

NEW YORK- Dewan Keamanan (DK) PBB pada Rabu (25/10/2023) kembali gagal mengambil tindakan terhadap perang Israel-Hamas. Ini disebabkan veto dari Rusia dan China terhadap resolusi yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Dikutip AFP, AS, yang merupakan pendukung Israel, mengajukan sebuah resolusi yang akan mendukung "jeda kemanusiaan" untuk membiarkan bantuan masuk ke Jalur Gaza yang diblokade. Draf Washington juga mendukung hak "semua negara" untuk membela diri dalam batas-batas wilayah sesuai hukum internasional.

Baca juga: Rusia Jatuhkan Bom Seberat 3,3 Ton ke Ukraina

Namun draf resolusi yang dipimpin AS tidak menyerukan gencatan senjata penuh. Rusia mengajukan proposalnya sendiri yang mengupayakan "gencatan senjata kemanusiaan yang segera, tahan lama, dan dihormati sepenuhnya" dan "mengutuk semua kekerasan dan permusuhan terhadap warga sipil."

Sepuluh negara mendukung resolusi AS tetapi Rusia dan China menggunakan hak veto mereka. Uni Emirat Arab (UEA), yang menormalisasi hubungan dengan Israel 2020 silam, juga memberikan suara menentang. Dua negara lainnya, Brasil dan Mozambik, abstain.

"Sudah jelas bahwa AS tidak ingin keputusan Dewan Keamanan PBB mempunyai pengaruh apapun terhadap kemungkinan serangan darat Israel di Gaza," kata perwakilan Rusia, Vassily Nebenzia.

"Dokumen yang sangat dipolitisasi ini jelas mempunyai satu tujuan, bukan untuk menyelamatkan warga sipil namun untuk menopang posisi politik AS di kawasan," katanya.

Ini merupakan kali kedua resolusi terkait serangan ke Gaza batal karena veto. Pekan lalu, Washington memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan jeda kemanusiaan dalam konflik Israel-Hamas. Alasannya, resolusi tersebut tidak mengakui hak Israel untuk membela diri.

Baca juga: Gitaris Sheila On 7 Eross Candra, Lelang Gitar untuk Gaza

Dengan batalnya kembali resolusi ini, Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, bersikeras bahwa drafnya telah mengakomodir masukan dari negara-negara lain. Menurutnya, masukan itu diterima setelah veto Washington pekan lalu.

Ia juga menuduh Rusia, yang sering menerima kritik sejak serangan ke Ukraina, melakukan "perilaku sinis dan tidak bertanggung jawab" karena mengajukan teksnya sendiri "tanpa konsultasi" dan "sejumlah bagian yang bermasalah."

"AS sangat kecewa karena Rusia dan China memveto resolusi ini. Padahal kami mendengarkan Anda semua," kata Thomas-Greenfield.

Baca juga: Dewan Keamanan PBB Resmi Setujui Resolusi Gencatan Senjata, Bagaimana jika Israel Masih Bandel?

Sementara itu, dengan mandeknya draf ini, DK PBB diminta untuk merespons secara nyata situasi mengerikan di Gaza. Duta Besar UEA, Lana Nusseibeh, mengatakan bahwa forum itu diminta untuk memberikan nilai yang sama terhadap kehidupan warga Palestina dan Israel.

"Kami tidak bisa membiarkan adanya keraguan mengenai hal ini. Tidak ada hierarki kehidupan sipil," ujarnya.bc

 

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru