LABUAN BAJO (Realita)- Desa wisata Loha menjadi salah satu destinasi wisata favorit baru di kabupaten Manggarai barat provinsi Nusa tenggara timur (NTT). Desa ini menyimpan kekayaan alam tersembunyi yang selama ini belum banyak diketahui publik.
Desa yang berada di kecamatan pacar dan berbatasan langsung dengan kecamatan Boleng tersebut memiliki objek wisata alam yang indah dengan keunikan tersendiri seperti Cunca Namo, Nua waka dan Tiwu Ruh.
Baca juga: Kunjungan Wisman ke Jatim Naik, tapi RLMT Hotel Bintang Turun
Cunca Namo merupakan objek wisata air terjun dengan ketinggian kurang 20 meter. percikan air yang jatuh, sesaat terlihat menyerupai kabut apabila tiupan angin menghempasnya. Bongkahan batu alam berbagai ukuran yang berada di bawahnya seakan menambah keeksotisan air terjun (watterfall) yang berada 25 meter dari break point.
Untuk mencapai cunca Namo, harus turun melalui tangga yang terbuat dari kayu seadanya yang dibuat masyarakat setempat
Tidak jauh dari cunca Namo, terdapat sebuah Gua yang oleh masyarakat setempat menyebutnya Nua waka. Berjarak kurang lebih 30 meter dari break point, Nua waka ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih 5 menit dari cunca namo.
Nua waka merupa lubang bawah tanah yang menurut Masyarakat setempat panjangnya diperkirakan mencapai 1,5 hingga 2 km. Belum ada masyarakat yang mengaku pernah menjelajahi gua bawah tanah tersebut sebab jarak yang cukup panjang membuat mereka takut. selain gelap mereka juga takut jika pada titik tertentu mengalami kekosongan udara atau bahkan tidak adanya sirkulasi udara.
Nua waka terlihat berdinding dan beratapkan batu yang terlihat rapi layaknya bangunan. Di permukaannya tampak sebuah batu besar menutupi sebagian pintu masuk sehingga sedikit menyulitkan orang masuk ke dalam gua tersebut.
Cahaya dari luar hanya mampu menerangi hingga jarak 10 meter dari permukaan. Untuk busa masuk lebih dalam lagi membutuhkan alat penerang seperti senter dan lainnya.
Sementara di Tiwu Ruh, pengunjung dapat berenang dalam kolam yang mereka sebut kolam alam untuk bisa merasakan segarnya air kali yang diapiti pepohonan di alam yang masih asri dan hijau tersebut. Tiwu Ruh, berjarak kurang lebih 150 meter dari break point.
Objek wisata desa Loha ini mulai banyak diminati wisatawan lokal serta komunitas pencinta alam setelah dalam beberapa waktu belakangan viral di media sosial seperti facebook dan group Whatssapp.
Pemerintah desa Loha bersama masyarakat berkomitmen untuk melakukan penataan dan pengelolaan desa wisata loha secara baik dengan mengedepankan budaya lokal. sebagai langkah konkret pemerintah desa Loha telah membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) desa Loha untuk menata dan mengelola wisata desa lokal.
Saat ini pokdarwis bersama pemerintah desa Loha sedang merancang berbagai konsep penataan dan pengelolaan desa wisata Loha.
Namun demikian, sumber daya alam (SDA) desa wisata Loha harus dikelola dengan baik dan benar agar mencapai tujuan dan dampak positifnya bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. dalam konteks tersebut kapasitas sumber daya manusia (SDM) harus diperkuat melaui berbagai kegiatan dan pelatihan.
Mengingat hal tersebut pokdarwis desa wisata Loha menyelenggarakan pelatihan tata kelola desa wisata dengan tagline ‘Desa Wisata Loha Menuju Smart & Preneur Village Berbasis Digital’ yang berlangsung sejak tanggal 4 hingga 9 Agustus 2021 di kantor desa Loha.
Pelatihan tersebut memuat 6 materi pokok antara lain; Empowering the CBT, kelembagaan/organisasi, manajemen & bisnis, story telling/guiding, digital (platform & media sosial), dan manajemen sampah.
Selain diikuti anggota pokdarwis itu sendiri, pelatihan tersebut juga melibatkan pelajar SMP dan SD yang ada di desa Loha.
Baca juga: Terdampak MRP, 126 Penambang Gamping Ponorogo Dapat Bantuan
Ketua Pokdarwis desa Loha Gregorius Eman mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai langkah dalam kaitan konsep penataan dan pengelolaan desa wisata Loha seperti observasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang desa wisata termasuk pelatihan tata kelola desa wisata Loha, Minggu (06/08/2021).
Menurutnya pelatihan itu juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengenal lebih dalam mengenai desa wisata, tujuan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Eman berharap ke depan wisata desa Loha akan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat desa Loha itu sendiri serta akan menjadi desa contoh bagi desa lain tentang pengelolaan desa wisata dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.
Eman menuturkan, konsep wisata desa Loha akan dikemas dalam konsep Agro wisata, untuk mencapainya, ke depan mereka akan mengajak masyarakat untuk menanam tanaman pertanian seperti durian dan banyak tanaman pertanian lainnya.
Di sisi lain, Eman mengemukakan sejumlah hal yang menjadi faktor penunjang wisata desa Loha yang kini masih menjadi persoalan tersendiri, di antaranya infrastruktur jalan, penerangan dan jaringan telekomunikasi termasuk anggaran dana karena itu Ia berharap akan adanya perhatian, bantuan dan dukungan pemerintah termasuk pemerintah desa Loha.
Eman mengakui, selama ini pemerintah desa Loha selalu mendukung dalam setiap kegiatan yang dilakukan Pokdarwis.
Pendiri (founder) KSU sampah komodo Labuan bajo, Margareta Subekti menjadi salah satu nara sumber yang membawakan materi tentang manajemen pengelolaan sampah, kepada peserta pelatihan Margareta memberikan edukasi tentang cara pengelolaan sampah baik organik maupun non organik seperti plastik.
Diwawancarai media ini, Margareta mengatakan bahwa bahwa pelatihan tersebut adalah belajar bersama tentang bagaimana mengelola sampah.
Baca juga: Masuk Taman Nasional Komodo, Wisatawan Harus Bayar Rp 3,75 Juta per Kepala
Menurutnya, manajemen pengelolaan sampah di desa wisata sangat penting dilakukan dengan cara didaur ulang. Namun daur ulang itu dilakukan sesuai spesifikasi jenis sampah, oleh karena itu sampah terlebih dahulu dipilah antara sampah plastik dan non plastik
Sampah plastik dapat didaur jadi barang bermanfaat seperti pot bunga, tempat sampah dan kerajinan lainnya. Sementara yang non plastik dapat didaur ulang menjadi pupuk kompos
Selain mengedukasi cara pengelolaan sampah, Margareta juga memberikan edukasi kepada ibu ibu di desa Loha tentang cara pengolahan bahan pangan lokal seperti umbi umbian menjadi makanan yang lebih enak dan lezat
Margareta mengaku senang berbagi ilmu dengan ibu ibu di desa Loha yang menurutnya baik dan ramah. Ia juga merasa senang bisa menikmati keindahan alam Loha yang menurutnya sangat eksotik.
Dalam kesempatan yang sama penjabat kepala desa Lambertus Jenaru mengatakan pemerintah desa Loha siap mendukung pokdarwis dalam pengelolaan wisata desa Loha termasuk dari sisi anggaran.
Lambertus bahkan mengungkapkan tahun 2022 pemdes Loha rencananya akan mengalokasikan 75% dana desa (DD) untuk penataan, pengelolaan dan pengembangan wisata desa Loha termasuk kegiatan dalam upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) terutama bagi anggota pokdarwis itu sendiri.
Lambertus mengaku selama ini pemerintah desa Loha telah memberikan dukungan kepada pokdarwis dalam kaitan pelaksanaan berbagai kegiatan pengelolaan wisata desa Loha.PaulNabang
Editor : Redaksi