SEMARANG (Realita)- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Tengah bekerjasama dengan Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jawa Tengah untuk menurunkan kasus stunting.
Baca juga: Dukung Pencegahan Stunting, PLN Berdayakan Peternak Ayam Petelur di Kabupaten Malang
Kasus stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kesepakatan kerja sama tersebut dituangkan dalam naskah MoU yang ditandatangani oleh Kepala BKKBN Perwakilan Jateng drg Widwiono MKes dan Ketua BP4 Jateng Dr Nur Khoirin MAg di Hotel Metro Semarang, Jumat (17/12).
Pada kesempatan itu juga digelar acara Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) BP4 Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah. Hadir pada kesempatan itu Kepala BKKBN Pusat dr Hasto Wardoyo SpOG, dan sejumlah pejabat terkait lainnya.
Dalam sambutannya Kepala BKKBN Pusat Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa stunting perlu penanganan secara serius. Sebab, kasus stunting di Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 27,7 persen. ''Kasus stunting harus kita tangani bersama-sama. Apalagi, fokus Presiden Jokowi pada periode kedua pemerintahannya adalah meningkatkan kualitas SDM. Dan, salah satunya adalah penanganan kasus stunting,'' tandasnya.
Oleh karena itu, pihaknya menyambut baik dan memberikan apresiasi yang tinggi terhadap MoU antara BKKBN Perwakilan Jateng dan BP4 Jateng. ''Kerja sama menangani stunting ini juga untuk menuju kedamaian keluarga,'' tuturnya.
Baca juga: Tekan Angka Stunting, TP PKK Sumenep Gelar Sekolah Orang Tua Hebat
Hasto Wardoyo menjelaskan, anak yang terkena kasus stunting pasti tinggi tubuhnya pendek. Tetapi, anak pendek belum tentu stunting. Seseorang yang terkena stunting pasti pendek, intelektualitasnya rendah, badannya gemuk di tengah atau gendut. ''Seseorang yang stunting pasti tidak produktif.''
Sementara itu kepala BKKN Perwakilan Jateng drg Widwiono MKes menambahkan, anggaran untuk program penanganan stunting pada tahun 2022 sudah tersedia, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Oleh karena itu, dalam praktiknya Dinas KB (atau istilah lain serupa) dan BP4 dapat berjalan bersama menanganai stunting dengan mengguanakan anggaran tersebut secara proporsional.
Menurutnya, penurunan kasus stunting juga bagian dari tujuan perkawinan, yakni mewujudkan keluarga yang tangguh dan sehat. ''Kalau semua pihak memberikan perhatian dan kerja keras dengan baik, kasus stunting dapat diatasi. Tujuannya SDM Indonesia ke depan semakin berkualitas,'' tandasnya.
Baca juga: Unim Mojokerto Beri Bantuan Mesin Penepung ke PKK Kembangbelor, Dukung Zero Stunting
Memberikan Apresiasi
Pada kesempatan itu Ketua BP4 Jateng Dr Nur Khoirin menyatakan pihaknya merasa tersanjung dan memberikan apresiasi yang tinggi karena diajak kerja sama dengan BKKBN Perwakilan Jateng untuk menangani masalah menuju keluarga yang tangguh. Apalagi, kerja sama serupa juga sudah dilakukan di tingkat pusat. ''Insya Allah stunting di Jawa Tengah dapat ditangani bersama,'' katanya.
Pihaknya menjelaskan, BP4 merupakan ormas yang mandiri. Salah satu tugasnya adalah memberikan bimbingan penasihatan perkawinan dari pusat sampai tingkat kecamatan atau Kantor Urusan Agama (KUA). Pengurusnya tidak digaji, justru dalam awal periodenya para pengurus iuran sukarela untuk keperluan rapat-rapat koordinasi dan operasional kantor kesekretariatan. ''Alhamdulillah dalam perjalanan berikutnya, BP4 dapat bantuan dari Baznas Jateng,'' tuturnya.
Ke depan, lanjutnya, BP4 berencana mendirikan ''bengkel keluarga'' di tingkat kecamatan. Untuk menuju ke sana, maka perlu dipersiapkan tenaga konselor. Berikutnya juga dibutuhkan tenaga mediator bersertifikat untuk tingkat kabupaten/kota. ''Kami berencana kerja sama dengan BKKBN untuk menggelar pelatihan konselor dan mediator bersertifkat. Hal ini agar masalah-masalah keluarga dan perceraian dapat ditangani secara baik guna menuju ketahanan keluarga yang tangguh,'' tandasnya.
Editor : Redaksi