MUNICH- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah cacar monyet bukan keadaan darurat global. Namun begitu, pihaknya tetap menyorot cacar monyet sebagai ancaman kesehatan yang terus berkembang.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk meningkatkan pengawasan, pelacakan kontak, dan pengujian agar orang berisiko bisa memiliki akses perawatan memadai. Pasalnya sejak awal Mei, data WHO telah mengidentifikasi setidaknya 3.000 kasus cacar monyet di lebih dari 50 negara.
Baca juga: Klub Gay di Colorado AS Ditembaki, 5 Orang Tewas
WHO melaporkan, wabah cacar monyet kini paling banyak mempengaruhi pria gay dan biseksual. Terutama, yang melakukan hubungan seks dengan pasangan baru, atau bergonta-ganti pasangan.
Dari 468 pasien cacar monyet yang mengungkapkan informasi demografis, 99 persen di antaranya adalah laki-laki. Sebagian besar dari pasien tersebut diidentifikasi sebagai pria yang berhubungan seks dengan pria dan memiliki usia rata-rata 37 tahun.
Baca juga: Viral Video Sepasang Kekasih Bercinta Dalam Tenda di Gunung Salak
Namun seiring itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan siapa pun bisa tertular cacar monyet lewat kontak dekat, terlepas dari orientasi seksual.
Cacar monyet umumnya diawali dengan gejala yang mirip dengan flu seperti demam, sakit kepala, nyeri tubuh, kedinginan, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Kemudian, muncul ruam berbentuk jerawat atau lecet di tubuh. Biasanya, pasien cacar monyet paling menularkan virus ketika sedang mengalami ruam-ruam.
Baca juga: Bintang Porno Ini Pamerkan Momen-Momen saat Kena Cacar Monyet, Mengerikan!
Beberapa pasien pada wabah saat ini juga mengalami ruam pada alat kelamin dan anus sebelum menunjukkan gejala mirip flu. Namun pada sejumlah kasus lainnya, pasien mengalami ruam tanpa gejala mirip flu sama sekali.
Editor : Redaksi