MADIUN (Realita) – Kota Madiun lagi-lagi terpilih sebagai pilot project program dari pemerintah pusat. Kali ini, Kelurahan Winongo tercatat sebagai daerah pertama di Indonesia yang dikukuhkan menjadi desa sensor mandiri oleh Lembaga Sensor Film (LSF) RI. Pengukuhan desa sensor mandiri dan sahabat sensor mandiri berlangsung di aula kantor Kecamatan Manguharjo, Rabu (3/8/2022).
Walikota Madiun, Maidi mengatakan, untuk sementara ini desa sensor mandiri difokuskan pada satu wilayah di Kelurahan Winongo. Kedepan desa yang ditunjuk itu diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa atau kelurahan lainnya bahwa masyarakatnya melek atau mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usia. Kegiatan ini sejalan dengan program WiFi gratis yang telah terpasang di 1.936 titik lokasi diwilayah Kota Madiun.
Baca juga: Tiba-tiba Mbah Kuri Ponorogo Datangi Rumah Bacawali Madiun Maidi
"Digitalisasi yang terus berkembang ini bagaimana menyensor film maupun berita yang tidak benar itu harus disensor. Kalau keliru ya dibenarkan secara mandiri. Kota semakin maju memang harus ada itu," katanya.
Menurut Walikota, literasi tentang penggunaan IT dinilai sangat penting. Ia tidak ingin masyarakat menyalahgunakan fasilitas internet gratis yang saat ini disediakan Pemkot Madiun. Untuk mencegah hal itu, pihaknya akan membatasi jam koneksi internet mulai pukul 21.00 WIB hingga pagi.
“Saya terimakasih kota kita ditujuk sebagai desa sensor mandiri,” ujarnya.
Baca juga: Bapelitbangda Sosialisasikan RPJPD Kota Madiun 2025-2045
Sementara itu, Ketua LSF RI, Rommy Fibri Hardiyanto mengatakan, Kelurahan Winongo dipilih menjadi pilot project desa sensor mandiri karena tidak terlepas dari kemajuan digitalisasi Kota Madiun dalam bidang komunikasi dan informasi. Apalagi Kota Madiun memiliki program WiFi gratis.
"Ini berarti masyarakatnya bisa menonton apapun mengunakan jaringan internet yang gampang. Tapi kalau tidak diberi pembekalan ya nanti kita khawatir berdampak negatif. Padahal melihat sesuatu itu kan ada tuntunannya," katanya.
Gerakan budaya sensor mandiri yang digagas LSF ini bertujuan meliterasi dan mengedukasi masyarakat untuk dapat memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usia. Dengan gerakan budaya sensor mandiri itu diharapkan dapat menekan dampak negatif film atau informasi hoax di masyarakat. Utamanya, untuk konten-konten yang mengarah pada radikalisme, pornografi, dan lain sebagainya. Paling tidak konten-konten tersebut ditonton sesuai dengan usia pengaksesnya.
Baca juga: Peringati Hari Pahlawan, Pj Wali Kota Madiun Ajak Masyarakat Teruskan Perjuangan
"Kalau lihat judulnya pasti menarik tapi ternyata di dalamnya ada sesuatu yang tidak cocok dengan klasifikasi usia tersebut. Dengan kemudahan akses internet di Kota Madiun maka LSF melihat ini yang paling tepat untuk menjadi contoh bagi wilayah lain," jelasnya. adv
Editor : Redaksi