JAKARTA- Para ibu rumah tangga mengaku ogah beralih ke kompor listrik. Pemerintah melalui PT PLN (Persero) sedang menggencarkan program konversi kompor menggunakan LPG 3 kilogram menjadi kompor listrik. Adapun saat ini, PLN sedang melakukan uji klinis konversi kompor LPG 3 kilogram menjadi kompor listrik untuk pelanggan PLN.
Program yang tengah dicanangkan PLN menuai penolakan dari kalangan ibu rumah tangga. ika warga Kota Surabaya, menolak untuk migrasi ke kompor listrik.
Baca juga: Lebih Hemat Pakai Kendaraan Listrik, Masyarakat Nikmati Beragam Kemudahan
“Sebagian besar enggak setuju kebanyakan untuk prinsip ekonomis kalau di daerah, tapi siapa yang mau ngasih insentif daya listrik ke semuanya,” ujar Ika Roosmala, Minggu (25/9).
Ika menuturkan penggunaan gas LPG lebih praktis, dan pembelian gas LPG masih bisa dijangkau masyarakat di daerah. Sedangkan pemakaian kompor listrik bisa menyebabkan boros daya listrik.
“Di sini belum ada (kompor listrik). Kalau kompor listrik 1.000 watt, ya mending pakai gas, lebih hemat, kalau ibu-ibu pikirnya ekonomis,” imbuhnya.
Dihubungi terpisah, salah satu warga Bogor, Wati juga memilih untuk tetap menggunakan gas LPG. Ia mengeluh kompor listrik sangat memberatkan masyarakat dari segi biaya dan tegangan listrik.
“Masih banyak rumah yang daya listriknya 450 Va dan 900 Va khususnya masyarakat Kalimantan Selatan. Kalau di kampung aku, kayaknya gak ada yang pakai (kompor listrik),” kata Wati.
Wati menyebut rata-rata warga di sekitar perumahannya masih memakai LPG. Bahkan, proses memasak bisa kembali menggunakan kayu bakar lagi apabila kebijakan kompor listrik diterapkan.
Baca juga: Bus Listrik Berhenti Beroperasi di Surabaya, Kemenhub Diminta Percepat Evaluasi
“Kalau ada acara pernikahan atau hajatan, masaknya ramai-ramai. Juga pakai kayu bakar disini,” katanya.
Keresahan emak-emak mengenai program kompor listrik yang dibahas Mulan Jameela yang merupakan anggota Komisi VII DPR ramai di media sosial. Mulan menilai program kompor listrik ini menimbulkan masalah baru.
“Berhubung saya ini ibu-ibu yang ngurusin urusan kompor di dapur, mengerti sebetulnya yang dibutuhkan kompor apa. Kami ini, para emak-emak butuh masak kaya kompor apa,” jelas Mulan di Rapat Kerja Komisi VII DPR dengan Kemenperin, Rabu (21/9).
Mulan melihat pembahasan kompor gas yang digantikan dengan kompor induksi adalah ranah ibu-ibu. Ia mencermati urusan program ini terlalu buru-buru dan mendesak.
Baca juga: PLN Batalkan Program Kompor Listrik
Menurutnya, harga kompor induksi mencapai Rp 1,5 juta. Namun harga tersebut belum termasuk panci dan wajan.
“Kalau ibu-ibu pasti baliknya ke situ, belum lagi panci dan wajannya mahal-mahal. Ini saya bicara jujur, kapasitasnya sebagai anggota DPR sekaligus sebagai emak-emak,” tambahnya.
Mulan melanjutkan, makanan Indonesia tidak cocok dimasak dengan menggunakan kompor listrik. Meskipun masyarakat menggunakan kompor listrik, tetap tidak lepas dengan kompor LPG.ran
Editor : Redaksi