Tak Mampu Bayar Uang Kuliah, Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep Ramai-Ramai Berhenti

realita.co
STKIP PGRI Sumenep, Madura, Jawa Timur. Foto: Hazmi

SUMENEP (Realita)- Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep, Madura, Jawa Timur, beramai-ramai berhenti kuliah. Pemicunya karena mereka tidak sanggup membayar uang kuliah yang dinilai sangat memberatkan.

Salah seorang mahasiswa STKIP PGRI Sumenep menyampaikan, mahasiswa yang berhenti kuliah berasal dari beberapa prodi. Di antaranya, Prodi Matematika sebanyak 7 orang, Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia (PBSI) sebanyak 15 mahasiswa, PGSD 10 mahasiswa, dan prodi PPKN sebanyak 21 mahasiswa.

Baca juga: Guru Besar UIN Raden Mas Said Surakarta Wisuda Magister Raih IPK Summa Cum Laude

"Yang saya tahu setiap Prodi banyak yang berhenti karena tidak dapat program kartu Indonesia pintar (KIP) dan tidak mampu membayar uang kuliah." kata mahasiswa tersebut, saat dikonfirmasi sejumlah wartawan di Sumenep, Jumat (17/3/2023) kemarin.

Mahasiswa lain yang namanya enggan disebutkan mengatakan, mahasiswa yang berhenti kuliah rata-rata angkatan 2022. Mereka berhenti karena program beasiswa penuh melalui KIP yang dijanjikan pihak kampus tak kunjung dipenuhi.

"Saat pendaftaran, pihak kampus meminta seluruh calon mahasiswa mendaftar program KIP. Mahasiswa dijanjikan mendapatkan beasiswa yang akan dibagi tiga gelombang," ujarnya.

Namun, setelah hampir satu semester dijalani, tidak ada informasi lagi dari pihak kampus soal KIP maupun pembayaran biaya kuliah. Tiba-tiba saat daftar ulang semester genap, kampus mengeluarkan edaran bahwa seluruh mahasiswa diminta membayar.

"Janjinya ada 300 mahasiswa akan dapat, kenyataannya tidak ada. Lalu kami diminta bersabar bahwa ada gelombang tiga. Tapi tetap juga tidak ada kabar. Info berikutnya mahasiswa diminta bayar," ungkapnya.

Dia menjelaskan, pada semester genap ia diminta membayar biaya kuliah dua semester sekaligus, nominalnya sebesar Rp 7.400.000. Karena hampir 90 persen mahasiswa yang mendaftar ke kampus dari golongan tidak mampu, akhirnya ratusan mahasiswa tersebut tidak sanggup membayar biaya yang cukup besar itu. 

Kemudian, kampus berinisiatif mengumpulkan orang tua dan wali mahasiswa beberapa waktu lalu. Saat pertemuan, terjadi debat antara pengelola dan wali serta orang tua mahasiswa karena mereka merasa kecewa terhadap kampus. 

Baca juga: KTM Nyantol 2 Tahun, Puluhan Mahasiswa IAIN Ponorogo Demo Rektorat

"Di pertemuan itu ada bahasa kurang elok didengar orang tua dan wali mahasiswa," imbuhnya.

Mahasiswa pun merasa kecewa dan memilih berhenti kuliah. Mereka yang berhenti kuliah rata-rata karena tidak mampu membayar dan termakan janji kampus yang mengiming-ngimingi beasiswa.

Mahasiswa Prodi PGSD STKIP PGRI Sumenep, yang namanya juga minta dirahasiakan menambahkan, dirinya mendaftar di kampus dengan tagline Taneyan Lanjheng itu melalui jalur reguler. Namun, karena ada informasi program KIP, dia mendaftar program tersebut. Apalagi, kata dia, pihak kampus menjanjikan meskipun tidak lulus KIP, dirinya tetap dibebaskan dari biaya kuliah.

"Dari pihak kampus bilang, kalau daftar KIP tapi tidak dapat, tetap tidak bayar uang semester, jadi saya waktu itu mutusin buat daftar KIP," ungkapnya. 

Namun, kata dia kenyataannya tidak seperti yang dijanjikan kampus. Saat akan daftar ulang, seluruh mahasiswa diminta membayar biaya kuliah mulai dari semester I hingga II dan uang pendaftaran ulang. Berdasarkan pengumuman di laman Siakad tagihan yang harus dibayar sebesar Rp 8.800.000. 

Baca juga: Muktamar Ke-2 IKA UINSA Memanas, Sejumlah Politisi Disebut Berebut Caketum

Dengan adanya tagihan itu, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah di STKIP PGRI Sumenep. Karena biaya yang dibebankan terlalu besar dan tidak mampu untuk membayarnya.

"Memang diminta Rp 500 ribu. Tapi buat saya dengan nominal segitu cukup besar, karena saya bukan anak orang kaya," katanya.

"Saya diminta Rp 500 ribu untuk cicilan awal. Tapi dengan catatan harus membuat surat pernyataan untuk dapat melunasi semua tagihan dalam rentang waktu satu bulan," tambahnya.

Sementara itu, Ketua STKIP PGRI Sumenep Asmoni, belum bisa dimintai keterangan perihal banyaknya mahasiswa yang berhenti kuliah karena tidak mampu membayar. Sebab, saat dihubungi melalui pesan WhatsApp-nya tidak dijawab.haz

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru