WASHINGTON- Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali buka suara terkait kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) utang. Yellen sudah resah akan kemungkinan default sejak akhir tahun lalu, sebab Kongres AS belum menaikkan pagu utang pemerintah.
Dia mengatakan itu adalah "tanggung jawab dasar" Kongres untuk meningkatkan atau menangguhkan batas pinjaman US$ 31,4 triliun.
Baca juga: IMF Puji Jokowi, Jerry: Itu Kode agar Indonesia Ngutang lagi
Mantan ketua bank sentral AS (The Fed) ini bahkan memperingatkan default akan memicu "malapetaka ekonomi" yang akan membuat suku bunga lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang.
Utang Amerika Serikat menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada Oktober tahun lalu. Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan per 31 Maret utang Amerika Serikat menembus US$ 31,45 triliun.
Dari tahun ke tahun, jumlah utang Negara Adikuasa memang terus meningkat, disebabkan defisit fiskal yang terus membengkak, dan semakin terakselerasi memasuki abad 21.
"Politisi dari kedua partai memiliki kebiasaan berutang untuk membiayai perang, belanja pemerintah yang semakin besar, pajak di pangkas, perawatan baby boomer serta langkah-langkah darurat untuk membantu negara menghadapi dua resesi yang melemahkan," tulis The New York Times, akhir Januari lalu.
Saat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda, yang membawa perekonomian AS mengalami resesi parah, stimulus fiskal yang digelontorkan mencapai US$ 5 triliun.
Jika dilihat dari pemimpinnya, Barack Obama menjadi presiden yang paling banyak menambah defisit fiskal melalui paket stimulus American Recovery and Reinvestment Act (ARRA) yang dikeluarkan pada Februari 2009 saat terjadi krisis finansial global 2008.
Baca juga: Tiga Bos Indosurya Ditangkap dan Langsung Ditahan
Melansir The Balance, defisit fiskal pada era Presiden Obama mencapai US$ 8,3 triliun. Presiden AS ke-45, Donald Trump berada di urutan kedua, memimpin sejak 2017 hingga 2021, Trump menambah utang sebesar US$ 7,8 trilliun.
Presiden Joe Biden sejauh ini menambah US$ 2,26 triliun.
Meski berulang kali mengalami masalah pagu utang, tetapi Amerika Serikat tidak pernah mengalami default. Kementerian Keuangan AS sebelumnya sudah memberikan estimasi jika anggaran akan habis paling cepat pada awal Juni.
Sementara itu Congressional Budget Office (CBO) memprediksi anggaran akan habis sekitar Juli - September. Jika sampai batas tersebut pagu utang belum dinaikkan, maka Amerika Serikat akan mengalami default untuk pertama kali dalam sejarah.
Baca juga: Dituduh Malpraktik, Ini Bantahan Salon Fairuz
"Kegagalan utang kami akan menghasilkan bencana ekonomi dan keuangan," kata Yellen kepada anggota Kamar Dagang Metropolitan Sacramento, Selasa (25/4/2023).
"Kegagalan akan menaikkan biaya pinjaman selamanya. Investasi masa depan akan menjadi jauh lebih mahal," tuturnya, dikutip dari Reuters.
Jika pagu utang tidak dinaikkan, imbuhnya, bisnis AS akan menghadapi pasar kredit yang memburuk, dan pemerintah kemungkinan tidak akan dapat mengeluarkan pembayaran kepada keluarga militer dan manula yang bergantung pada jaminan sosial.bc
Editor : Redaksi