SIAPA yang menanam pasti akan memanen. Saya sepakat dengan peribahasa itu. Kalaupun bukan kita, mungkin anak dan cucu kita yang akan memanen. Karenanya sering saya katakan, tanamlah kebaikan maka akan tumbuh kebahagiaan. Kebaikan ini tidaklah sesuatu yang besar. Jangan dikira selalu berkaitan dengan materi. Bahkan, memindahkan batu di tengah jalan agar tidak membuat orang celaka merupakan suatu kebaikan. Saya percaya dengan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan maka kita bisa mendapatkan kebahagiaan.
Itu sudah tertanam sejak saya kecil. Dan akan selalu saya pegang. Dulu saat saya memutuskan menjadi guru banyak yang mencibir. Maklum, gaji seorang guru memang tak seberapa kala itu. Bahkan, profesi guru kerap menjadi sarana untuk menakut-nakuti perempuan yang tak kunjung menikah. Kalau tak segera menikah, akan dinikahkan dengan guru. Artinya, guru menjadi alternatif terakhir yang bisa dijadikan untuk memilih suami. Tak heran, hingga musisi Iwan Fals menciptakan lagu tentang guru. Yang Oemar Bakri itu.
Baca juga: MAKI: Integritas Anti Korupsi Maidi Tidak Perlu Diragukan Lagi
Ada banyak lirik yang mengkritik pemerintah terkait minimnya perhatian kepada guru di lagu itu. Guru Oemar Bakri diceritakan seorang pegawai negeri yang sudah empat puluh tahun mengabdi, banyak menciptakan, professor, dokter, insinyur, hingga menteri. Tetapi gajinya seperti dikebiri. Ya, gaji seorang guru di tahun-tahun itu memang tak seberapa. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang kemudian memiliki kesibukan tambahan. Seperti beternak, bertani, dan lainnya. Jadi pagi berangkat mengajar, sorenya mencari rumput untuk hewan ternak.
Kendati begitu, menjadi guru memiliki kebanggaan tersendiri. Salah satu penyemangatnya adalah bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Saya pun juga begitu. Saya tidak pernah berfikiran untuk kemudian menjadi wali kota. Semangat saya pada waktu itu hanyalah ingin mengajar dan memberi bekal ilmu kepada anak-anak. Ada kebanggaan tatkala kemudian mendapati mereka sukses di masa depan. Ada kebanggaan tatkala mereka berhasil menjadi apa yang diinginkan.
Saat saya lawatan ke luar negeri, ada beberapa murid saya yang bekerja di sejumlah negara-negara itu. Bahkan, ada yang bekerja di kantor kedutaan Indonesia untuk negara tersebut. Mereka menjadi orang penting. Ada juga yang mendapatkan pekerjaan cukup mentereng. Seperti saat kunjungan di Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Ada pasangan suami-istri yang keduanya murid saya di SMAN 2 Kota Madiun. Mereka cukup sukses di sana. Saya pun diajak keliling dan ditraktir makan. Melihat itu ada kebanggaan.
Ada lagi cerita dari murid saya yang menjadi dokter. Pada era Covid-19 lalu, saya banyak mendapatkan masukan dan saran dari murid saya itu. Khususnya terkait penanganan kesehatan era pandemi tersebut. Terbukti, penanganan masa pandemi di kota kita yang terbaik. Rabu (18/10) kemarin, kota kita mendapatkan penghargaan Jatim Bangkit Award 2023 atas kinerja penanganan pandemi Covid-19. Kota kita meraih penghargaan kategori Kabupaten/Kota dengan Program Pemulihan Dampak Pandemi Covid-19 Terbaik se-Jawa Timur. Penghargaan ini diberikan Gubernur Jawa Timur ibu Khofifah Indar Parawansa. Itu bukanlah prestasi saya. Itu, prestasi kita bersama.
Saya masih ingat benar masa-masa itu. Masa di mana segala sesuatunya dibatasi. Padahal, kota kita ini kota jasa. Perekonomian kota kita bergantung pada pergerakan orang dan barang. Pada era Covid-19 semua itu dibatasi. Orang dari luar tidak bisa masuk. Begitu juga masyarakat kita juga tidak bisa ke daerah lain. Artinya, ekonomi kita bergantung pada pergerakan daerah di dalam kota sendiri. Berbagai kebijakan pun kita ambil untuk menjaga ketahanan masyarakat. Mulai dari segi ekonomi, kesehatan, pendidikan, hingga sosial.
Baca juga: Ratusan Ojol Gruduk Rumah Bacawali Madiun Maidi, Ada Apa?
Tempat-tempat bertumbuhnya ekonomi skala lokal kita hadirkan. Seperti lapak UMKM yang ada di tiap kelurahan. Kemudian kebijakan ASN untuk belanja di UMKM, warung, dan PKL di sekitar rumah atau kantor. Itu juga kita awasi melalui aplikasi Pro UMKM. Upaya itu cukup berhasil. Pertumbuhan ekonomi Kota Madiun yang sempat terjun bebas hingga minus 3,39 persen pada 2020 berhasil naik tujuh persen pada 2021 menjadi 4,73 persen. Angka ini terus naik menjadi 5,52 persen pada 2022.
Pada sektor pendidikan, kita diuntungkan dengan program laptop gratis untuk siswa dan guru. Kita tidak pernah tahu akan ada pandemi Covid-19. Proses belajar-mengajar kemudian harus secara daring. Beruntungnya, sebagian anak-anak sudah pegang laptop. Kita juga punya layanan internet gratis melalui WiFi hingga di poskamling RT. Artinya, kota kita terbilang satu-satunya yang siap dengan penerapan sekolah daring tersebut. Saat ini, program laptop sudah kita perluas hingga menyentuh lebih dari 14 ribu unit. Anggarannya mencapai Rp 100 miliar. Ada target Indonesia generasi emas di 2045. Lagi-lagi, kota kita bisa dibilang yang paling siap menuju ke sana.
Tanamlah kebaikan maka akan tumbuh kebahagiaan. Saya percaya kemudahan-kemudahan yang saya dapatkan saat ini merupakan buah kebaikan di masa lalu. Saat ini, kota kita sedang menjadi bahan pembicaraan. Menariknya, bukan membicarakan keburukan. Tetapi membicarakan tentang kebaikan dan keberhasilan kota kita. Membicarakan tentang perubahan-perubahan yang luar biasa. Sudah banyak apresiasi dari para tokoh dan pejabat penting di negeri ini untuk kota. Mulai presiden, delegasi luar negeri, para menteri, unsur DPR RI, hingga para kepala daerah lain yang datang berkunjung.
Baca juga: Cawali Madiun Maidi Komitmen Majukan UMKM
Bapak Presiden Joko Widodo pernah mengapresiasi langkah kita terkait penanganan pandemi Covid-19. Yakni, terkait intervensi berbasis lokal. Kemudian ada banyak menteri yang mengagumi perubahan kota kita. Seperti Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang katanya akan menjadikan kota kita sebagai percontohan untuk daerah lain. Ada juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mas Sandiaga Salahuddin Uno yang menyebut tidak perlu ke luar negeri karena di Kota Madiun sudah ada semuanya. Terbaru, ada Panglima TNI Laksamana Yudo Margono yang menyebut pembangunan di kota kita sangat pesat. Juga penyanyi religi mas Opick yang mengagumi akan kebersihan kota kita.
Saya percaya ini tidak lepas dari apa yang kita tanam di masa lalu. Ada banyak yang mencibir apa yang saya lakukan. Maklum, yang tidak suka pasti akan ada saja. Padahal, saya berniat baik. Saya niatkan untuk membangun kota ini. Seperti peribahasa yang senantiasa saya pegang itu, menanam kebaikan. Biarpun dalam perjalannya tidak selalu mudah. Tetapi, itu tidak masalah. Ini merupakan bagian dari proses. Proses untuk mendapatkan kebahagiaan itu. Kebahagiaan dari kebaikan yang kita tanam di masa lalu.
Penulis adalah Wali Kota Madiun Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd
Editor : Redaksi