MASA kepemimpinan saya di Kota Madiun, harusnya selesai akhir April 2024 mendatang. Tetapi karena aturan pusat, jabatan saya sebagai Wali Kota Madiun harus selesai 31 Desember ini. Secara waktu mungkin saya rugi karena harus selesai lebih awal. Tetapi bukan berarti pekerjaan dan tanggung jawab saya untuk Kota Madiun tidak tuntas. Bahkan, sebaliknya. Semua visi dan misi saya telah selesai dengan sejumlah penambahan. Artinya, secara waktu berkurang tetapi secara pekerjaan lebih dari yang seharusnya. Sebab, tuntas dengan berbagai penghargaan. Setidaknya, sudah kita dapatkan 342 penghargaan dan prestasi selama 4,5 tahun terakhir ini.
Itu karena kita memang cepat. Bukan hanya saya, tetapi juga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Madiun. Saya sampaikan apresiasi dan terima kasih kepada OPD saya yang selalu siap diajak berlari. Kapan pun saya butuhkan selalu ada. Jam berapa pun saya telepon selalu terjaga. Urusan melayani masyarakat memang tidak bisa hanya berdasar jam kerja. Di Kota Madiun sudah berdasar jam hasil kerja.
Baca juga: MAKI: Integritas Anti Korupsi Maidi Tidak Perlu Diragukan Lagi
Saya memang memberikan kelonggaran untuk tidak selalu harus ada di kantor. Bekerja di era saat ini tidak harus dari balik meja. Saya izinkan untuk mengantor di lokasi pekerjaan, di pasar, di rumah warga, bahkan di warung atau rumah makan. Saya pun juga begitu. Saya berada di balai kota paling cuma beberapa jam saja. Itu pun biasanya kalau ada tamu. Selebihnya, saya selalu di lapangan. Dari satu lokasi ke lokasi lain. Dari satu kelurahan ke kelurahan lain. Tetapi urusan administrasi tetap harus jalan. Kalau ada surat yang harus saya tanda tangani, harus diantarkan ke tempat saya berada. Surat tidak boleh menumpuk di kantor menunggu saya tanda tangani.
Saya biasa menandatangani surat di pasar, masjid, rumah warga, lokasi proyek pembangunan, dan lain sebagainya. Staf saya yang mengantarkan surat itu ke lokasi saya berada. Kepala OPD juga harus begitu. Boleh ngantor darimana saja asal urusan administrasi tidak mandek. Staf harus mengantarkan ke lokasi kepala OPD-nya berada. Bahkan, sekarang lebih mudah lagi. Kota kita sudah menerapkan tanda tangan elektronik. Kepala OPD tinggal memberikan persetujuan dari handphone masing-masing. Artinya, tidak ada urusan administrasi yang berlama-lama.
Kota kita cepat karena kita nyaris tidak pernah libur. Sabtu-Minggu pun masuk. Padahal, setiap harinya pekerjaan sudah hingga larut malam. Saya biasa masuk rumah di atas jam sebelas malam. Itu pun kadang masih ada tamu yang menunggu di rumah. Kalau tidak, saya masih harus belajar untuk program doktoral saya. Alhamdulillah, sudah selesai. Saya bisa menyelesaikan program S3 tepat waktu. Tak heran, waktu istirahat banyak yang terpotong. Besoknya, pagi-pagi buta sudah disambut kegiatan lagi.
Setiap detik setiap waktu, kita selalu dikejar perubahan. Kalau kita tidak cepat, kita pasti akan tertinggal. Kalau kita hanya bekerja sesuai jam kerja normal, kota kita tidak akan seperti ini. Kota kita akan biasa-biasa saja. Visi-misi saya mungkin tidak akan tuntas. Kalau pun tuntas paling tidak ada nilai lebihnya. Ya sekedar menyelesaikannya saja. Saya tidak ingin seperti itu. Saya harus menyelesaikan apa yang menjadi janji kampanye dengan maksimal. Selesai dengan baik. Tuntas dengan menyabet penghargaan. Karenanya, saya optimalkan setiap waktu yang ada.
Bagi saya janji harus ditepati. Apa yang menjadi visi-misi saya dulu, harus saya selesaikan. Seperti burung merpati yang tak pernah ingkar janji. Sesuai visi saya, saya ingin mewujudkan pemerintahan yang bersih berwibawa menuju masyarakat sejahtera. Kota kita bersih berwibawa saat ini. Baik bersih secara arti sebenarnya. Maupun bersih dari segala macam tindakan yang melanggar hukum. Beberapa tamu yang datang selalu memuji akan kebersihan kota kita. Terakhir, ada utusan perwakilan dari Republik Ceko yang berkunjung beberapa waktu lalu. Katanya, kota kita bersih sekali. Selain itu, juga bersih dari tindak yang melanggar hukum. Bahkan, kota kita mendapat penghargaan dari KPK terkait Survei Penilaian Integritas (SPI).
Baca juga: Ratusan Ojol Gruduk Rumah Bacawali Madiun Maidi, Ada Apa?
SPI Kota Madiun di angka 83,00. Sementara terkait program Monitoring Centre for Prevention (MCP) kota kita juga tak kalah baiknya. Nilai MCP Kota Madiun untuk 2022 juga cukup tinggi. Yakni, mencapai 94,38. MCP merupakan sebuah aplikasi atau dashboard yang dikembangkan oleh KPK untuk melakukan monitoring capaian kinerja program pencegahan korupsi. Caranya melalui perbaikan tata kelola pemerintahan yang dilaksanakan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Sementara dari kesejahteraan masyarakat di kota kita, setidaknya juga sudah semakin lebih baik. Itu dibuktikan dari Indek Pembangunan Manusia (IPM) kota kita yang semakin meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun, IPM kota kita di angka 83,71. Angka ini meningkat dibanding tahun lalu yang sebesar 83,02. IPM ini berkaitan penting akan kesejahteraan masyarakat. Sebab, ada tiga komponen dasar kebutuhan masyarakat sebagai penghitungannya. Yakni, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Dari bidang kesehatan, angka harapan hidup kota kita di angka 75,40 tahun. Artinya, setiap kelahiran di Kota Madiun berpeluang untuk bisa hidup hingga usia 75 tahun lebih. Sementara dari bidang pendidikan, harapan lama sekolah di kota kita mencapai 14,44 tahun. Artinya, anak-anak kita memiliki harapan menuntut ilmu hingga di bangku perkuliahan. Sedang dari segi ekonomi, pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan sebesar Rp 17.115. Ini juga meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 16.503. Artinya, daya beli masyarakat juga semakin meningkat.
Baca juga: Cawali Madiun Maidi Komitmen Majukan UMKM
Selain itu, tingkat kesejahteraan ini juga bisa dilihat dari tingkat kepuasaan masyarakat. Alhamdulillah, masyarakat Kota Madiun cukup puas dengan kinerja Pemerintah Kota Madiun. Setidaknya begitu hasil Survei Kepuasaan Masyarakat (SPM) terhadap kinerja pemerintah pada 2023. Nilai Indek Kepuasaan Masayarakat (IKM) di kota kita tahun ini mencapai 88,028 poin. Itu meningkat 1,064 poin dibanding tahun sebelumnya.
Merpati tak pernah ingkar janji. Apa yang saya janjkan telah saya wujudkan. Jabatan adalah ibadah. Semua ada pertanggungjawabannya kelak. Apa yang saya janjikan sudah saya wujudkan. Ini bukan sekedar perkara janji saya kepada masyarakat pada masa kampanye dulu. Tetapi ada pertanggungjawaban dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis adalah Wali Kota Madiun, Dr. Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd
Editor : Redaksi