YERUSALEM– Ekonomi Israel dilaporkan jeblok hingga 20 persen pada akhir tahun 2023 di tengah berkecamuknya perang di Gaza.
Menurut laporan dari Financia Times, anjloknya produk domestik bruto (PDB) Israel ternyata jauh lebih buruk daripada perkiraan pakar.
Baca juga: Dengan Alasan agar Tak Kena Tembakan, Netanyahu Usir Pasukan PBB
Perkiraan itu dibuat tatkala pemerintah Israel memobilisasi 300.000 warganya untuk bergabung dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Perang di Gaza telah berlangsung selama 6 bulan dan korban tewas di pihak Palestina telah mencapai lebih dari 29.000.
Akan tetapi, hingga kini negara Yahudi itu belum memperlihatkan tanda-tanda akan mengurangi serangannya di Gaza.
Dikutip dari Morocco World News, Israel terus menggelontorkan dana untuk mesin perangnya.
Jumlah pengeluaran pemerintah meningkat hingga 88 persen dalam 3 bulan setelah perang meletus pada bulan Oktober 2023. Adapun pengeluaran nasional anjlok hingga 27 persen.
Baca juga: Netanyahu Tak Bakal Hentikan Perang
Awal bulan ini sebuah perusahaan layanan keuangan asal Amerika Serikat (AS) bernama Moody menurunkan peringkat kredit (credit rating) Israel.
Credit rating mencerminkan kelayakan kredit dan tingkat risiko pemerintah suata negara dalam memenuhi kewajiban finansialnya.
Peringkat kredit Israel turun dari A1 ke A2 karena adanya kekhawatiran akan dampak perang di Gaza dan risiko konflik panjang.
Baca juga: Tel Aviv Dibombardir Iran, Netanyahu Lari Ketakutan Dalam Bunker
Agresi Israel juga berisiko memicu ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah.
Di samping itu, dugaan kejahatan perang di Israel memunculkan banyak kampanye boikot yang menargetkan perusahaan Israel serta perusahaan yang mengungkapkan dukungannya kepada Israel.
Perusahaan makanan cepat saji McDonald’s dan Starbucks adalah dua di antara perusahaan yang menjadi target utama dalam kampanye boikot itu.tri
Editor : Redaksi