JAKARTA (Realita)- Puluhan orang yang datang dari seluruh Indonesia mendatangi Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud-Ristek RI). Aksi puluhan orang yang tergabung dalam Aliansi Pejuang BPI 2024 ini, dipicu dugaan carut marut kuota penerimaan Beasiswa Pemerintah Indonesia (BPI) tahun 2024.
Ketua Kordinator Aliansi BPI 2024, Zainul mengatakan, puluhan calon mahasiswa program BPI 2024 yang datang dari sejumlah daerah seperti Jawa Timur, Sumatra, Sulawesi, NTT dan Kalimantan ini, untuk meminta kejelasan pengurangan kuota penerimaan BPI yang terjadi tiba-tiba.
Pasalnya, pada September 2024 lalu melaui Website resmi Kemendikbud-Ristek kuota penerimaan BPI mencapai 3.000 orang, namun pada 11 Oktober lalu melaui format Batch 1 Kemendikbud-Ristek tiba-tiba mengumumkan nama-nama yang lolos seleksi penerimaan BPI dengan kuota dibawah 1.000 orang.
" Padahal kita sudah mulai kuliah dan datang dari jauh juga. Kami kesini memohon adanya tambahan kuota penerimaan bagi yang tidak lolos seleksi BPI yang diumumkan melalui batch 1 kemarin," ujarnya, Selasa (15/10/2024).
Zainul menambahkan, puluhan calon mahasiswa jenjang Magister (S2) dan Doktor (S3) ini menemui 2 pejabat Puslapdik Kemendikbud-Ristek RI, yakni Kepala Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi Anton Rahmadi dan Kassubag Umum Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi Ratna Prabandari. Ia menilai aksi puluhan calon mahasiswa program BPI penting karena sebagai upaya mencerdaskan anak bangsa guna mewujudkan Indonesia Emas 2045.
" Tidak hanya di Kemendikbud, aksi kami ini juga kami lakukan di DPR-RI. Intinya kami menuntut kejelasan nasib kami yang tidak lolos ini. Karena perubahan kuota yang terjadi tiba-tiba. Ini penting karena yang tidak lolos jumlahnya ribuan di seluruh Indonesia," tambahnya.
Lebih jauh, usai melakukan audensi dengan 2 pejabat Pulapdik Kemendikbud itu, Zainul mengungkapkan hasil yang didapat dimana, perubahan jumlah kuota penerimaan BPI oleh Kemendikbud akibat terbatasnya anggaran. Sedangkan penambahan kuota kecil kemungkinan terjadi.
" Intinya anggaran habis oleh pos-pos lain. Maka di rangking berdasarkan hasil skor wawancara tertinggi. Sedangkan untuk kemungkinan kouta tambahan penerimaan BPI 2024 kecil terjadi melihat sudah diujung tahun," ungkapnya.
Kendati demikian, Zainul mengaku ada sedikit angin segar, lantaran dua pejabat Puslapdik Kemendikbud-Ristek yang ditemui ini berjanji akan mengupayakan yang tak lulus seleksi dapat lulus seleksi BPI dengan dukungan anggaran dari pos-pos lain.
" Akan diupayakan, namun pemangku kebijakan bukan hanya Kemendikbud namun juga DPR-RI dan Kementerian Keuangan ( Kemenkeu). Pos anggaran sendiri kemungkinan baru bisa dibuka setelah menteri baru dilantik, saat ini anggaran itu masih terkunci karena transisi jabatan menteri. Jadi kondisinya masih dilematis," pungkasnya. znl
Editor : Redaksi