Om dan Tante Kompak Aniaya Keponakan yang Baru 9 Tahun, hingga Tewas

GORONTALO- Penganiayaan berat yang menyebabkan meninggalnya bocah berumur 9 tahun di Desa Tenggela, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo diduga akibat pelaku kehilangan uang Rp35 ribu yang tersimpan di rumahnya.

Pelaku penganiayaan ini adalah pasangan suami istri, IT (32) dan DR (33). Kedua pelaku adalah paman dan tante korban yang bernama M.

Direktur Reserse Kriminal umum (Reskrimum) Polda Gorontalo Kombes Pol Nur Santiko menjelaskan dari hasil interogasi sementara bahwa korban M dituduh mencuri uang di dalam rumah oleh tantenya itu.

IT memukuli M dengan tujuan memberikan hukuman pada korban karena telah mencuri uang. ”Pemukulan itu dilakukan menggunakan selang air di bagian punggung serta diberi tindakan tambahan setelah korban mengakui bahwa dia telah mengambil uang tersebut,” kata Nur Santiko, Selasa (16/5/2023).

Nur Santiko menjelaskan tindakan tambahan yang dilakukan oleh kedua pelaku adalah memerintahkan korban berdiri di ruangan tengah depan televisi. Namun M yang sudah tidak betah berdiri ini akhirnya duduk.

Mengetahui hal ini sang tante emosi dan melakukan pemukulan dengan selang berulang kali di bagian belakang tubuh korban. Ia menyuruh M mencuci wajah di kamar mandi dan menyuruh tidur di kamar. Saat berada di kamar inilah M diketahui meninggal dunia.  

Kapolsek Telaga Iptu Dimas Wicaksono Wijaya mengatakan, penganiayaan tersebut diketahui pada Minggu (14/6/2023) pukul 01.00 Wita.

Anggota Polsek Telaga mendapat laporan langsung meluncur ke tempat kejadian perkara (TKP). “Saat di sana sudah ada Inafis Polda Gorontalo sedang olah TKP,” kata Iptu Dimas Wicaksono Wijaya.

Saat berada di lokasi petugas Polsek Telaga menemukan anak yang sudah meninggal dunia dengan beberapa luka mengering. Luka ini terutama berada di bagian punggung dan kedua tangan. Dugaan sementara luka ini akibat benda tumpul.

Kematian M dianggap janggal oleh keluarga karena korban mengalami luka lebam di bagian leher dan wajah. Melihat kondisi jasad korban, keluarga akhirnya melaporkannya ke pihak kepolisian pada Minggu (14/5/2023) pagi.

Salah satu keluarga korban, Zenab menceritakan awalnya pada Sabtu sore kemarin, terduga pelaku berinisial DR (34 tahun) melaporkan ke orangtua kandung maupun pihak keluarga, bahwa Memes (Sapaan korban sehari-hari) telah meninggal. Terduga pelaku mengaku ke pihak keluarga bahwa penyebab kematian korban dilakukan oleh teman-teman korban di sekolah dasar.

“Tapi ceritanya tidak masuk akal. Katanya ia dipukul oleh teman korban yang memakai topeng. Ini kan tidak masuk akal. Karena tidak ada laporan dari gurunya kalau ada pemukulan kepada Memes. Apalagi sekolah kan hari Sabtu Libur,” Ungkap Zenab kepada Dulohupa.

Keluarga merasa curiga korban diduga dipukul di dalam rumah dengan cara diinjak di leher.

“Karena menurut kakak kandung korban, ia diinjak di batang leher karena memang di lehernya itu sudah membiru. Ada juga luka pukulan di wajah,” Ujarnya.

Korban tersebut awalnya tinggal di salah satu panti asuhan di Kabupaten Gorontalo bersama dua saudaranya yang lain pasca orang tua mereka berpisah.

Namun ibu dari ketiga anak ini menjemput paksa mereka dan dititipkan kepada DR dan IT, paman dan bibinya sekaligus pasangan suami istri yang menjadi terduga pelaku.

Zenab menceritakan korban Memes sudah diasuh sejak kecil oleh terduga pelaku dan suaminya. Sebab, orangtua kandung korban sudah berpisah. Ayah korban diketahui sudah tinggal di Kota Manado, Sulawesi Utara. Sementara ibu korban tidak diketahui keberadaannya.

“Jadi korban bersama 3 saudara kandungnya ini diasuh oleh tantenya. Menurut keterangan kakak korban mereka sering dipukul di dalam rumah. Bahkan kakaknya dipukul alami luka lebam dibagian belakang,” Ungkap Zenab.

Zenab juga menceritakan bahwa terduga pelaku sengaja menutupi kondisi korban saat pihak keluarga melihat jasad Memes.ba

Baca Juga: Sidang Ronald Tanur, Saksi Tunjukan Pesan Voice Note Dari Korban, Saya Dibanting-Banting

Editor : Redaksi

Berita Terbaru