Kerusuhan Prancis Meluas, Makin Tak Terkendali

PARIS - Otoritas Prancis mengerahkan 45.000 petugas polisi yang didukung oleh kendaraan lapis baja ringan untuk mengatasi aksi-aksi protes selama empat malam berturut-turut. Aksi protes yang diwarnai kerusuhan ini terjadi setelah penembakan fatal yang dilakukan polisi terhadap seorang remaja.

Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (1/7/2023), unit-unit polisi dan pasukan keamanan lainnya menyebar ke seluruh negeri untuk memadamkan kerusuhan atas penembakan itu, yang terjadi saat pemberhentian lalu lintas di pinggiran kota Paris pada hari Selasa lalu.

Baca Juga: Sambut Ramadhan, Presiden AS Lawan Kekerasan pada Muslim

 

Penjarahan dilaporkan terjadi pada Jumat malam waktu setempat di kota Lyon, Marseille dan Grenoble. Para pengunjuk rasa juga membakar mobil dan tempat sampah.

Penjarahan siang hari bolong juga terjadi di kota Strasbourg, di mana perusuh menargetkan Apple Store dan toko-toko lainnya.

Polisi menggunakan gas air mata di kota Marseille setelah para pemuda melemparkan proyektil ke kendaraan polisi di distrik Vieux-Port, yang populer di kalangan turis.

Walikota Marseille Benoit Payan menyerukan bala bantuan pasukan dengan mengatakan "adegan penjarahan dan kekerasan tidak dapat diterima".

Delapan puluh orang ditangkap di Marseille di antara total 270 orang yang ditangkap secara nasional pada Jumat, kata Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin.

Baca Juga: Aturan di Prancis, Mahasiswa Muslim Dilarang Sholat di Kampus

Presiden Prancis Emmanuel Macron, setelah bergegas kembali dari KTT Uni Eropa untuk memimpin pertemuan krisis, mengecam "eksploitasi kematian seorang remaja yang tidak dapat diterima" di beberapa kalangan. Macron mendesak orang tua untuk bertanggung jawab atas para perusuh di bawah umur, sepertiga di antaranya adalah "muda atau sangat muda".

Menteri Dalam Negeri Darmanin mengatakan unit-unit dari polisi dan pasukan gendarme paramiliter termasuk di antara 45.000 petugas yang dikerahkan pada Jumat.

"Beberapa jam ke depan ini akan menentukan," tulis Darmanin dalam sebuah pesan kepada layanan darurat.

 

Perdana Menteri Elisabeth Borne juga mengumumkan pembatalan acara berskala besar -- seperti konser -- di seluruh negeri.

 

Bus dan trem, yang menjadi sasaran kekerasan pada beberapa malam sebelumnya, berhenti beroperasi pada pukul 21:00 dan penjualan kembang api besar serta cairan yang mudah terbakar telah dilarang.ik

Editor : Redaksi

Berita Terbaru