BANDUNG- Seorang pria tanpa identitas ditemukan tewas tidak wajar dengan kondisi leher tergantung di Flyover Cimindi Bandung, Jumat dini hari (28/6/2024).
Polisi mengatakan pria tersebut berinsial DG yang berprofesi sebagai guru honorer.
Baca Juga: Pemuda Ini Ditemukan Tewas Gantung Diri Dalam Kamar Mandi Kos
Identitas sudah diketahui, itu inisial DG berprofesi sebagai honorer di salah satu sekolah,” kata Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP Abdul Rahman saat dihubungi, Minggu, (30/6/2024).
Rahman menjelaskan DG (24) baru bekerja selama empat bulan di sekolahnya sebagai guru honorer bahasa Indonesia.
“Dia mengajar bahasa Indonesia. Keterangan dari sekolah setempat dia baru 4 bulan statusnya pekerja honorer di sekolah. (Usia) 24 tahunan,” jelasnya.
Polisi mengidentifikasi kegiatan DG, guru honorer sebelum bunuh diri di Flyover Cimindi, perbatasan Kota Cimahi dan Kota Bandung.
Dari hasil rekaman CCTV, DG masih berada di sekolah pukul 15.00 WIB pada Kamis (27/6) atau sehari sebelum tewas.
“Sampai dengan jam 17.00-19.00 WIB dia keluar sebentar. Kemudian dia masuk lagi ke sekolah jam 9 (21.00 WIB) dia tidur di sekolah istirahat di sekolah,” ucap Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP Abdul Rahman, Minggu, (30/6/2024).
Kemudian dari CCTV menangkap kalau DG kembali keluar area sekolah dengan memanjat pagar yang telah dikunci pukul 01.25 WIB, Jumat, (28/6/2024) dini hari.
“Jalan kaki. tidak menggunakan motor. Artinya pada jam 01.25 WIB ini yang bersangkutan menuju TKP, ke tempat gantung dirinya. Nah pada jam itu, yang bersangkutan keluar melompati pagar,” ungkap Rahman.
“Karena pada jam itu pagar sekolah sudah dikunci oleh keamanan sekolah. Motornya ditinggal di sekolah, nah kami telusuri ke CCTV dia sebenarnya naik apa,” tambahnya.
Setelah ditelusuri dengan mengecek setiap CCTV sampai menuju Fly Over Cimindi, DG kembali tertangkap kamera dalam jarak 40 meter sebelum naik ke fly over dengan posisi masih seorang diri.
Baca Juga: Bertengkar dengan Pacar, Mahasiswi Cantik Gantung Diri hingga Mulai Membusuk
“Nah di situ beredar informasi yang bersangkutan mulut dan matanya dilakban. Mulut matanya dilakban, ini masih dugaan kami, kemungkinan besar dilakukan sendiri karena di lokasi kejadian ditemukan lakban,” sebutnya.
“Kemudian di ruangan kerja kantor di sekolah, kami menemukan tas ransel hitam milik korban yang didalamnya ada tali yang sama persis modelnya warnanya dipakai untuk menggantung diri,” sambung dia.
Walaupun dari rangkaian tersebut telah ditemukan sejumlah aktivitas korban sebelum meninggal. Tetapi penyidik masih mendalami terkait motif dari DG yang tewas tergantung di fly over.
“Tentu kami masih mendalami perkara ini, motifnya apa yang terjadi. Sebenarnya apa sih faktor di balik dia sehingga dia bunuh diri,” ujarnya.
Hal itu sesuai dengan hasil outopsi yang menunjukkan bahwa waktu kematian DG dalam kondisi tergantung diperkirakan sekira pukul 02.30 WIB sampai 06.00 WIB atau selama 2-3 jam. Sehingga didapat perkirakan aksi DG dilakukan sekira pukul 01.30.
Sedangkan untuk bekas luka pada tubuh DG hanya berada di leher akibat jeratan tali nilon yang terpasang. Sementara untuk bagian tubuh lainnya tidak ditemukan luka akibat tindakan kekerasan.
Baca Juga: Pak Drajat Ditemukan Gantung Diri Pakai Kain Gorden Dalam Rumahnya
“Disitu juga dokter menjelaskan akibat, organ lainnya kan dilakukan otopsi di dalam organ lainnya ditemukan tanda mati lemas. Tanda-tanda mati lemas kemudian terdapat diameter akibat lilitan nilon,” kata Rahman.
“Artinya tidak ada luka-luka bagian tubuh lainnya. Artinya tidak ada kekerasan pada tubuh korban,” tambah dia.
Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP Abdul Rahman mengatakan kalau awalnya jasad DG ditemukan sekira pukul 05.30 WIB oleh warga sekitar yang awalnya mengira orang tergantung adalah boneka.
“Jadi ada beberapa saksi melihat ada semacam tergantung dikirain boneka ternyata orang. Saksi tersebut langsung melapor ke polsek andir, untuk diambil tindakan,” ujar Rahman, Minggu (30/6).
Setelah itu, petugas polisi dibantu tim damkar pun segera melakukan evakuasi untuk selanjurnya membawa korban ke RS Sartika Asih Polri guna proses autopsi.
Editor : Redaksi