Hari Anak Nasional Adalah Momen Tepat Untuk Lindungi Anak Dari Bahaya Rokok

SURABAYA (Realita) - Hari Anak Nasional (HAN) menjadi momentum penting untuk bergandengan tangan dalam melindungi anak dan generasi bangsa dari pengaruh buruk yang dapat mengancam kesehatan dan masa depan mereka. Salah satunya dampak dari asap rokok.

Hal ini disampaikan Dr. Sri Widati, S.Sos., M.Si selaku Tim RGTC FKM UNAIR saat menggelar kegiatan “Senam dan Jalan Sehat” dalam rangak menyambut HAN 2024 bertema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju pada Minggu, (21/07/24) di Kampus C UNAIR.

Baca Juga: Di Puncak Peringatan HAN ke-40, Surabaya Resmi Luncurkan Dua Perwali Tentang Kota Layak Anak

Kegiatan ini digagas oleh Fakultas Kesehatan masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) berkolaborasi dengan Airlangga Health Promotion Center (AHPC) dan Research Group Tobacco Control (RGTC) FKM UNAIR.

Dr. Sri Widati, mengatakan bahwa, kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat komitmen perlindungan hak-hak anak dan memastikan tumbuh kembang mreka di lingkungan yang aman, sehat dan berpendidikan.

“Melalui olahraga ini kami mengajak seluruh peserta senam dan jalan sehat untuk melakukan senam otak sebagai bentuk mencintai tubuh dan pentingnya hidup secara seimbang,” ucap Dr. Widati, Senin, (22/07/24).

Menurut Dr. Sri Widati, didalam tubuh terdapat otak kanan dan kiri yang berkontribusi besar dalam aktivitas sehari-hari. Sehingga keseimbangan keduanya harus dilatih. Dengan melakukan senam otak, tidak hanya membuat lebih konsentrasi namun juga menjadi lebih produktif.

Menariknya lagi, RGTC FKM UNAIR juga melakukan games edukatif bermain dadu dengan challange untuk memberikan pesan kepada sesama tentang bahaya rokok bagi anak-anak. Games ini diikuti oleh 7 peserta dan umumnya anak-anak.

“Salah satu challenge yang diberikan adalah menasehati ayah untuk berhenti merokok. Ini sangat seru,” terangnya.

Baca Juga: Peringati Hari Anak Nasional, Srikandi PLN Luncurkan Program Pengembangan Pendidikan Sahabat Anak

Selain itu, juga mengundang narasumber korban akibat menjadi perokok pasif yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Korban Rokok Indonesia (AMKRI), Ikke untuk memberikan testimoni kepada para peserta.

Cilegon dalam

Ikke menjelaskan pengalaman pahitnya bahwa, semenjak 2007 beliau terdiagnosis mengidap Kanker Laring akibat paparan asap rokok ditempat kerjanya. Hingga saat ini beliau kehilangan pita suaranya dan harus mengkonsumsi obat seumur hidup.

Perlu diketahui, saat ini isu rokok menjadi masalah penting mengingat tingginya angka perokok dini di Indonesia. Jumlah rokok yang dikonsumsi di Indonesia pada tahun 2020 mencapai tiga ratus dua puluh dua miliar batang atau setara dengan uang sebesar Rp 282 triliun.

Generasi muda merupakan kelompok rentan yang menjadi sasaran target pemasaran industri rokok. Melalui iklan rokok yang masih longgar regulasinya, kampanye melalui berbagai pameran diantanya World Tobacco Asia (WTA) dan World Vape Show pada Oktober mendatang di Surabaya, promosi melalui konser musik dan konten para influencer serta strategi promosi lainnya.

Baca Juga: Bertepatan Hari Anak Nasional, PLN Edukasi Anak-Anak Pahami agar Tidak Bermain Dekat Jaringan Listrik

Salah satu bentuk penelitian Tim Riset Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga di Indonesia dengan menggunakan sampel perokok aktif sebanyak 3.386 responden, individu yang pernah merokok sebanyak 3.666 responden, dan perokok dengan konsumsi rokok yang dilaporkan per hari sebanyak 1.355 responden dan berusia 13-17 tahun.

“Hasilnya, terdapat korelasi yang signifikan antara paparan TAPS dengan perilaku merokok pada kaum muda,” tegasnya.

Masa depan anak-anak sebagai generasi bangsa akan menjadi taruhannya jika tidak ada pengendalian dan pencegahan dari semua pihak. Baik pemerintah, akademisi, media dan masyarakat.

“Dengan membangun kesadaran bersama tentang urgensi pentingnya melindungi kesehatan dan masa depan anak, Indonesia akan selangkah lebih maju mewujudkan Generasi Emas 2045 mendatang,”: pungkas Dr. Widati. Ti

Editor : Redaksi

Berita Terbaru