SEMARANG (Realita) Perasaan haru, bahagia bercampur syukur diungkapkan Adnan Baihaqi, dalam Haflah Nisfussanah Khataman Al-Quran 20 Juz, yang diselenggarakan Pesantren Tahfidz Al-Qur'an MAJT-Baznas Jawa Tengah, Kamis (19/9/2024).
Haflah yang berlangsung di Aula Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), dihadiri Ketua Baznas Jateng, Dr KH Ahmad Darodji, MSi beserta jajarannya, para ketua Baznas kabupaten/ kota se-Jawa Tengah, pimpinan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) serta segenap pengurus Pesantren. Dalam haflah tersebut Adnan Baihaqi, diberi kesempatan menyampaikan testimoni.
Pemuda asal Brebes, kelahiran 6 September 1998 ini, bertutur tentang tekadnya menjadi santri. Kini dia dinyatakan lulus ujian hafalan 20 juz dengan kategori hafalannya kuat. Seangkatannya juga ada yang lulus hafalan 20 juz dalam tempo sama. Haflah tersebut selain untuk khataman 20 juz, juga untuk 5, 10 dan 15 juz.
"Saya termasuk angkatan pertama di Pesantren ini, sejak 11 Januari 2023, hafalan masih nol dan kini lulus 20 juz lewat ujian yang ketat. Saya rasanya ingin menangis haru, bahagia dan bersyukur. Tekad saya tahun depan harus khatam 30 juz secara mutqin (hafalannya kuat-red)," obsesinya terbata-bata.
Dia mengaku sangat bersyukur dapat nyantri khataman Qur’an di pesantren ini. Rasanya betah dan semangatnya tinggi dalam menjalani pendidikan. Mengingat, seluruh pengasuh Tahfidz bereputasi hafidz yang mutqin, bahkan levelnya internasional.
"Semua organ menunjukkan kesungguhan dan bahu membahu dalam menggembleng kami," tutur putra pasangan Sairon dan Alfiyah ini.
Adnan menilai Pesantren Tahfidz Al-Qur’an MAJT-Baznas ini, sebagai pesantren istimewa. Tugas utama santri hanya belajar dan menghafal. Belajar yang dijalani, diantaranya, setiap hari wajib mengikuti kajian kitab kuning tematik yang diambil dari berbagai kitan termasyur, diasuh oleh para ulama sepuh.
Kemudian semua santri wajib mengikuti perkuliahan di Universitas Wahid Hasyim Semarang dan melaksanakan salat rawatib berjemaah 5 waktu.
Baca Juga: Jelang Pilkada, FKUB Jawa Tengah Berharap Tidak Ada Politisasi Agama
Untuk hafalan, setiap hari dua kali diasuh para musrif yang membimbing hafalan dan wajib setor hafalan kepada para imam MAJT yang semuanya hafidz bereputasi internasional.
Adnan mengaku nyaman selama nyantri di MAJT-Baznas, karena tidak mengeluarkan biaya, semua serba beasiswa. Bahkan setiap bulan rutin masih mengantongi living cost Rp 800.000 untuk operasional santri.
Biaya nyantri setiap bulan sebesar Rp 2.000.000, ditanggung Baznas asal santri. Para santri statusnya penugasan dari Baznas daerah. Dari Rp 2.000.000 tersebut, sebesar Rp 800.000 diterima santri sebagai living cost.
Baca Juga: MUI Jawa Tengah Desak Pemerintah Revisi Pasal-Pasal Krusial PP No 28/2024
Semua santri kuliah di Unwahas pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, juga gratis hingga lulus S1. Biaya kuliah 50 persen ditanggung Baznas Provinsi dan 50 persen beasiswa dari Unwahas.
"Maka sepatutnya saya berterima kasih tiada terhingga kepada semua pihak, baik Baznas, MAJT, pengurus Pesantren, juga imam, dan musrif yang menggembleng dan memasilitasi kami sebagai santri maupun mahasiswa dengan serba gratis," tandas Adnan.
Direktur Pesantren Dr KH Muhammad Syaifudin, MA, Alumnus Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir, menjelaskan, jumlah santrinya di Pesantren yang dipimpinnya baru 35 orang.
Baca Juga: Jelang Ibadah Qurban 1445 H, MUI Jateng Keluarkan Tauziah
Sedangkan kapasitas santri mencapai 70 orang, maka Pesantren ini masih menerima calon santri baru, dengan catatan mendapat penugasan dari Baznas asal daerahnya.
Pesantren yang berdiri sejak Januari 2023 ini, mengarahkan alumnusnya untuk cakap menjadi imam di masjid-masjid agung, di kabupaten kota, serta memiliki wawasan keagamaan dan intelektual yang memadai.
Editor : Redaksi