Pengamat Ekonomi Ingatkan Dampak Negatif Viralnya Hastag Bomba Group

realita.co
Tanggor Sihombing.

JAKARTA (Realita)- Pakar Ekonomi Universitas Pelita Harapan Tanggor Sihombing mengomentari viralnya hastag #BongkarSkandalBombaGroup di media sosial (medsos) Twitter beberapa waktu lalu. Hal itu muncul terkait dugaan kredit macet Bomba Group ke salah satu bank pelat merah yang digaungkan para netizen. 

Menurutnya, isu tersebut menjadi besar karena nominal peminjaman PT Bomba Group yang besar mencapai triliunan rupiah. Terlebih di tengah situasi krisis ekonomi seperti sekarang ini, masalah uang menjadi sensitif untuk diperbincangkan.

Baca juga: Investasi Bodong, Istri Selebgram Surabaya Dilaporkan ke Polda Jatim

"Nominalnya yang besar, trilliun. Lalu, saat krisis ekonomi saat ini uang tunai (likuiditas) menjadi raja (king). Sehingga setiap uang menjadi rebutan dan sensitif untuk jadi viral," kata Tanggor kepada wartawan, Selasa 12 Juli 2022.

Ia pun mempertanyakan, jika dalam perusahaan yang dikelilingi stakeholder tersebut apakah memperebutkan uang tunai hingga menyoal terkait tahun politik. "Perusahaan batubara diduga dikelilingi banyak stakeholder, adakah perebutan tunai? Apakah ini erat hubungannya dengan tahun-tahun politik terkini?," lanjutnya.

Sehingga menurutnya, tentu terdapat dampak nominalnya terhadap perekonomian Indonesia, terlebih karena industri batubara saat ini lesu. "Jadi kemungkinan resiko macet akan tinggi. Penegak hukum akan dilibatkan kalau ada anomali. Maka harus diawali dengan audit lebih dulu," ujarnya.

Baca juga: Kejati DKI Bantah Penanganan Penggelapan Investasi Ratusan Miliaran tanpa Petunjuk

"Teriakan seperti ini ada baiknya muncul untuk meningkatkan tata kelola bank yang memberikan pinjaman kredit untuk lebih baik. Watchdog diperlukan di setiap korporasi. Itu akan membangun kewaspadaan manajemen," katanya lagi. 

Menanggapi hal tersebut, Konsultan Bisnis Digital dan Metaverse Tuhu Nugraha menyebut bahwa isu tersebut menarik karena ada sisi positif dari media sosial yaitu jadi bagian dari sistem kontrol seperti media dan jurnalis.

Baca juga: Penanganan Kasus Penggelapan Investasi Ratusan Miliaran, Kejati DKI Dipertanyakan

"Media sosial jadi alat suara publik untuk partisipasi dan melakukan pengawasan, walaupun secara esensi yang disuarakan benar atau salah," kata Tuhu. 

Kata dia, dalam trending topic secara matematika adalah ketika banyak yang ngetweet. "Itu bisa organik memang banyak yang ikut menyuarakan dan ngomongin untuk mencuri perhatian publik terutama ke media," ujarnya.kik

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru