Mengerikan, 2 Kasus Ini Jadi Contoh Sisi Gelapnya Dunia Maya

realita.co
ilustrasi gelapnya dunia maya.

YOGYAKARTA (Realita) - Penggunaan internet saat ini sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagian besar dilakukan untuk bekerja, membeli pakaian, berjualan, belajar, hingga mencari hiburan. Namun, sayangnya kemudahan dalam mengakses internet diiringi pula dengan kejahatan cyber yang dapat terjadi kepada siapa saja.

Kasus hacker Bjorka yang saat ini masih ramai diperbincangkan menjadi salah satu contoh. Melalui media sosial, Bjorka membagikan bagaimana ia mampu meretas data 150 juta penduduk Indonesia, lalu lebih dari 1 miliar data pengguna sim card, data dari pejabat-pejabat dan tak terkecuali data rahasia presiden yang diretas dengan mudah, hingga diangkatnya kembali pembahasan mengenai dalang di balik meninggalnya aktivis Munir yang diakui Bjorka dapat ia bongkar. 

Baca juga: HUT ke-77 SPS: Berharap Pemerintah Lahirkan Regulasi Penguatan Media Pers

Hal ini menjadikan masyarakat khawatir akan data pribadi mereka. Pasalnya seperti nomor NIK, tanggal lahir, dan lainnya menjadi data pribadi yang pasti kita gunakan untuk kepentingan administrasi. Namun, nyatanya data yang kita percayakan dan terhimpun hingga ratusan bahkan miliaran data penduduk Indonesia pun bisa menjadi target kejahatan cyber

Selain kasus hacker Bjorka yang saat ini masih menjadi perbincangan, ada pula kasus Nth Room, yaitu kasus pelecehan seksual secara daring menjadi kasus fenomenal yang menggemparkan Korea Selatan yang terjadi pada tahun 2019 hingga 2020. Berawal dari kontak melalui media sosial, pelaku mengancam setelah mengakui jika ia memiliki seluruh data korban dan keluarganya. Korban yang sebagian besar masih merupakan anak usia sekolah terus mengalami penekanan secara mental karena harus terus menerus mengirimkan foto tanpa busana sesuai dengan petunjuk pelaku. 

Kasus Nth Room yang bahkan dianggap sebagai kasus pelecehan seksual terbesar di Korea Selatan ini pun dibuat menjadi film dokumenter Netflix berjudul Cyber Hell: Exposing an Internet Horror yang dirilis pertama kali pada 18 Mei 2021 lalu. Dalam film dokumenter ini kita dapat melihat bagaimana kronologi kasus Nth Room dari awal yang mengundang kecurigaan. Kelompok mahasiswa jurnalistik, juga jurnalis yang bekerja di salah satu media di Korea mencoba menghimpun berbagai data hingga akhirnya bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengungkap dan menangkap dalang di balik kasus Nth Room.

Baca juga: Berulah lagi, Bjorka Umbar Data Kepala BSSN

Kedua kasus tersebut hanya satu dari sekian banyak contoh kejahatan yang terjadi dalam dunia maya. Dengan banyaknya kasus kejahatan secara daring, membuat industri film pun tidak luput untuk ikut mengangkat isu-isu ini melalui karya yang dapat menjadi pengingat dan meningkatkan kembali kewaspadaan kita sebagai pengguna internet. Selain Cyber Hell: Exposing an Internet Horror yang memang diangkat dari kejadian sebenarnya, ada juga film Trust (2010), Ratter (2015), Unfriended: Dark Web (2018), hingga Spree (2020) yang menggambarkan bagaimana mengerikannya jika kita sudah terjebak dalam kejahatan cyber dan ketidakwajaran dunia maya. 

Selain film, ada pula penggambaran sisi gelap dunia internet yang tersaji dalam salah satu novel dari Cabaca. Aplikasi baca novel premium ini menayangkan novel Everlasting Maker karya Hygea Galenica yang mengisahkan Michel yang baru saja mengikuti perkuliahan setelah cuti beberapa bulan demi terapi gangguan kecemasannya, menemukan sebuah laptop tak bertuan di dalam kelas. Dia mengira salah satu temannya tidak sengaja meninggalkan laptop tersebut sehingga dia pun mengamankannya. Ternyata, hal itu adalah pilihan terburuk yang malah menjerat dirinya ke sisi gelap dunia internet.

Diawali dengan kasus penculikan mahasiswi di kampusnya, sebuah pesan misterius, situs web yang memuat konten mengawetkan manusia, hingga dua bayangan pria yang muncul tiap tengah malam. Michel terpaksa masuk ke dalam jejaring kegelapan yang penuh dengan kriminalitas. Dia harus menemukan pemilik laptop itu, sebelum dirinya menjadi korban selanjutnya dari sang Pembuat Keabadian.

Baca juga: Identitas Bjorka Masih Misterius

Seperti yang dikatakan oleh Fatimah Azzahrah, Co-Founder Cabaca, “Sudah banyak karya yang mencoba merekam realitas dan sisi gelap dunia internet, gak cuma film tapi juga komik dan bahkan novel Indonesia. Dari situ sebenarnya sudah ada usaha edukasi dan warning bahwa setiap pengguna internet harus lebih berhati-hati dan bertanggung jawab penuh atas setiap data diri yang dipilih untuk di-expose”, ungkapnya saat diwawancarai secara daring pada (19/09/2022). 

Kemudahan akan mengakses informasi dan terbukanya pertemanan dengan siapapun dapat menjadi hal yang sangat membantu dan dapat kita manfaatkan. Namun, tetap waspada dan berhati-hati selalu kita butuhkan dalam menggunakan internet. Kita bisa mencegahnya dengan tidak membagikan informasi pribadi kepada orang-orang, membagikan data akun, hingga tetap menjaga batasan dan bersikap bijak dalam menggunakan media internet. Namun, tindakan dan kebijakan resmi dari pemerintah tetap dibutuhkan agar cyber security di Indonesia menjadi lebih baik lagi.cab

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru