ANKARA- Turki hingga Suriah porak-poranda dihantam gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,8. Situasi semakin parah dengan suhu dingin ekstrem.
Gempa berkekuatan 7,8 yang terjadi pada pukul 04:17 waktu setempat pada pada hari Senin (6/3/2023) di kedalaman sekitar 17,9 km, menyebabkan bangunan hancur. Getarannya dirasakan hingga Siprus dan Lebanon.
Baca juga: Kalahkan Volkanovski, Islam Makhachev: Jangan Lupakan Turki dan Suriah
Gempa yang disebut sebagai gempa terdasyat dalam 100 tahun terakhir itu diperkirakan menyebabkan ribuan warga meninggal dunia. Korban tewas diperkirakan lebih dari 2.300 orang dan lebih banyak lagi jumlah korban terluka.
Selain kehancuran akibat gempa, Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengatakan warga semakin menderita karena harus menghadapi cuaca yang sangat buruk. Evakuasi terhadap korban juga menjadi lebih sulit.
"Kami berusaha menjangkau wilayah itu secepat mungkin," kata Oktay kepada media seperti dikutip dari Al Jazeera.
Suhu di bawah nol derajat Celsius dan bersalju akan menghambat evakuasi korban gempa Turki-Suriah. Menurut ahli meteorologi, Provinsi Gaziantep Turki diterjang hujan salju sampai Selasa (7/1).
Awal Februari memang termasuk dalam periode terdingin dalam setahun di Turki. Tetapi, tahun ini suhu lebih dingin daripada rata-rata, sekitar 5 derajat Celsius di bawah suhu normal pada musim yang sama.
Cuaca diprediksi semakin dingin dengan turun di bawah titik beku pada Selasa (7/2). Dan, titik terendah ada di Gaziantep turun menjadi -6 derajat Celcius.
Baca juga: Bayi Baru Dilahirkan Ditemukan Selamat usai Tertimbun Reruntuhan selama 10 Jam
Sementara itu, hujan salju yang dimulai Senin akan berlangsung hingga Selasa (7/2). Salju akan lebih banyak menumpuk di tempat yang lebih tinggi, tetapi bisa turun sampai ke perbatasan dengan Suriah.
Nestapa bagi warga Turki dan Suriah diprediksi berlanjut karena gempa susulan masih akan terjadi. Pemerintah pun meminta warga untuk meninggalkan gedung mereka demi keselamatan warga. Sebab, gempa susulan masih terus terjadi.
"Itu pertanyaan yang cukup sulit mengingat cuaca pada saat itu hampir beku," kata Scott McLean dalam laporan di CNN.
"Sangat sulit untuk berada di luar dengan piyama, tanpa mantel, tanpa perlengkapan, dalam waktu yang lama," dia menambahkan.
Baca juga: Korban Tewas Gempa Turki Diprediksi Bakal Melebihi 30 Ribu Orang
Sinem Koseoglu dari Al Jazeera, melaporkan dari Istanbul, mengatakan kondisi musim dingin yang ekstrem membuat situasi di lapangan sangat sulit.
"Di mana-mana ada salju atau hujan, dan sangat dingin... kondisi cuaca dan iklim membuat sangat sulit bagi petugas penyelamat dan warga sipil," katanya.
"Tampaknya ini menjadi tantangan terbesar bagi semua orang," dia menambahkan.
Gempa ini juga disebut gempa terkuat yang pernah terjadi di dunia sejak gempa berkekuatan 8,1 melanda daerah terpencil di dekat Kepulauan Sandwich Selatan di Samudra Atlantik selatan pada tahun 2021. Namun, gempa tersebut tidak menyebabkan kerusakan.ik
Editor : Redaksi