Bulan Bung Karno Jadi Refleksi Menghadapi Tantangan Bangsa

realita.co
Drs. H. Djarot Syaiful Hidayat, MS. memberikan pemaparan materi untuk menghadapi tantangan bangsa kedepan

SURABAYA(Realita)-Bulan Bung Karno dan Hari Lahir Pancasila menjadi momen merefleksi perkembangan Bangsa. Sebab, kondisi Indonesia kedepan menghadapi tantangan yang sangat luar biasa, dari intoleransi, radikalisme, terorisme, korupsi hingga kesenjangab sosial ekonomi.

Fakta tersebut diungkapkan Rektor Universitas 17 Agustus 1945, Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPA saat menyampaikan materi dalam kegiatan sarasehan dalam memperingati Bulan Bung Karno dan Hari Lahir Pancasila.

Baca juga: Untag Surabaya Ajari Pemuda Simoketawang Cara Membuat Pupuk Kompos dan Pakan Silase

Cak Nug panggilan akrab Mulyanto Nugroho ini menegaskan, sudah menjadi tugas bersama untuk merevitalisasi jiwa patriotik dan nasionalisme. Revitalisasi jiwa patriotik dapat diwujudkan melalui sikap serta memperkokoh wawasan kebangsaan. "Sangat penting dilakukan revitalisasi nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa,” katanya.

Sarasehan secara daring yang mengusung tema “Revitalisasi Jiwa Patriotik dan Nasionalisme Suatu Gerakan Memperkokoh Wawasan Kebangsaan bagi Masyarakat, Bangsa dan Negara” ini juga menghadirkan 3 narasumber lainnya, yakni Anggota DPR-RI – Drs. H. Djarot Syaiful Hidayat, MS., Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., dan Pengurus Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya, J. Subekti, SH., MM.

Drs. H. Djarot Syaiful Hidayat, MS. melalui pemaparan materinya mengungkapkan perlunya mengembalikan jiwa patriotik dan nasionalisme. Dia mengambil contoh figur Bung Karno dengan seluruh sikap dan tindakan cinta tanah air berdasarkan nilai theisme, sosialisme dan nasionalisme.

Namun, anggota DPR RI itu pun mengakui perubahan dan kemajuan zaman berdampak negatif pada berbagai aspek, baik politik, ekonomi hingga budaya. Hal ini menurutnya terjadi karena nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, wujud dan jatidiri bangsa serta Trisakti dilupakan.

Djarot juga menyayangkan banyaknya generasi milenial yang tidak lagi mengenal sejarah Indonesia. Oleh karena itu dia berharap dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan seperti sekolah, agar memasukkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Misalnya dengan pengadaan program volunteer atau sukarelawan. Adanya kegiatanseperti ini, lanjut Djarot, diharapkan menjadi wadah bagi generasi milenial mempelajari nilai-nilai Pancasila.

Baca juga: Untag Surabaya Gelar Pelatihan Pembibitan Buah Kelengkeng, Ini Cara Pilih Kelengkeng yang Baik

“Adanya empati saat membantu masyarakat, itu sudah merupakan nilai Pancasila. Kemudian bergaul dengan berbagai macam suku, agama dan ras, itu sudah masuk nilai toleransi. Hal yang seperti ini perlu dikembangkan dengan konteks kekinian. Kemajuan teknologi juga bisa menjadi wadah merevitalisasi jiwa patriotik dan nasionalisme pemuda dengan adanya konten-konten yang diisi dengan nilai-nilai nasionalis dan kearifan Indonesia," paparnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. menurut dia tantangan dan ancaman dari kemajuan suatu peradaban tidak bisa terelakkan. Namun, ideologi Pancasila sebagai pedoman bangsa menjadi penuntun dalam menghadapi seluruh persoalan yang ada.

Bung Karno melalui ideologi Pancasila tidak hanya mengajak masyarakat Indonesia untuk reaktif dan bersikap defensif terhadap ancaman dan tantangan yang ada, namun mendorong kita untuk berpikir kreatif, konstruktif dan progresif. “Jangan sampai kita hanya larut dalam reaksi sampai lupa pada misi mulia ideologi bangsa kita,” tuturnya.

Baca juga: Prodi Arsitek Untag Surabaya Bantu Buatkan Desain Cafe Wisata Kampung Kelengkeng

Sementara J. Subekti SH, MM., menjelaskan dalam menghadapi degradasi pemahaman terhadap nasionalisme di Indonesia yang multietnis dan multikultur, dibutuhkan revitalisasi semangat gotong royong dan kolaborasi dalam membangun kembali jiwa Pancasila dan nasionalisme.

“Mari memberi tauladan bagaimana kita bersikap dan berbicara sebagai tokoh panutan. Jangan sampai malah memecah belah didalam institusi, di dalam bangsa,” ucapnya.(arif)

 

Editor : Arif Ardliyanto

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru