OJK dan LSAI Gencar Melakukan Sosialisasi Jasa Keuangan di Sumenep

realita.co
Para peserta antusias mengikuti sosialisasi dari OJK dan LSAI, Rabu (11/10/2023).

SUMENEP (Realita)- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Lembaga Studi Arus Informasi (LSAI) gencar melakukan sosialisasi jasa keuangan kepada masyarakat di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Terbaru, sosialisasi dilakukan bersama ratusan masyarakat di salah satu hotel di Kota Keris, Rabu (11/10/2023).

Kepala Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Jawa Timur, Rifnal Alfani mengatakan, sosialisasi dilakukan untuk memberikan pemahaman mendalam kepada masyarakat bagaimana mengelola keuangan secara bijak dan tidak sampai terjebak pada praktik-praktik finansial yang dapat merugikan.

Baca juga: OJK Sebut Stabilitas Sektor Keuangan Terjaga Meski Gejolak Global Meningkat

"Kami memberikan sosialisasi dan edukasi seperti ini agar masyarakat tidak terjebak dengan investasi ilegal, termasuk juga pinjaman-pinjaman online ilegal," jelasnya.

Menurutnya, kegiatan sosialisasi semacam ini sering dilakukan OJK bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya LSAI. Tujuannya, agar masyarakat tidak menjadi korban investasi dan pinjaman online ilegal yang selama ini marak terjadi di tengah-tengah masyarakat, sehingga akhirnya terjerat utang piutang.

Baca juga: Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Keagamaan dan Kenegaraan

"Kami mengantisipasi hal seperti ini dengan melakukan edukasi-edukasi semacam ini. Makanya, kami sangat berterima kasih kepada panitia yang sudah mengundang kami di acara ini," ungkapnya.

Rifnal berharap kegiatan semacam ini sering dilaksanakan. Dan pihaknya pun selalu siap jika diundang untuk menjadi narasumber. "Karena kami tidak ingin masyarakat terjerumus terhadap praktik investasi-investasi ilegal seperti itu," imbuhnya.

Baca juga: OJK Cabut Ijin Usaha PT BPRS Mojo Artho Kota Mojokerto

Sementara mengenai tingkat literasi keuangan masyarakat sendiri, khususnya di wilayah Jawa Timur, menurut dia perlu terus ditingkatkan karena masih berada di angka sekitar 55 persen. Sementara tingkat inklusinya di atas 90 persen.

“Ini artinya, sebagian besar masyarakat menggunakan produk atau jasa keuangan tanpa mengetahui manfaat dan risikonya. Mereka asal pakai saja. Nah, itu yang selalu kami tekankan pada masyarakat melalui acara sosialisasi-sosialisasi seperti ini,” tandasnya.haz

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru