Dossier Lengkap, Reog Ponorogo Siap Naik Sidang Unesco

realita.co
Pertunjukan Reog Ponorogo di Belgia. Foto: Humas

PONOROGO (Realita)- Kerja keras Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko bersama seniman Ponorogo, untuk memperjuangkan kesenian Reog Ponorogo diakui dunia tinggal selangkah lagi. 

Ini setelah  Dossier dan dokumen pendukung Reog Ponorogo yang dikirim oleh Direktorat Kebudayaan Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbud-Ristek) akhir 2023 lalu ke sekretariat Unesco di Paris kini telah dinyatakan lengkap, dan siap naik ke proses sidang inkripsi menjadi Intangible Cultural Heritage (ICH) atau kebudayaan tak benda dunia dari Ponorogo Indonesia. 

Baca juga: Antarkan Reog Ponorogo Diakui Dunia, Ribuan Seniman Dukung Rilis 2 Periode

Hal ini dibenarkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi. Ia mengatakan surat pemberitahuan dari Unesco Ref: CLT/LHE/23/0196900023 tertanggal 23 Desember 2023 yang ditandatangani oleh petinggi Unesco Ernosto Ottone R, kepada Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilman Farid itu diterima seminggu yang lalu. 

" Seminggu yang lalu kami terima surat pemberitahuan dari Unesco terkait Dossier dan dokumen pendukung Reog Ponorogo," ujarnya, Rabu (03/01/2024). 

Judha mengaku, dengan dinyatakan lengkap dokumen Reog Ponorogo, kesenian asli Bumi Reog itu pun akan disidangkan akhir tahun ini. 

Baca juga: Meriahkan Pra Olimpiade Paris, Reog Ponorogo Bakal Tampil di Perancis dan Jerman

" Sudah lengkap, dan bila tidak ada halang merintang sesuai jadwal sidang inkripsi Unesco atas Reog Ponorogo akan dilakukan akhir tahun ini," ungkapnya. 

Judha mengaku, ada beberapa hal yang membuat Reog Ponorogo lolos uji verivikasi Unesco. Antara lain, Reog tidak lagi menunggunakan kulit Harimau dan Merak, dimana dua hewan ini masuk kategori hewan lindung. 

" Kita sudah menjawab tantangan itu, jadi kepala Reog itu terbuat dari topeng kayu, dan kulit kambing yang dilukis coraknya mirip kulit Harimau. Sementara bulu dadak Merak, merupakan hasil penangkaran Merak Hijau yang setiap tahun bulunya rontok sendiri, jadi tidak ada unsur penyiksaan disana," akunnya.

Baca juga: Bersiap Sidang ICH UNESCO, Tim Pengusulan Reog Ponorogo Sempurnakan Dossier

Judha berharap, usai nanti menjadi kebudayaan yang diakui Unesco dan dunia, keberlangsungan Reog agar terus dijaga, tidak hanya dari Pemkab saja namun seluruh pelaku kesenian Reog Ponorogo, serta diturunkan ke anak cucunya.

" Ada kebijakan pelestraian dan kontinuitas Reog Ponorogo baik dari Pemkab, dan pelaku kesenian termasuk bagiaman para UMKM yang hidup dari seni pertunjukan ini bisa berkembang pesat," harapnya. znl

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru