SURABAYA (Realita) - Stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga meski menghadapi ketidakpastian global akibat meningkatnya tensi geopolitik dan perang dagang.
Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar pada wartawan secara virtual, seusai rapat Dewan Komisioner Bulanan, beberapa hari lalu.
Baca juga: OJK Cabut Ijin Usaha PT BPRS Mojo Artho Kota Mojokerto
Ditegaskan, kinerja sektor keuangan domestik tetap stabil. Hal ini didukung oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai, meski ketidakpastian global meningkat.
Mahendra mengungkapkan, perekonomian global mengalami pelemahan secara umum dengan inflasi yang mulai termoderasi.
Pasar mengharapkan The Fed menurunkan suku bunga kebijakan (FFR) sebanyak 2-3 kali di tahun 2024 akibat penurunan inflasi dan pelemahan pasar tenaga kerja di Amerika Serikat.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) menahan suku bunga pada pertemuan Juli 2024 meski indikator ekonomi terus melemah.
“Di China, pertumbuhan ekonomi triwulan kedua 2024 melambat, karena lemahnya permintaan domestik. Ini memaksa pemerintah dan bank sentral, untuk mengeluarkan stimulus fiskal dan moneter," ungkapnya.
Ditambahkan, meningkatnya tensi geopolitik, terutama menjelang pemilihan presiden di Amerika Serikat pada November 2024, serta perkembangan di Timur Tengah dan Ukraina, turut memberi dampak pada pasar keuangan global.
Baca juga: OJK dan LSAI Gencar Melakukan Sosialisasi Jasa Keuangan di Sumenep
“Namun, tekanan di pasar keuangan global secara umum menurun. Ini ditandai dengan penurunan yield USD dan pelemahan dollar index," tukasnya.
Indonesia merasakan dampak positif dengan aliran masuk modal ke pasar keuangan yang menguatkan pasar obligasi dan nilai tukar. IHSG menguat 2,72% pada 31 Juli 2024 mencapai level 7.255,76, dengan kapitalisasi pasar meningkat 1,83% menjadi Rp12.338 triliun.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 1,09%, dengan yield SBN rata-rata turun 7,34 bps. Investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp4,90 triliun di pasar obligasi, meski masih terjadi net sell pada obligasi korporasi.
Di sektor pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat Rp830,25 triliun, dengan nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana naik 1,06%. Penghimpunan dana di pasar modal tetap positif dengan nilai penawaran umum mencapai Rp129,90 triliun.
Baca juga: OJK Perintahkan Bank Blokir Rekening Judi Online
Penggalangan dana melalui Securities Crowdfunding (SCF) terus menunjukkan peningkatan, dengan total dana SCF yang dihimpun mencapai Rp1,15 triliun.
Pada Bursa Karbon, sejak diluncurkan 26 September 2023, tercatat total volume sebesar 613.541 tCO2e dengan akumulasi nilai sebesar Rp37,04 miliar.
“Kami optimis, bahwa Bursa Karbon memiliki potensi besar untuk berkembang mengingat tingginya jumlah pendaftar di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan potensi unit karbon yang dapat ditawarkan," tutup Mahendra. gan
Editor : Redaksi