PONOROGO (Realita)- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) terus mengkebut pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) di Kecamatan Sampung.
Data terbaru di Disbudparpora Ponorogo, proyek multiyears yang diprioritaskan masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ini, kini telah memasuki progres 72 persen dalam pekerjaan tahap I pembangunan.
Baca juga: Bukan Mangkrak, Ini Progres Terbaru Monumen Reog Ponorogo
" Sudah 72 persen dengan 95 hari pengerjaan. Saat pekerjaan leyer atau puzzel patung terus dikebut. Pemasangan rangka baja di lantai 14,5 sampai 29," ujar Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) Disbudparpora Ponorogo Yesi Daniel Tri Baskiro, Jumat (11/10/2024).
Daniel mengatakan dalam kontrak kerja tahap pertama proyek senilai Rp 85 miliar ini, fokus pekerjaan meliputi pembangunan struktur awal dan patung Reog. Ia pun membantah tudingan mundur sebagai PPKom proyek MRMP.
" Tahap pertamanya itu. Jadi pembangunan struktur awal gedungnya sudah selesai, dan saat ini tinggal pembangunan patung Reognya. Melihat cuaca yang mendukung kami optimis Desember rampung pekerjaanya. Masih jadi PPKom sampai proyek selesai," ungkapnya.
Baca juga: Launching Grebeg Suro 2024, Bupati Giri: Momentum Dunia Lirik Ponorogo
Sementara itu, Kepala Disbudparpora Ponorogo Judha Slamet Sarwo Edhie mengatakan, proyek MRMP bukan bangunan monumental saja, namun sebuah upaya Pemkab dalam menciptakan ekosistem wisata budaya Reog Ponorogo yang berimbas pada peningkatan ekonomi masyarakat Ponorogo.
" Oleh karena itu salah satu indikator Ponorogo masuk dalam usulan kota kreatif dunia jejaring Unesco (UCCN), dan Reog Ponorogo menjadi warisan budaya tak benda adalah keberadaan MRMP ini. Disini lah diskripsi Kota Ponorogo dan budayanya mulai era prasejarah hingga era reformasi ini ada. Sesuai RJPD 2024-2045 Ponorogo menjadi episentrum kota wisata budaya," ujarnya.
Judha menambahkan, pembangunan MRMP melalui proses panjang mulai perencanaan hingga pelaksanaan, dimana setiap prosesnya melibatkan publik. Pun terkait kajian sebelum membangun monumen setinggi 126 meter diatas Gunung Gamping Sampung itu sudah berdasar pada kajian tim ahli Institut Teknologi Surabaya (ITS) dengan menggunakan metode Geolistrik untuk mencari resistivitas atau tahanan jenis dari batuan di gunung gamping Sampung sebagai landasan monumen.
Baca juga: Pawargo Tarakan Kecam MRM Ponorogo Disebut Berhala
Dimana didapat hasil adanya retakan tanah yang ada di gunung gamping terjadi akibat aktivitas tambang batu kapur sebelumnya. Retakan ini hanya terjadi di permukaan saja. Sedangkan kedalaman selebihnya gunung batu ini masuk kategori kuat dan aman untuk bangunan tinggi untuk jangka waktu tak terbatas.
" Jadi sejak 2022 kita sudah beberapa kali melakukan FS (Feasibility study) dan sosialisasi ke masyarakat. Pun termasuk kajian kekuatan gunung gamping sebagai landasan monumen dari ITS menggunakan metode Geolistrik dan tes ketahanan tanah dengan sistem Sondir dan Boring sampai kedalaman 28 meter. Dimana hasilnya ini gunung mati dan aman untuk bangunan tinggi," pungkasnya. znl
Editor : Redaksi