PONOROGO (Realita)- Debat publik pasangan calon (Paslon) Calon Kepala Daerah (Cakada) Kabupaten Ponorogo berlangsung panas. Dua paslon Calon Bupati (Cabup) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup) saling serang program yang telah dilakukan selama menjabat Bupati Ponorogo, dalam debat yang dilaksanakan KPUD di Gedung Kesenian Kota Ponorogo, Kamis (24/10/2024).
Hal ini dilantari Paslon nomor urut 1 Ipong Muchlissoni dan Segoro Luhur Kusuma Daru yang mempertanyakan program briket sampah di TPA Mrican yang merupakan salah satu program Paslon nomor urut 2 Sugiri Sancoko dan Lisdyarita. Mereka menuding program itu hanya omong kosong lantaran hingga kini persoalan sampah masih terjadi di sana.
Baca juga: Dinilai Beradab dan Merakyat, Barisan Emak-Emak Ponorogo Dukung Rilis
" Misal di TPS Mrican, disebutkan akan dijadikan briket untuk mengatasi tumpukan sampah disana. Bahkan akan menjadi yang terbesar di Jatim namun kenyataannya blug," tuding Ipong.
Menanggapi hal tersebut, Paslon nomor urut 2 Sugiri Sancoko dan Lisdyarita membeberkan, bahwa persoalan sampah di TPA Mrican bukan hanya terjadi pada eranya saja, namun juga era Ipong saat menjabat bupati dulu. Bahkan Giri menyebut penyelesaian persolan sampah di TPA Mrican saat itu tidak pernah terpikirkan. Baru di eranya, persoalan tumpukan sampah di kawasan ini mulai di urai. Terbaru menggandeng PT BES untuk mengelola sampah Mrican menjadi kompos dan non organik.
" Sampah ini tidak selesai jaman Ipong. Sampah ini selesai jaman saya. Saya jami ini. Sekarang sudah terurai, briket sendiri, organik sendiri. Kita lihat ke sana ayo," jawab Giri.
Baca juga: Debat Kedua Pilkada Ponorogo, Sugiri Sebut Ipong Masih Ajak Debat Kusir dan di Luar Tema
Debat kembali panas saat Paslon Ipong menyoroti langkah Sugiri yang memperbaiki infrastruktur jalan di Ponorogo dengan mekanisme piutang ke PT SMI dalam program PEN. Ia mengeklaim langkah serupa juga dilakukan pihaknya saat menjabat dulu namun batal lantaran di protes.
" Itu sudah pernah saya lakukan. Tapi didemo habis-habisan. Ya itu pinjam ke PT SMI bunganya 0 persen tidak ada bunga. Pada waktu itu kita dapat pinjaman Rp 200 miliar. Di demo habis-habisan. Akhirnya pinjamam yang Rp 200 miliar itu yang 155 saya kembalikan tidak jadi saya pinjam. Eh ketika beliau jadi bupati dipinjam itu bro. Dan pinjaman itu ada bunga. Saya lupa 5 atau 7 persen yang membebani sampai sekarang ini," tudingnya.
Tak tinggal diam, Sugiri pun menanggapi tegas tudingan Ipong itu. Ia menilai pinjamam ke PT SMI untuk perbaikan infrastruktur jalan era Ipong tidak tepat waktu. Lantaran dilakukan diakhir masa jabatannya sebagai Bupati saat itu. Selain membebani APBD, utang itu akan menjadi momok bagi bupati selanjutnya.
Baca juga: Jelang Debat Kedua Pilkada Ponorogo, Survei ARCI; 70,1% Warga Pilih Rilis Ketimbang Ipong-Luhur
" Saya menolak PEN itu dipinjam. Bukan pinjamnya yang ditolak, tapi timing (waktu) pinjamnya yang saya tolak. Wong saya tahu waktu itu menang saya kok ngutang. Dan benar, saat beliau saya kalahkan, ada Rp 54 miliar dari PEN dan sudah cair, dan semua PL (Penunjukkan Langsung) semua. Aku modar ngangsur frend. Mestine utango ndisik bar dilantik. Gek ndang dibayar," tegas Giri.
Puncaknya ketika Moderato debat Shinta Noza dan Briansyah Dewandri meminta kedua Paslon untuk berjabat tangan diakhir debat paslon. Namun sayang, uluran tangan Sugiri untuk menjabat tangan Ipong dan Luhur sia-sia. Paslon Cabup-Cawabup nomor urut 1 ini memilih enggan bersalaman dengan Giri dan Lisdyarita. Keduanya tampak menangkupkan tangan sembari tersenyum. Sikap Ipong dan Luhur itu pun menuai teriakan "huu" dari pendukung Giri-Rita hingga acara selesai. znl
Editor : Redaksi