JENEWA - Komodo dikenal sebagai hewan langka yang hanya ada di Indonesia. Hanya walau statusnya dilindungi, reptil raksasa itu masuk daftar merah terancam punah.
Hal itu dikabarkan oleh International Union for Conservation of Nature atau biasa disingkat IUCN dalam acara forum internasional yang digelar di Jenewa, Swiss, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Masuk Taman Nasional Komodo, Wisatawan Harus Bayar Rp 3,75 Juta per Kepala
"Gagasan bahwa hewan prasejarah ini telah bergerak satu langkah lebih dekat ke kepunahan sebagian karena perubahan iklim sangat menakutkan," kata Andrew Terry, direktur konservasi di Zoological Society of London seperti dikutip detikTravel dari Reuters, Minggu (5/9/2021).
Dalam catatan IUCN, naiknya permukaan laut diperkirakan akan menyusutkan habitat kecil komodo setidaknya 30 persen dalam 45 tahun ke depan.
IUCN menyatakan, sekitar 28 persen dari 138.000 spesies saat ini masuk dalam kategori terancam punah termasuk komodo. Hal tersebut tak lepas dari aktivitas destruktif manusia.
Hilangnya habitat karena eksploitasi berlebihan dan perdagangan ilegal, menjadi penyebab merosotnya populasi satwa liar. Perubahan iklim juga dinilai merupakan ancaman yang nyata.
Baca juga: Komitmen Bersama Jaga Kelestarian Harimau, Jatim Park 2 Adakan 1000 Tanda Tangan
Diungkapkan oleh Andre, faktor perubahan iklim menjadi alasan utama. Di samping berkurangnya bahan makanan komodo seperti ikan tuna dan lainnya.
Di Indonesia, komodo merupakan hewan endemik yang hanya bisa dijumpai di Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, NTT. Adapun pembangunan infrastruktur terkait pariwisata juga tengah digenjot di sana.
Hanya seperti diungkapkan Menparekraf Sandiaga Uno, ia tetap mengutamakan keberlanjutan lingkungan dalam pembangunan infrastruktur pariwisata di sana.
Baca juga: Viral! Nelayan di Pantai Pacitan Bunuh Tujuh Lumba-Lumba
"Dalam penerapannya, pariwisata berkelanjutan memiliki prinsip untuk memberdayakan masyarakat melalui kebudayaan dan kearifan lokal yang ada. Sejalan dengan itu melestarikan alam dan meningkatkan kesejahteraan, serta ditambah aspek pengelolaan secara profesional. Tidak semata-mata memperhitungkan dampak ekonomi, tapi juga dampak yang akan terjadi terhadap lingkungan dan sosial budaya masyarakatnya," kata Sandiaga.ik
Editor : Redaksi