Pendapatan Terus Meningkat, PT DJA Siap Melantai di Bursa Saham

realita.co
Komisaris Utama PT DJA, Nanang Sumartono Hadiwidjojo (kanan), bersama Direktur Operasional dan Pemasaran PT DJA, Ongky Aries Tyanto.

SURABAYA (Realita) - PT Darbe Jaya Abadi (DJA) siap melantai di bursa saham Indonesia. Kick off menuju Initial Public Offering (IPO) sudah dimulai Perseroan yang bergerak di bidang usaha perdagangan ayam ini pada 30 Agustus 2021.

Komisaris Utama PT DJA, Nanang Sumartono Hadiwidjojo, mengatakan, sejak 2  tahun terakhir (2019 dan 2020), Perseroan  mampu membukukan kinerja positif meski di masa pandemi Covid-19. Tercatat pada tahun 2019 mampu membukukan total penjualan sebesar Rp 36 miliar dan sepanjang tahun 2020 malah membukukan sebesar Rp 64 miliar, naik 170% year-on-year. 

Baca juga: PT Bundamedik Terancam Sanksi Atas Keterlambatan Notifikasi Akuisisi Saham

Optimis akan terus berkembang, pada tahun 2021 ini Perseroan berencana melakukan aksi korporasi fundamental, memulai proses menuju IPO agar dapat 'naik kelas' sebagai perusahaan terbuka berskala UKM yang melantai di pasar modal Indonesia/ SME public listed company, dan prosesnya telah dimulai pada akhir 30 Agustus lalu.

Nanang menyebutkan, alasan aksi korporasi tersebut di antaranya untuk mendapatkan alternatif sumber pendaan baru yang akan digunakan untuk memperbesar skala kapasitas usaha dan melakukan ekspansi bisnis, sebagai implementasi amanat Visi Perseroan dalam menjalankan praktek pembangunan yang berkelanjutan (going concern).

Selain itu untuk memperkuat dan mewujudkan brand positioning Perseroan sebagai pelopor UKM yang mampu naik kelas, dimana hal ini inline dengan program nasional pemerintah menciptakan pelaku usaha berskala UKM yang modern, kuat dan tangguh, berkemandirian dan memiliki tata kelola yang lebih baik dan bersih.

Juga, mewujudkan misi Perseroan agar menjadi emiten bertata-kelola yang baik, Good Corporate Governance (GCG), yang berujung pada penciptaan kesejahteraan semua pemangku kepentingan Perseroan dengan perencanaan usaha terintegrasi, beretika bisnis.

Dengan didampingi Ongky Aries Tyanto selaku Direktur Operasional dan Pemasaran PT DJA, Nanang mengemukakan bahwa Perseroan telah berpengalaman lebih dari 10 tahun dalam perdagangan ayam, pemotongan, dan peternakan, yakni sejak 2008 atau 2 tahun sebelum berstatus badan usaha (BU) tahun 2010, kemudian 2016 

mendirikan PT Darbe Jaya Abadi (DJA) sebagai Perseroan dengan Darbe Meats sebagai merek dagangnya. 

Baca juga: Investor Pasar Modal Indonesia Tembus 13 Juta

Perseroan beroperasi sejak didirikan sampai saat ini, berlokasi di Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, dan memiliki 2 rumah potong ayam (RPA) di Gedangan dan Mojokerto, serta 1 distributor di Bali, established pada tahun 2019.

 

Visi utama Perseroan ini, mendukung pembangunan berkelanjutan melalui aktifitas ekonomi berbagi atau Sharing Economy sebagai Etik Kerja, dan menjadi Perseroan unggul berdaya saing di Asia, bergerak di bidang perdagangan dalam penyediaan hasil pangan produk hewani.

Produk dari Perseroan yang diperdagangkan adalah daging ayam potong berstandar HASU (Halal, Aman, Sehat, Utuh), yaitu standar yang diyakini mampu menopang going concern Perseroan di masa yang akan datang.

Baca juga: Cegah Bonek Tertipu Investasi Ilegal, Pasar Modal Gelar NovemberFest

Mendukung prinsip fairness, Perseroan memberikan garansi terhadap kehalalan, harga yang kompetitif, kesegaran dan layak telusur atas produk yang dijual kepada konsumen.

Secara demografi, market share Perseroan sebesar 62% berada di Jawa Timur meliputi Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Jombang, Magetan, Mojokerto, Malang, Tulungagung untuk sistem penjualan berbasis keagenan berikut pengolahannya.

Selanjutnya sebesar 35% ada  di Bali untuk segmen pasar basah, sebesar 2% berada di Jawa Barat di wilayah Bandung untuk segmen end-user dan sisanya sebesar 1% di Makassar untuk segmen end-user.

Market share mapping di atas pada akhirnya membentuk sebaran profil konsumen produk Perseroan yang lebih heterogen. Mereka berasal dari kalangan para pedagang, peritel, dan industri sendiri. Fakta ini mencerminkan bahwa Perseroan memiliki tingkat ketergantungan yang rendah terhadap single buyer tertentu. Lebih dari 50% pendapatan Perseroan disumbang dari hampir 80% volume transaksi penjualan lokal/domestik.gan

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru