Kolaborasi Pemkab Kediri dan Putera Sampoerna Foundation, Kurangi Angka Kemiskinan Lewat Pendidikan

KEDIRI (Realita)- Pendidikan adalah fondasi utama dalam pembangunan masyarakat. Namun, bagi sebagian wilayah di Indonesia, akses terhadap pendidikan masih menjadi tantangan besar. Kabupaten Kediri, salah satu daerah di Jawa Timur, tidak lepas dari tantangan ini. Permasalahan seperti keterbatasan jumlah sekolah, kurangnya kualitas infrastruktur, kebijakan zonasi, hingga aksesibilitas finansial kerap menjadi penghalang bagi banyak siswa untuk mendapatkan pendidikan yang layak.


Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kediri mengambil langkah konkret berkolaborasi dengan Putera Sampoerna Foundation (PSF) dalam menjalankan Lighthouse School Program (LSP) di SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School untuk menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi siswa, terutama yang kurang mampu, serta mencegah putus sekolah.
“Pemkab Kediri dan PSF memiliki spirit yang sama, yaitu bagaimana mengentaskan kemiskinan melalui pendidikan. Pada saat banyak warga yang mengeluhkan kurangnya sekolah di beberapa kecamatan serta kendala dalam pembiayaan sekolah, kami menginisiasi kerjasama dengan PSF untuk menjadikan SMA Dharma Wanita 1 Pare ini sebagai sekolah berkonsep boarding school di bawah Yayasan Dharma Wanita. Kerja sama ini adalah sinergi yang membangun untuk masa depan Kabupaten Kediri," ujar Bupati Kediri tahun 2020-2024 Hanindhito Himawan Pramana, yang akrab disapa Mas Dhito.

Mas Dhito menyadari bahwa perlu adanya langkah nyata untuk memperluas akses pendidikan, terutama di daerah-daerah yang minim fasilitas dan mayoritas masyarakatnya masih berada di bawah garis kemiskinan.

“Saya katakan masyarakat miskin itu terbagi menjadi tiga, yaitu miskin ekstrim, miskin, struktural dan miskin absolut. Yang paling kita utamakan adalah masyarakat yang miskin absolut. Kemiskinan absolut itu adalah gabungan antara kemiskinan ekstrim dan kemiskinan struktural. Nah, ini masyarakat yang miskin ekstrim ini rata rata mereka tidak punya harapan untuk bersekolah,” ujarnya.

SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School hadir sebagai solusi. Sekolah ini dirancang untuk mengakomodasi siswa-siswa dari berbagai wilayah dengan pendekatan yang inklusif dan berbasis mutu.

"Kami ingin memastikan bahwa setiap anak di Kediri memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, berkembang, dan meraih mimpi mereka, tanpa terbatas oleh kendala finansial," tambahnya.
Sistem boarding school dipilih karena memiliki keunggulan dalam pembentukan karakter siswa. Selain belajar secara akademik, siswa juga dibimbing dalam pengembangan soft skills, disiplin, dan kemandirian.

Model pendidikan boarding school yang diterapkan di SMA Dharma Wanita 1 Pare ini menawarkan pendekatan berbeda dibanding sekolah reguler. Dengan tinggal di asrama, siswa mendapatkan lingkungan belajar yang lebih terkontrol dan mendukung.

"Konsep asrama ini mempersatukan siswa-siswa yang awalnya tidak memiliki cita-cita untuk bersekolah. Dengan pola hidup yang teratur, mereka belajar disiplin dan membangun mimpi baru.”

Program ini tidak hanya menargetkan prestasi akademik, tetapi juga pembentukan karakter siswa. Mereka diajarkan nilai-nilai seperti tanggung jawab, kerja keras, dan solidaritas, yang menjadi bekal penting untuk masa depan.

Transformasi Pendidikan di SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School Melalui Program LSP
Meskipun langkah besar telah diambil, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah upaya untuk meningkatkan kualitas guru dan memperbaiki infrastruktur pendidikan.

PSF, melalui Lighthouse School Program (LSP), melaksanakan program intervensi intensif di SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan berkualitas yang memiliki keunggulan pada bidang Leaderpreneurship (leadership dan entrepreneurship).

Berbagai kegiatan dilakukan dalam program ini, antara lain rekrutmen guru, seleksi siswa, workshop dengan para pemangku kebijakan terkait, pelatihan dan pendampingan intensif, advokasi dan konsultasi, serta monitoring dan evaluasi. Selain itu, peran guru sebagai "mercusuar" diharapkan dapat menyebarkan pengetahuan yang diperoleh dalam program ini kepada lebih banyak guru di Kediri dan sekitarnya, guna meningkatkan kompetensi dan mendukung kualitas pembelajaran.

Program ini memberikan dampak positif yang signifikan, tidak hanya bagi siswa dan guru, tetapi juga bagi tim manajemen, sistem sekolah berasrama, dan lingkungan di SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School.

Selain itu, kehadiran SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School juga memberi motivasi baru bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan sistem boarding school, banyak siswa merasa lebih percaya diri untuk mengejar cita-cita mereka.

Mengatasi Tantangan Hidup untuk Raih Cita-Cita Melalui Pendidikan
Cerita inspiratif datang dari seorang siswa yang hampir putus sekolah karena kendala ekonomi. Setelah bergabung di sekolah ini, ia tidak hanya mendapatkan pendidikan yang layak, tetapi juga bimbingan intensif untuk mengembangkan diri, baik di bidang akademis maupun non-akademis.
Salah satu siswi dari SMA Dharma Wanita 1 Boarding School Pare ini adalah Pramesta Anggraini. Siswi yang tinggal di Desa Pakis, Kecamatan Gudang, Kabupaten Kediri ini tidak saja berasal dari keluarga menengah ke bawah, namun juga dari keluarga yang tidak utuh. Kedua orangtuanya berpisah sejak ia masih kecil. Ia tinggal bersama ibu dan kakek neneknya. Ibunya adalah pedagang kue kecil di pasar, sementara kakeknya adalah pencari cacing yang nantinya akan dijual kepada pengepul.

Meta, panggilan akrab Pramesta, mengaku dirinya tidak terlalu dituntut untuk berprestasi baik oleh ibunya maupun kakek dan neneknya. Meski demikian, ia pun bertekad untuk bisa menjadi yang terbaik bagi keluarganya.

“Ke depannya, saya yang akan menjadi tulang punggung keluarga karena ibu sudah saatnya beristirahat. Sejak ayah meninggalkan kami dan menikah dengan orang lain, ibu harus berjuang sendirian. Pada awal tahun pertama dan kedua setelah ayah pergi, ibu masih menganggur di rumah. Namun, ketika saya akan memasuki SMP, ibu memutuskan untuk mandiri dengan berjualan kue di pasar. Keputusan ibu ini menjadi motivasi bagi saya untuk lebih baik lagi, dan untuk meraih apa yang tidak bisa ibu dapatkan dari ayah. Saya ingin membuktikan kepada ayah bahwa anak yang dulu dianggap remeh ini kini telah menjadi seseorang yang luar biasa, jauh melampaui ekspektasi,” tuturnya bersemangat.

Ia pun bercita-cita ingin berprestasi agar saat diumumkan kelulusannya di sekolah ini, ibunya bisa digandeng untuk naik ke atas panggung.

“Setiap kali ada acara sekolah, ibu selalu ingin berada di depan panggung bersama saya dan mendengarkan prestasi-prestasi saya disebutkan. Harapan saya, nanti saat wisuda, saya bisa naik ke atas panggung, menggandeng ibu di belakang saya, dan disebut sebagai siswa terbaik SMA Dharma Wanita 1 Pare. Itu adalah mimpi saya,” ujarnya sambil meneteskan air mata.

Meta mengatakan ada dua hal yang menjadi favoritnya selama bersekolah di sini. Pertama, berkumpul dengan teman-teman yang satu frekuensi, yang memiliki semangat untuk mengubah nasib, serta berbagi pengalaman dan nasehat. Kedua, kegiatan club bahasa Inggris yang diadakan setiap malam.

“Studi bahasa ini dilakukan setiap malam, jadi setelah berbagai kegiatan, kami masih dituntut untuk belajar mandiri. Mungkin sebagian orang akan mengeluh karena merasa lelah, tetapi saya tidak merasakannya demikian. Saya justru merasa bersyukur karena kegiatan belajar yang menyenangkan, sangat suportif dan memberi semangat kepada kami untuk terus berkembang setiap hari. Semua orang di lingkungan pertemanan saya memiliki ambisi yang sama, yaitu mengembangkan kemampuan bahasa Inggris kami.”

Belajar di SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School membuat Meta semakin mandiri. Di sini, segala sesuatu harus dibagi bersama, seperti 3 setrika untuk 24 siswa. Karakter introvertnya pun dipaksa untuk berani bergaul dan bertemu dengan orang baru. “Harus berkenalan dengan orang baru agar semakin semangat menjalani aktivitas,” katanya.

Selain belajar mengurus diri sendiri, di sekolah ini siswa juga diajarkan untuk mandiri dalam mengelola keuangan pribadi. Setiap bulan, setiap siswa diberikan uang saku sebesar Rp 200 ribu yang harus dikelola agar cukup untuk kebutuhan selama sebulan. “Makan ditanggung oleh sekolah, dan kami juga mendapat beasiswa serta uang saku,” tambahnya.

Meta yang bercita-cita jadi dokter ini pun mengaku mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah, mulai dari fasilitas buku SNPMB, diberikan try out dan termasuk juga lomba-lombanya.

“Saya ingin menjadi dokter karena ingin membantu banyak orang dan memberikan manfaat bagi mereka. Bagi saya, ada kepuasan tersendiri dalam hal ini. Saya juga tertarik mempelajari berbagai bagian dari makhluk hidup, baik itu manusia, hewan, tumbuhan, atau bahkan nama-nama Latin.”

Cilegon dalam

Ia rajin mengikuti berbagai perlombaan, seperti Olimpiade Sains Nasional, yang berkaitan dengan bidang kedokteran, seperti Biologi dan Kimia.

“Apa yang saya dapatkan di SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School yang tidak saya temukan di sekolah umum adalah kemandirian, manajemen keuangan, dan kepemimpinan. Selain itu, kami juga dituntut untuk berprestasi agar bisa membawa nilai positif ketika lulus.”

Guru-guru di sekolah ini juga sangat variatif dalam metode pengajaran. Para siswa tidak hanya diminta untuk mempraktekkan langsung materi yang telah disampaikan oleh guru, tetapi juga dituntut untuk mampu mempresentasikan apa yang mereka pelajari.

“Apalagi cara mengajarnya dengan komunikasi dua arah, ada games sehingga lebih mudah masuk ke otak.”

Meta yang bercita-cita sekolah keluar negeri ini juga memiliki niat mulia untuk memberangkatkan keluarganya untuk umroh dan haji bersama.

“Saya sangat berterima kasih kepada Pemkab Kediri, Mas Dhito, dan Putera Sampoerna Foundation dan program LSP-nya, karena berkat program ini, saya bisa bersekolah secara gratis di sekolah yang berkualitas. Program ini memberi saya pengalaman baru yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Saya sangat berharap, ke depannya, sekolah ini semakin berkualitas, tidak hanya dalam hal fasilitas, tetapi juga dalam kualitas murid dan guru, sehingga bisa mencetak lulusan-lulusan berprestasi yang bahkan lebih hebat dari lulusan sekolah-sekolah lain.”

Suyanti, ibu dari Pramesta mengakui bahwa diterimanya Meta di sekolah SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School ini berdampak pada kehidupan finansialnya.

“Ini meringankan beban saya, karena saya kan tidak perlu mengeluarkan biaya sama sekali buat anak saya,” tuturnya.

Suyanti berharap dengan bersekolah di sana, Meta bisa menjadi anak yang sukses yang bisa membanggakan orang tuanya.

"Meta sering meminta agar saya bisa menyekolahkan dia ke jenjang yang lebih tinggi, tapi saya selalu menjawab, 'Nanti, kalau Ibu bisa, Ibu akan usahakan.' Meskipun dia ingin pendidikan yang lebih tinggi, tapi dia sadar kalau dia tidak punya ayah, jadi dia terima apa pun yang saya katakan."

Sebagai orang tua, Suyanti pun mendukung Meta dan selalu mendoakan keberhasilan dalam hidup Meta ke depannya.

“Terima kasih untuk Pemkab Kediri dan PSF atas dukungannya terhadap pendidikan anak saya. Terima kasih untuk SMA Dharma Wanita 1 Pare karena sudah mengajarkan dan mendidik anak saya dengan baik. Semoga anak saya menjadi anak yang sukses,” harapnya.

SMA Dharma Wanita 1 Pare adalah salah satu contoh nyata bagaimana pendidikan dapat menjadi instrumen perubahan. Dengan konsep boarding school, sekolah ini tidak hanya memberikan akses pendidikan tetapi juga membangun karakter siswa. Program ini menjadi bukti bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan kolaborasi, tantangan dalam dunia pendidikan dapat diatasi.

Melalui visi dan langkah konkret seperti ini, Pemkab Kediri dan PSF terus menunjukkan bahwa pendidikan adalah investasi terbaik untuk masa depan bangsa. Jim

Editor : Redaksi

Berita Terbaru