Kisah Pilu di Balik Wanita Cantik Pecandu Narkotika

realita.co
Ilustrasi pecandu narkoba.

BOGOR (Realita)- Menurut laporan World Prison Brief (WPB), angka narapidana di Indonesia terus meningkat dalam satu dekade terakhir. WPB mencatat jumlah narapidana di Indonesia sudah mencapai sekitar 249 ribu orang pada 2020, sedangkan kapasitas penjara secara nasional hanya sekitar 132 ribu.

Sampai Mei 2022, WPB menilai tingkat penghuni  lembaga pemasyarakatan Indonesia sudah mencapai 208%, dan menjadi yang tertinggi ke- 21 dari 207 negara di seluruh dunia.

Baca juga: Polres Kotabaru Kembali Ungkap Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM (DitjenPas Kemenkumham), mayoritas penghuni lapas adalah narapidana kasus narkotika, yakni mencapai 145.413 orang per Agustus 2021.

Sebanyak 116.930 narapidana kasus narkoba masuk kategori pengedar, sedangkan 28.483 lainnya merupakan pengguna.

Seperti halnya Laura (Nama Samaran) wanita cantik, usia 45 tahun asal Jakarta. Wanita mantan pecandu putaw ini menceritakan kisah kelamnya kepada jurnalis Realita.co saat berkunjung ke Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) ketika dirinya terjerat penyalahgunaan narkotika.

"Saya (Laura) masuk kuliah tahun 1994 di salah satu perguruan tinggi swasta Jakarta. Tahun 1995 tepatnya semester lima, dirinya mulai mencoba alkohol, Ganja, Extacy bersama teman kuliah, yang saat itu mereka statusnya sudah pengguna aktif. Kemudian tahun 1996, aku mencoba narkotika jenis putaw, awalnya bertemu saat kumpul di kost teman kuliah dengan iming-iming gratis," ucap Laura, Rabu (8/6/2022).

Masih sambung ceritanya, 1996 dirinya sudah sebagai pengguna aktif narkotika jenis putaw. Sekian lama berselang sebagai pengguna aktif, Ia memutuskan tahun 1997 untuk menikah dengan laki-laki pujaan hatinya dengan latar belakang sebagai pecandu. 

"Saat itu tidak ada yang tahu, saya sebagai pecandu, baik keluarga maupun suami. Dari awal menikah sampai tahun 2022, saya masih mengkonsumsi barang haram tersebut," ungkapnya. 

Laura (45) akhirnya mengalami konflik rumah tangga, dan memutuskan untuk berpisah dengan sang suami. Setelah dirinya berpisah, Laura kembali bekerja di salah satu perusahaan swasta dengan status sebagai pecandu putaw aktif sampai 2008.

Baca juga: Program Rehabilitasi Sosial, Lapas Surabaya Tingkatkan Kualitas Hidup Napi Narkoba

"Saya selalu berbohong untuk menutupi jati diri saya, gaji habis untuk membeli barang," ceritanya lagi. 

Tahun 2008 akhirnya keluarga mengetahui bahwa dirinya seorang pecandu aktif, yang akhirnya Ia memilih berhenti mengkonsumsi narkotika tersebut. Atas kemauan diri sendiri dan dukungan keluarga, Laura di bawa ke salah satu tempat Recovery atau yang sering disebut sekarang tempat Rehabilitasi bernama Yakita (Yayasan Harapan Permata Hati Kita) yang terletak di Ciawi, Bogor, Jawa Barat. 

"Tiga bulan rehab, untuk satu bulan pertama, tidak mau bicara, bosan, marah dalam kondisi diruangan isolasi khusus untuk pecandu baru, biarpun kamarnya nyaman, makan terjamin namanya kita biasa bebas dan tergantung oleh narkotika, rasa menjadi campur aduk, baik fisik maupun mental ketika saraf kita di serang efek barang tersebut terlebih kondisi sakau (Ketagihan)," terangnya. 

Singkat cerita Laura mahasiswa universitas swasta Jakarta dan seorang ibu muda dari seorang anak perempuan akhirnya selesai menjalani rehabilitasi di Yayasan Harapan  Permata Hati Kita (Yakita) selama tiga Bulan. 

Baca juga: Peringatan HANI Tahun 2023, Yayasan Orbit Surabaya Raih Penghargaan Dari BNNP Jatim

"Setelah keluar, Aku kembali ke komunitas, dan akhirnya pakai putaw kembali sampai 2014. Masuk 2015 dengan niat yang tinggi memutuskan untuk berhenti mengkonsumsi," kata Laura. 

Ketika kedua kalinya kembali ke Yakita atas rekomendasi keluarga dan niat untuk pulih. Laura merasakan penyesalan yang mendalam dengan membohongi dirinya sendiri, orang tua,  keluarga dan mantan suami karena merasa tidak berguna dan tidak memiliki masa depan.

"Saat saya sakau (ketagihan) badan rasanya ga enak, keringetan terus, sensitif mudah marah dan menggigil, pokoknya kacau," keluhnya. 

Alhamdulillah, kedua kali kembali ke Yakita dengan niat yang sangat tinggi dari dalam hati, saya bisa menjalani hidup sampai kariernya sekarang dengan penuh kasih sayang dan rasa cinta dari orang yang peduli selama ini, Aku berpesan jauhi narkotika dan bagi penyalahguna tidak ada kata terlambat untuk sembuh dari jerat narkotika," tutupnya.tom

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru