Mendorong Jokowi tidak Intervensi KLB PSSI

realita.co
Muslim Arbi.

Oleh: Muslim Arbi

Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indoensia Bersatu

Baca juga: Pensiun, Jokowi Terima Hampir Rp 63 Juta per Bulan

JAKARTA (Realita) - Masa akhir kekuasaan Jokowi tinggal menghitung bulan. Tahun depan 2024. Pelaksanaan pemilu dan pilpres bersamaan. Itu artinya riwayat kekuasaannya tinggal menghitung bulan.

Tanggal 14 Pebruari 2024 pemilu dan pilpres diadakan. Itu artinya Jokowi tinggal setahun lagi berkuasa dan tinggal di Istana.

Banyak hal yang telah dibuat oleh Jokowi selama hampir 10 tahun pemerintahannya. Banyak pula yang dikritik dari hal-hal yang telah dikerjakan Jokowi: sesuai mottonya - kerja - kerja - kerja. 

Meskipun Jokowi telah bekerja keras dan gonta ganti wakil dan mentrinya. Banyak hal yang harus di kerjakan oleh presiden yang akan datang. 

Hutang menumpuk, korupsi merajalela, kemiskinan meningkat, negara terancam bangkrut akibat hutang. Rakyat terbelah. 

Selain di atas, dari sisi sepakbola nasional juga tidak menorehkan prestasi yang membanggakan. Bahkan setelah pertandingan di Malang. Ratusan suporter anak-anak bangsa tewas mengenaskan. 

Tanggal 16 Pebruari, beberapa hari lagi PSSI menggelar Kongres Luar Biasa memilih Ketua Umum yang baru. 

Baca juga: Puti Guntur Soekarno Konsisten Bangun Generasi Milenial Berlandaskan Ideologi Bangsa

Terdapat sejumlah nama yang maju sebagai calon Ketua Umum, ada: La Nyalla Mattalitti, Erick Tohir dsbnya. 

Melihat ada menterinya yang masih aktif dan sangat dekat dengan Jokowi, publik berpesan kepada Joko Widodo agar tidak mengintervensi KLB nanti. 

Biarlah para para voters yang memilih Ketua Umum baru dengan nurani, akal sehat dan dengan semangat agar Ketua Umum PSSI baru nanti dapat memajukan Sepakbola Indonesia tanpa digelayuti oleh isu-isu KKN. 

Mengapa publik titipkan pesan: Biar Jokowi tidak Intervensi KLB. Karena salah satu calon Ketum di laga KLB cukup dekat dengan putera Jokowi dan ikut mendanai Klub Bola di Solo. 

Hal itu rawan diasumsikan agar calon tersebut bisa saja dianggap dapat restu dan dukungan sebagai Ketum PSSI baru.

Baca juga: Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Dampingi Presiden Joko Widodo Cek Harga di Pasar Dukuh Kupang

Jika demikian yang terjadi. Terdapat intervensi kekuasaan atau Istana pada KLB PSSI. Ini alamat buruk bagi persepakbolaan nasional.

Jokowi akan meninggalkan gelanggang kekuasaan dengan membiarkan PSSI memilih Ketum barunya dengan statuta dan disertai dengan semangat permainan bola: SPORTIVITAS dan FAIR PLAY. 

Dengan demikian pimpinan baru PSSI dapat berkiprah untuk memajukan bola secara nasional dengan semangat Bola Indonesia harus Maju dan Menang. 

Barakallah.

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru