JAKARTA (Realita) - Indonesia kembali dipercaya sebagai partner country di Hannover Messe. Acara pameran teknologi industri terbesar di dunia yang berlangsung di Hannover, Jerman, pada 17-21 April 2023. Sebagai negara yang tengah berkembang secara ekonomi dan teknologi, ini menjadi kesempatan besar untuk memperkenalkan dan memamerkan inovasi dan teknologi industri terbaru bagi investor, khususnya dari Eropa.
Dirjen KPAII Kementerian Perindustrian RI, Eko S.A. Cahyanto, mengatakan, bahwa posisi ini sangat strategis bagi Indonesia. Karena kepercayaan dari penyelenggara dan restu dari Jerman, akan menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk memperkenalkan kemampuan industri dalam penguasaan dan potensi sebagai suplai chain untuk industri.
Baca juga: Pegadaian Edukasi Mahasiswa Unair Pentingnya Investasi Emas untuk Anak Muda
“Selain memperkenalkan industri, kita tentunya juga akan mendorong kerja sama dalam rangka mendapatkan teknologi terkini, meningkatkan SDM dan mendorong investasi,” ujarnya dalam Dialog FMB9 yang mengangkat tema ‘Industri Masa Depan Berwawasan Lingkungan Hannover Messe 2023’, Senin (27/3).
Masih menurut Eko, status partner country di acara ini juga memperlihatkan inisiatif inovasi 4.0 yang diusung Indonesia. Untuk mendukung hal ini, pemerintah telah membentuk panitia khusus dan menyiapkan berbagai aspek, termasuk kurasi eksebitor, pertemuan bisnis, konferensi, dan fasilitas klinik investasi.
Sebelumnya, dalam suasana dunia yang sedang dalam proses transisi, pemerintah juga telah melakukan banyak hal untuk memperbaiki iklim investasi, termasuk memperbaiki regulasi dan menyediakan instrumen pajak yang lebih ramah investor.
Eko menjelaskan bahwa acara Hannover Messe pada umumnya digelar untuk mempertemukan dua kelompok besar, yaitu mereka yang mampu menciptakan teknologi industri dan mereka yang menjadi pengguna produk tersebut.
Namun, pada perhelatan kali ini Indonesia ingin memperlihatkan kemampuan penguasaan inovasi yang melibatkan tidak hanya pencipta dan pengguna teknologi industri, tetapi juga bagian-bagian penting lainnya. Seperti pihak perbankan yang mampu mendukung dan menjadi bagian dari ekosistem industri.
Sebelumnya, pada 2021 Indonesia juga terpilih sebagai partner country pada acara ini. Hanya saja, karena pandemi kegiatan seluruhnya berlangsung secara digital. Akan tetapi, Indonesia tetap berhasil menunjukkan keunggulannya dalam bidang industri dan mendapatkan komitmen investasi dan kerja sama yang cukup besar.
Baca juga: Ini Kerugian Indonesia Jika Xinyi Glass Holding Gagal Investasi di Pulau Rempang
Di forum yang sama, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan, mengatakan, banyak perusahaan Eropa yang tertarik berinvestasi ke Indonesia setelah pandemi berangsur pulih. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki sumber daya alam yang baik dan melakukan upaya hilirisasi.
“Dari sekian banyak investor yang tertarik, sebagian besar dari mereka dari industri otomotif. Kolaborasi dengan perusahaan Eropa, terutama di sektor otomotif, akan sangat penting mengingat teknologi yang berkembang saat ini, yaitu mobil listrik,” papar dia.
Rencananya, pemerintah akan membawa 157 eksibitor, termasuk asosiasi yang memiliki lebih dari 500 perusahaan anggota. Mereka akan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia sudah menciptakan platform yang baik dan iklim yang tepat untuk investasi dan kerja sama industri.
Sebagai perwakilan salah satu asosiasi yang akan mengikuti Hannover Messe 2023, Komp. Hubungan Luar Negeri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Lolita Bangun, menekankan pameran ini akan menjadi kesempatan besar bagi pihaknya yang terkena imbas restriksi perdagangan dari Uni Eropa.
Baca juga: Investasi Tembus Rp 19,9 Triliun, Wali Kota Eri Cahyadi Optimis Tumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
“GAPKI ingin memberikan pemahaman kepada dunia mengenai perubahan industri kelapa sawit menuju clean energy. Mereka ingin memastikan bahwa para pelaku industri dan masyarakat memahami komitmen GAPKI terhadap lingkungan,” sebutnya.
Diharapkan, dengan menunjukkan bahwa industri kelapa sawit dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial yang lebih luas, maka dapat kembali menggenjot ekspor kelapa sawit ke negara-negara Eropa. Terlebih komoditas ini sangat tergantung pada ekspor, dengan 16 juta tenaga kerja yang terlibat.
Dengan semangat transisi yang kini tengah dilakukan, Indonesia yakin dapat menunjukkan potensi dan keunggulannya sebagai negara yang siap untuk maju dalam bidang industri dan energi terbarukan di masa depan.tom
Editor : Redaksi