YOGYAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy merespons penolakan daerah soal penerapan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
Salah satu kepala daerah yang menolak penerapan sistem zonasi PPDB itu adalah Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi. Edy beralasan sistem itu tidak cocok dengan jumlah guru dan infrastruktur sekolah di daerahnya yang belum merata.
Baca juga: Nadiem Bersikeras, PPDB Zonasi Lanjut
"Kalau ada gubernur yang menolak sistem zonasi itu silahkan, kalau memang punya pilihan sistem yang lebih bagus," kata Muhadjir di sela menghadiri event National Cooperative Summit 2023.
Muhadjir menuturkan, pemerintah pusat tidak menutup mata jika sistem zonasi dalam PPDB perlu dievaluasi jika memang tujuan yang diharapkan di lapangan tak berjalan sesuai yang diinginkan. Menurut Muhadjir, sistem zonasi diterapkan dengan sejumlah tujuan mulia yang selama ini mengagungkan keberadaan sekolah favorit.
Tujuan sistem zonasi, ujar Muhadjir, diterapkan untuk menghapus praktek pemalsuan nilai peserta didik, praktek jual beli kursi di sekolah yang diunggulkan, dan menghapus kastanisasi sekolah favorit dan non favorit. "Sistem zonasi diciptakan untuk mendorong pemerintah daerah memperbaiki dan memperhatikan kualitas sekolah di wilayahnya secara merata, baik yang dipusat atau pinggiran," kata Muhadjir.
Muhadjir mengatakan, melalui sistem zonasi ini pula, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ingin menghapus praktek titip peserta didik di sekolah yang diunggulkan yang di masa lalu pernah jadi bancakan elit daerah.
"Sebelum sistem zonasi dulu kan marak, anggota DPRD atau pejabat titip anak atau kerabatnya biar dapat kursi di sekolah yang dianggap favorit di satu wilayah," kata Muhadjir.
Baca juga: Walikota Madiun Turun Tangan Soal PPDB SMA
Jadi, kata Muhadjir, siswa yang benar-benar memiliki kemampuan namun orang tuanya tak punya kuasa, pasti akan kalah bersaing demi masuk sekolah yang dianggap favorit itu gara-gara maraknya aksi titip anak oleh pejabat daerah itu. Menurut Muhadjir, jika saat ini sistem zonasi PPDB juga melahirkan dampak praktek praktek curang seperti menumpang kartu keluarga (KK) agar dekat sekolah favorit, maka seharusnya yang diganti bukan sistemnya.
"Tapi perbaiki pengawasannya agar sistem zonasi itu berjalan sesuai tujuan yang diinginkan," kata dia.
Muhadjir mengatakan sistem zonasi sendiri sudah cukup baik dibandingkan sistem PPDB yang terdahulu, sepanjang pengawasan dan komitmen pemerintah daerah juga berjalan. "Kalau dengan sistem zonasi ini masih ada orang tua siswa menganggap ada sekolah favorit dan bukan favorit, maka pemerintah daerah yang seharusnya evaluasi kebijakan," kata dia.
Baca juga: Dilaporkan Polisi, Edy Rahmayadi Melawan
"Apakah perbaikan kualitas sekolah sudah berjalan sehingga orang tua melihat satu sekolah dengan sekolah lain sama kualitasnya," ujarnya.
Sedangkan soal kepala daerah yang menolak sistem zonasi seperti di Sumatera Utara itu, Muhadjir menuturkan pemerintah pusat tetap membuka diri untuk evaluasi dan peluang sistem yang lebih baik diterapkan. "Prinsipnya silakan saja (menolak sistem zonasi), tapi tetap harus mengacu perundangan sistem pendidikan nasional, tidak bisa semaunya, karena sistem pendidikan ini kan kolaborasi pusat dan daerah," kata dia.
Dalam event yang juga dihadiri Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki itu, Muhadjir Effendy menyinggung pula soal gerakan Revolusi Mental yang dicanangkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. "Gerakan itu untuk menggembleng manusia Indonesia menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala," kata dia. Adapun Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam acara itu mengatakan event ini untuk memberikan arah kesadaran baru pentingnya berkoperasi siswa dilakukan di seluruh sekolah.emo
Editor : Redaksi