Perjalanan Diplomasi Budaya Indonesia melalui Darmasiswa

realita.co

JAKARTA (Realita)- Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali memberikan kesempatan bagi mahasiswa internasional belajar seni, budaya, dan bahasa Indonesia di perguruan tinggi mitra Darmasiswa. Program Darmasiswa dimulai sejak tahun 1974 dan mendukung pertukaran budaya serta pendidikan antarbangsa. 

Dengan memberikan beasiswa 10 sampai 12 bulan untuk belajar seni, budaya, dan bahasa Indonesia kepada mahasiswa internasional, pemerintah berharap para peserta Darmasiswa nantinya akan dapat menjadi duta budaya Indonesia di negaranya masing-masing.

Baca juga: Viral Video Murid Pakai Topeng Hindari Mencontek, Begini Kata Kadispendik Surabaya

“Kami berharap program ini dapat terus membangun duta budaya Indonesia di seluruh dunia dan menjaga eksistensi budaya Indonesia di mata dunia,” ujar Anang Ristanto, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB), dengan tema “Perjalanan Diplomasi Budaya Indonesia melalui Darmasiswa”, Kamis (21/9/2023).

"Di era globalisasi, penting untuk memajukan persahabatan, persamaan, dan nilai-nilai kemanusiaan melalui pertukaran budaya," imbuhnya. 

Semangat gotong royong menjadi dasar penyelenggaraan program Darmasiswa. Anang Ristanto menjelaskan selain Kemendikbudristek, berbagai pihak turut mendukung program Darmasiswa, mulai dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Keuangan, hingga berbagai perguruan tinggi.

“Semua pihak bekerja sama untuk memberikan pengalaman terbaik kepada mahasiswa internasional yang berpartisipasi dalam program ini,” ujarnya.

Lebih lanjut, kata Anang, program Darmasiswa bukan hanya sebuah beasiswa, tetapi juga sebuah perjalanan diplomasi budaya Indonesia yang terus berlanjut, menghadirkan keindahan dan keragaman budaya Indonesia kepada dunia, dan membantu menjembatani perbedaan budaya dalam era globalisasi yang semakin kompleks. Kemendikbudristek terus mendorong agar program Darmasiswa menjadi alat promosi bahasa, seni, dan budaya Indonesia yang efektif. 

Dalam webinar tersebut hadir pula tiga narasumber lain yakni Yunitasari, Koordinator Kerja Sama Luar Negeri Kemendikbudristek; Erni C. Westi, Pengelola dan Pengajar Program Darmasiswa dari Universitas Indonesia; Alisia Rosari Arnold asal Jerman yang mengambil studi Seni Tari di Institut Seni Indonesia Padangpanjang; dan Nathan James Scarpa asal Amerika Serikat yang belajar Bahasa Indonesia di Universitas Syiah Kuala.

Erni C. Westi, pengelola Program Darmasiswa di Universitas Indonesia, memaparkan bahwa minat kaum muda Internasional terhadap program Darmasiswa tidak pernah padam.

Baca juga: Ramai Fenomena Guru Takut Murid di Medsos, Begini Kata Dispendik Surabaya 

“Kemurahan hati serta konsep saling menghargai yang kita terapkan membuat mereka merasa diterima dan mendapat pengalaman yang baik, sehingga mereka dengan antusias menceritakan pengalaman mereka kepada teman-teman sesama negara dan rekan Internasional mereka,” ucapnya.

Untuk mencapai tujuan Darmasiswa, program ini menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran bahasa, seni, dan budaya selama 10 hingga 12 bulan. Erni menjelaskan bahwa mereka juga menawarkan ekstrakurikuler seperti membatik, menari, bermain musik, dan program NgoPI (Ngobrol Bareng BIPA UI) untuk mendukung kemahiran berbicara peserta. Selain itu, program ini membekali peserta dengan kemampuan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis dalam bahasa Indonesia.

Hal tersebut selaras dengan pernyataan dari dua peserta Darmasiswa, Alisia dan Nathan. Mereka merasa terpikat oleh kekayaan budaya Indonesia dan ingin mempelajarinya lebih dalam. “Saya ingin menggali lebih dalam kebudayaan Sumatera Barat, terutama budaya Minangkabau, kuliner khasnya, dan bahasa Minang yang unik,” ujar Alisia.

Sementara itu, Nathan mengungkapkan motivasinya belajar Bahasa Indonesia karena jatuh cinta dengan budaya Indonesia. “Saya jatuh cinta pada Indonesia karena orang-orang di sini sangat ramah. Selain itu, saya juga menemukan banyak hal menarik di sini, sehingga saya memutuskan untuk belajar bahasa Indonesia, hingga akhirnya, saya bergabung dengan program Darmasiswa,” tutur Nathan.

Setelah menyelesaikan program Darmasiswa, Alisia ingin kembali ke Jerman dan mengajarkan budaya Indonesia, khususnya tari-tarian nusantara. Sementara itu, Nathan bercita-cita untuk dapat tinggal dan bekerja di Indonesia, kemudian memperkuat koneksi bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Baca juga: Stop Bullying di Lingkungan Sekolah, Satpol PP Goes To School Sosialisasi Bahaya Kenakalan Remaja

Koordinator Kerja Sama Luar Negeri Kemendikbudristek, Yunitasari mengatakan bahwa minat yang tinggi terhadap program Darmasiswa dibuktikan dengan jumlah alumni yang kini telah lebih dari 9.000 orang dari 126 negara yang berbeda. Menurutnya, hal tersebut ditunjang oleh prinsip yang diterapkan oleh program ini. 

“Program Darmasiswa didukung oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 10 tahun 1961, serta menerapkan prinsip resiprokal dalam hubungan internasional dan memainkan peran penting dalam diplomasi pendidikan dan kebudayaan, termasuk mempromosikan bahasa, seni, dan budaya Indonesia di panggung internasional,” kata Yunitasari.

Program Darmasiswa, kata Yunitasari, diharapkan dapat menciptakan duta-duta budaya Indonesia yang akan tersebar di seluruh dunia yang dapat memperkuat hubungan bilateral, mempromosikan budaya Indonesia, dan menjaga eksistensi budaya Indonesia di dunia.

“Dengan membuat mereka merasakan langsung keragaman budaya dan keramah-tamahan masyarakat Indonesia, diharapkan citra positif Indonesia sebagai negara yang toleran, demokratis, dan moderat akan terus meningkat. Selain itu para duta Indonesia pun diharapkan dapat mempromosikan dan melestarikan budaya Indonesia di negaranya masing-masing, sehingga hubungan bilateral Indonesia dengan negara lain akan meningkat,” tutur Yunitasari.ys

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru