GAZA - Ada perdebatan mengenai bagaimana mendanai anggaran perang pemerintah Israel pada tahun 2024.
Pasalnya, Perang Gaza merugikan Israel sebesar USD269 juta atau Rp4,18 triliun setiap hari. Itu merupakan beban besar bagi perekonomian negara Zionis. Biayanya bukan hanya untuk mendanai persenjataan.
Baca juga: Biadab, Brutal! Teroris Israel Serang RS Al Aqsa dan Bakar Warga Palestina Hidup-Hidup
Pemerintah juga membayar para prajurit cadangan, memberi makan mereka, dan menyediakan perumahan bagi mereka.
Dan kemudian biaya perawatan lebih dari 100.000 pengungsi Israel yang meninggalkan komunitas di dekat perbatasan Gaza dan Lebanon.
Para pengungsi ini harus ditempatkan di hotel dan dibayar ribuan shekel setiap bulannya oleh pemerintah Israel. Melansir Al Jazeera, untuk mendanai perang Gaza, beberapa usulan Israel mencakup pemotongan anggaran kementerian pendidikan sebesar USD239 juta, dan pemotongan anggaran Kementerian Kesehatan lebih dari USD100 juta. Banyak hal yang terpengaruh.
Baca juga: Ngawur! Teroris Israel Serang Markas Pasukan PBB
Sementara itu, serangan terbaru Israel di Jalur Gaza menyebabkan jumlah korban tewas mencapai lebih dari 24.000 orang sejak perang dimulai. Jumlah ini mencakup lebih dari 10.400 anak – atau lebih dari 1 persen populasi anak di wilayah kantong yang terkepung.
Setidaknya 61.000 orang juga terluka di daerah kantong tersebut, dan banyak di antara mereka yang kesulitan mendapatkan layanan kesehatan atau obat untuk mengobati luka mereka. Lebih dari 8.000 orang masih hilang, diperkirakan terkubur di antara puing-puing beton.
Kemudian, dengan 70 persen rumah di Gaza hancur selama 100 hari serangan Israel, warga Palestina yang terlantar khawatir mereka tidak punya apa-apa untuk kembali ke kampung halaman mereka setelah perang berakhir.
Baca juga: Ribuan Pemukim Ilegal Israel Ambil Alih Masjid lalu Dijadikan Tempat Konser
“Ke mana kami akan pergi ketika kami kembali ke Kota Gaza? Di mana kita akan tinggal?” tanya Shahinaz Bakr, yang kini berlindung di tenda di selatan Gaza bersama keluarganya.
“Semua rumah, pasar, universitas, organisasi kami hancur. Semua yang kita miliki ada di sini. Jika kami kembali ke Kota Gaza, kami akan mendirikan tenda. Apakah sudah takdir kita untuk terlantar? Mengungsi pada tahun 1948 dan sekarang kembali pada tahun 2024,” katanya kepada Al Jazeera.sij
Editor : Redaksi