LEGA. Begitulah perasaan saya setelah pekan kemarin terlewati. Lega karena satu tahapan penting pesta demokrasi telah berjalan dengan aman dan nyaman. Pemungutan dan penghitungan suara merupakan tahapan penting tetapi juga rawan. Rawan perselisihan. Rawan kejadian yang tak diinginkan. Alhamdulillah, kita berhasil melewatinya dengan baik. Pemungutan suara di Kota Madiun berjalan aman dengan tingkat partisipasi yang tinggi. Inilah yang diharapkan.
Pemilu yang sukses tidak hanya berjalan aman dan lancar. Tetapi juga dengan tingkat partisipasi yang tinggi. Sebagai wali kota tentu saya juga harus memberikan contoh. Saya harus memberikan hak suara saya. Bersama keluarga, saya terdaftar di TPS 22 Gang Cucakrowo Jalan Merpati Kelurahan Nambangan Lor. Tepat di belakang rumah saya. Namun, tetap harus lewat gang tadi untuk kesana. Saya datang sekitar pukul 10.30. Tetapi surat undangan sudah diantar ajudan dari pagi.
Pemilu itu pesta demokrasi. Namanya pesta harus menyenangkan. Bukan malah tegang. Saya sampaikan terima kasih kepada seluruh petugas TPS yang sudah total dalam memberikan pelayanan. Bahkan ada yang sampai menghias TPS-nya sedemikian rupa untuk menarik pemilih. Memang saya pantau keliling malamnya sebelum pencoblosan. Ada yang bertemakan hari kasih sayang dengan menghadirkan nuansa merah muda. Ada yang ala pernikahan adat Jawa. Ada juga yang bernuansa tempo dulu. Bahkan, ada yang menambahkan hadiah seperti coklat dan lainnya. Itu semua inisiatif dari petugas masing-masing. Luar biasa.
Di TPS tempat saya mencoblos sejatinya juga tak kalah unik. Kebetulan saya sedang panen sayur di Magetan. Langsung saya minta dikirim ke TPS. Ada sayur kubis dan terong. Pemilih bisa mengambil sayur itu usai memberikan hak suaranya. Selain itu, saya undang tukang bakso keliling. Saya minta untuk melayani para pemilih. Namanya juga pesta. Datang memberikan hak suaranya, dapat sayur, dapat makan, pulang senang. Kalau pun kemudian ada yang menang dan kalah itu hal biasa dalam kompetisi. Tidak perlu kemudian saling meninggalkan perasaan benci. Pemungutan suara telah usai, saatnya kembali seperti sebelumnya.
Selagi matahari masih terbit dari timur, selalu ada dua hal yang bertentangan. Ada siang, ada malam. Ada yang menang, ada juga yang kalah. Ini sudah kodrat alam. Segala sesuatu itu baiknya disikapi secara wajar. Yang menang tidak perlu euforia berlebihan. Yang kalah juga tidak perlu sedih berkepanjangan. Semua warga wajib selalu menjaga kerukunan. Kondusifitas tetap harus di atas segalanya. Apapun itu pasti ada hikmahnya. Bagi yang menang ini merupakan tanggung jawab berat memikul amanah rakyat. Bagi yang kalah bisa menjadi sarana instropeksi dan evaluasi diri. Mungkin harus lebih banyak menanamkan kebaikan untuk meraih kebahagiaan.
Jangan sampai Pemilu ini dinodai dengan hal-hal yang tidak kita inginkan. Kasihan para petugas TPS yang sudah bekerja luar biasa. Rata-rata baru selesai dini hari. Ada juga yang sampai siang. Artinya, bekerja 24 jam lebih. Nonstop pula. Pemilu di kota kita juga menyisakan duka. Ada satu petugas Satlinmas yang gugur saat menjalankan tugas. Beliau bernama Sugiyono dan bertugas di TPS 6 Kelurahan Ngegong. Tahapan pemungutan dan penghitungan suara memang bukan tugas ringan. Petugas KPPS juga Satlinmas dan pengawas sudah bekerja mulai sehari sebelumnya.
Biarpun hanya berjaga tetapi tentu menguras tenaga. Apalagi, almarhum sudah berusia di atas 60 tahun. Punya riwayat penyakit diabetes pula. Tentu kita tak ingin kejadian ini terjadi. Tetapi mau bagaimana lagi. Ini sudah takdir. Yang terpenting bagaimana kita menyiapkan segala sesuatunya. Saya tidak ingin mereka yang sudah bekerja luar biasa ini tidak diperhatikan. Makanya, di kota kita Seluruh Satlinmas, KPPS, dan petugas yang terlibat di dalam kegiatan Pemilu sudah kita daftarakan asuransi. Kita ikutkan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan untuk program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).
Ini mungkin tak seberapa tetapi bisa sangat membantu. Ahli waris keluarga alm Sugiyono setidaknya mendapatkan santunan sebesar Rp 127 juta lebih. Tak hanya itu, kedua anak alm juga mendapatkan beasiswa sebesar Rp 144 juta. Totalnya dapat santunan hingga Rp 271 juta lebih. Setidaknya ada 1.686 Satlinmas yang bertugas dalam pengamanan jalannya pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2024 ini. Kalau dengan petugas KPPS dan lain ada sebanyak enam ribuan orang. Semuanya sudah tercover asuransi. Itu sebagai bentuk perhatian kami untuk memberikan perlindungan kepada mereka yang bertugas.
Di Kota Madiun memang sudah berjalan program JKK-JKM ini sejak 2019 lalu. Sampai saat ini total kepesertaan yang dibiayai pemerintah mencapai 13.795 orang. Jumlah itu harus terus meningkat. Harus semakin banyak masyarakat yang terlindungi asuransi. Saya ucapkan terima kasih kepada perusahaan yang juga turut membantu melalui anggaran Corporate Social Responsibility (CSR). Memang ada perusahaan yang mewujudkan CSR-nya untuk JKK-JKM ini. Seperti PDAM Tirta Taman Sari untuk meng-cover marbot masjid dan lainnya. Ada juga PT INKA yang meng-cover pelaku UMKM binaannya. Biarpun jumlahnya tak banyak, itu sudah sangat membantu.
Majunya suatu daerah memang tidak terlepas dari peran bersama. Tak terkecuali dari perusahaan melalui CSR-nya. Keterlibatan perusahaan dalam pembangunan di kota kita memang cukup besar. Rata-rata mencapai Rp 2 miliar. Selama 2023 saja, anggaran CSR dari sejumlah perusahaan mencapai Rp 2,47 miliar. Anggaran itu telah digunakan untuk pembangunan baik dari segi fisik maupun non fisik.
Pembangunan fisik seperti miniatur menara Eiffel dan Monas. Miniatur menara Eiffel merupakan CSR dari CV Maju Bersama dengan total anggaran mencapai Rp 1 miliar lebih. Sedang, Monas merupakan CSR dari PT Succes Jaya Grup dengan anggaran mencapai Rp 554 juta lebih. Miniatur menara Eiffel ini berada di kawasan Sumber Umis barat. Sedang, miniatur Monas ada di Alun-alun. Monas itu simbol ibu kota negara (IKN) di Jakarta. Kota kita juga tidak kalah. Di kota kita ada IKM, Ibu Kota Madiun. Simbolnya miniatur Monas yang di Alun-alun tadi.
Alun-alun memang target pembangunan kita ke depan. Akan kita rombak besar-besaran. Pavingnya, akan kita ganti semua dengan yang tiga dimensi. Ada areal parkir di bawah tanah. Pedagang di sekitarnya juga akan kita tata. Mungkin akan kita buat seperti di Simpang Lima Semarang. Prinsipnya Alun-alun harus menarik perhatian. Keberadaan alun-alun bisa terkoneksi dengan kawasan PSC. Artinya, banyak tempat wisata di kota kita yang bisa diakses cukup dengan berjalan kaki.
Mewujudkan itu tentu butuh peran bersama. Karenanya, saya ucapkan terima kasi kepada perusahaan yang sudah taat aturan. CSR memang diatur undang-undang. Minimal tiga persen dari keuntungan perusahaan harus dikeluarkan untuk sosial. Peruntukkannya bisa dikolaborasikan dengan program pemerintah. Tanpa peran perusahaan tentu kota kita tidak bisa secepat ini. Tidak bisa sejauh ini. Itu kenapa saya selalu menekankan peningkatan perekonomian. Menghadirkan ikon-ikon menarik agar kota kita semakin ramai. Saat kota kita ramai, perputaran ekonomi meningkat. Ekonomi yang baik ini madu di mata investor. Semakin banyak investor, semakin besar pula anggaran CSR untuk masyarakat kita.
Baca juga: Ruang Satu Kota Madiun, Madiun City Festival
Penulis adalah Wali Kota Madiun, Dr. Drs. H. Maidi, SH, MM, M.Pd
Baca juga: Ruang Satu Kota Madiun, Tercepat Ketiga Nasional
Editor : Redaksi