SEMARANG (Realita) Rangkaian gempa telah terjadi sekitar 130 km dari Tuban ke arah Timur Laut di Laut Jawa, sebelah barat dari Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Gempa awal (foreshock) dengan magnitude 6.0 terjadi pukul 11.50, kemudian diikuti gempa lebih kecil dan gempa utama (mainshock) terjadi pada pukul 15.50 dengan magnitude 6.5.
Hasil perhitungan sementara oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut disebabkan oleh pergerakan sesar geser (strike-slip fault) pada kedalaman 10 km.
Baca juga: Gempa M 7,7 Goyang Taiwan, Gedung Runtuh, Tebing Longsor hingga Internet Mati
Gempa awal dipicu oleh akumulasi deformasi sehingga melepasan sebagian energi, sehingga getaran dirasakan oleh penduduk di kota pesisir Pantai Utara Jawa. Setelah 4 jam dari gempa awal, terjadi gempa utama yang melepasan energi lebih besar sehingga getaran lebih besar dirasakan oleh masyarakat.
Akibat gempa utama tersebut terjadi kerusakan atau retakan bangunan gedung bertingkat di Kota Surabaya (yakni: keretakan yang terjadi di area parkiran Tunjungan Plaza 4 Surabaya; sumber: Nasional Tempo.co). Kerusakan besar dekat dengan sumber gempa yaitu di Pulau Bawean Gresik, sebanyak lebih dari 50 rumah rusak, rumah sakit, dan bangunan lain (Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur).
Baca juga: Besar! Gempa M 7,5 Goyang Keerom Papua
Kerusakan bangunan juga terjadi di Lamongan, Tuban, Bojonegoro, dan Pamekasan Madura. Selain kerusakan bangunan tersebut, Sindonews.com melaporkan lumpur encer keluar dari Bledug Cangkring (komplek dari Bledug Kuwu, di Grobogan Jawa Tengah) setelah dua kali gempa.
Kerusakan dan getaran yang luas dirasakan oleh masyarakat, serta fenomena alam keluarnya lumpur di Grobongan, Jawa Tengah menandakan bahwa efek deformasi di kerak bumi cukup besar oleh gempa dua kali.
Baca juga: Gempa M 6,1 Guncang Bagian Tenggara Ende NTTĀ
Dalam sejarah geologi, wilayah pusat gempa merupakan hasil deformasi antara kerak benua Sundaland (Eurasia) dengan mikro benua Godwana (Australia) (Smyth et al., 2005) terjadi pada zaman Kapur. Deformasi tersebut menghasilkan sesar NE-SW (pola Meratus) dan E-W (pola Sakala). Gempa awal (magnitude 6.0) dan utama (magnitude 6.5) merupakan hasil reaktifasi pergerakan dari sesar Meratus dengan mekanisme sesar geser (strike-slip fault).
Gempa tersebut menghasilkan getaran yang merambat melalui batuan dasar kedalaman 10 km (dangkal) dengan sesar-sesar (pola Meratus dan pola Sakala) sehingga efek kerusakan cukup luas. Demikian disampaikan Oleh Dr. Eng. Fahrudin, ST. MT (Pakar Geologi Undip).ham
Editor : Redaksi