Kritik Pemerintah, Mahasiswa Diculik lalu Disiksa hingga Meninggal

realita.co
Abrar Fahad.

DAKKA- Seorang mahasiswa Bangladesh dibunuh di asramanya beberapa hari setelah mengkritik pemerintah lewat daring.

Menurut keterangan saksi, mahasiswa itu dipukuli dan dianiaya selama berjam-jam sebelum dia meninggal dunia.

Baca juga: Pelepasan Mahasiswa KKN Tematik ke-9 Universitas Muhammadiyah Banjarmasin 

Beberapa mahasiswa di asrama mengatakan bahwa Abrar Fahad dibawa dari kamarnya pada Minggu, 6 Oktober sekira pukul 20.00 waktu setempat dan dipukuli selama setidaknya empat jam.

Dokter yang melakukan otopsi pada jasad Fahad mengatakan mengonfirmasi kepada BBC bahwa tubuh mahasiswa berusia 21 tahun itu mengalami memar-memar yang parah.

Fahad belajar di Universitas Teknik Bangladesh (Buet) di Dhaka.

Beberapa anggota Liga Chhatra Bangladesh (BCL), sayap pemuda dari Partai Liga Awami yang berkuasa, ditahan sehubungan dengan kematian Fahad.

BCL telah banyak dituduh menggunakan penyiksaan dan pemerasan terhadap siswa.

Rekaman CCTV dari asrama Fahad menunjukkan beberapa pria membawa tubuh korban. Polisi menahan sembilan pria dari asrama, termasuk sedikitnya lima aktivis BCL.

Polisi mengatakan pada Selasa jumlah tersangka yang ditahan telah meningkat menjadi 13 orang, dan polisi masih mencari enam tersangka lainnya.

Semua tersangka yang ditahan adalah mahasiswa Buet.

“Ada banyak trauma benda tumpul di tubuhnya. Kami pikir dia meninggal karena serangan dengan benda tumpul,” kata Kepala Departemen Forensik Rumah Sakit Dhaka Medical College, Dr. Sohel Mahmud sebagaimana dilansir BBC, Kamis (10/10/2019).

Wakil Komisaris Kepolisian Dhaka, Munstasirul Islam membenarkan bahwa mahasiswa tersebut telah dipukuli hingga mati.Anggota BCL yang dikutip oleh media lokal mengatakan Fahad telah “diinterogasi” dan dipukuli karena diduga memiliki hubungan dengan partai Islam.

Baca juga: Undip Buka Jalur Ujian Mandiri Program Sarjana

Itu terjadi setelah dia menulis posting di media sosial mengkritik pemerintah atas kesepakatan berbagi air dengan India.

Dalam sebuah pernyataan, BCL mengatakan bahwa setelah melakukan investigasi, pihaknya telah mengusir 11 anggota divisi Buet mereka, demikian dilaporkan bdnews24.com.

Seorang siswa Buet yang tidak mau disebutkan namanya karena takut menerima pembalasan mengatakan pada BBC bahwa mereka telah melihat Fahad hidup pada pukul 02:00 waktu setempat di sebuah ruangan tempat dia dipukuli.

“Saya melihat Abrar di kamar 2005, dia masih hidup … Dengan bantuan dari beberapa siswa junior saya membawa Abrar ke bawah. Dia masih hidup dan dia berkata, ‘Tolong cepat bawa saya ke rumah sakit.'”

Siswa lain yang tiba di tempat kejadian mengatakan beberapa siswa telah berkumpul dengan asisten rektor asrama untuk mendesaknya untuk mengambil tindakan, ketika anggota BCL mulai menggedor pintu, berusaha untuk masuk.

 

Baca juga: Ancam Kebebasan Pers, IJTI Surabaya Tolak Pasal-Pasal Bermasalah RUU Penyiaran

Berita kematian Fahad menyebabkan protes di Dhaka dan kota-kota lain pada Senin. Siswa di ibu kota meneriakkan slogan dan memblokir jalan.

Protes berlanjut pada Selasa dengan siswa di Buet menuntut hukuman mati bagi mereka yang dinyatakan bersalah atas pembunuhan tersebut.

Mantan siswa dan anggota staf pengajar juga bergabung dengan demonstrasi di kampus Buet. Pembunuhan itu mengejutkan Bangladesh dan menyoroti budaya kekerasan di universitas negeri.

“Ini benar-benar tidak dapat diterima bahwa seorang siswa akan mati karena penyiksaan di aula perumahan,” kata AKM Masud, presiden Asosiasi Guru Buet, sebagaimana dikutip bdnews24.com.

“Kematian Abrar Fahad telah membuktikan kegagalan total pihak berwenang untuk memastikan keamanan para siswa.”oke/met

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru