PONOROGO (Realita)- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kabupaten Ponorogo kembali menorehkan namanya dalam buku Musium Rekor Indonesia (MURI). Ini setelah kegiatan Ngontel Bareng Santri, yang digelar sebagai peringatan hari santri tahun 2021, berhasil mengantarkan Bumi Reyog masuk rekor dunia kategori bersepedah dengan sarung dan peci terbanyak, Minggu (24/10).
Tak tanggung-tanggung 6.221 pesepedah ikut andil bagian dalam kegiatan ini. Tapi tunggu dulu, kendati ribuan peserta yang ikut, namun kegiatan ini disebar menjadi lima titik start dan finish.
Baca juga: 3,5 Tahun Rilis Pimpin Ponorogo, Ini Capaian UHC Bumi Reog
Antara lain titik pertama Masjid Tegalsari Kecamatan Jetis, Lapangan Kecamatan Babadan, Lapangan Ta'ap Sumoroto, Lapangan Ngampel Balong, dan Bumdes Desa Jetis.
Di mana di masing-masing pemberangkatan dihadiri 600 peserta hingga 2.000 peserta. Hal ini untuk mencegah terjadi kerumunan besar ditengah Pandemi Covid-19. Tentunya selain sudah divaksin, para peserta juga wajib membawa masker dan menjaga protokol kesehatan.
Senior Manager MURI Sri Widayati mengaku takjub dengan antusias dan semangat peserta dalam kegiatan ini. Ia mengaku Kegiatan ini tak hanya mengantarkan Pemkab Ponorogo tercatat dalam rekor MURI maupun namun juga dunia. Rekor kali ini menjadi rekor ke 10 setelah sebelumnya Kabupaten Ponorogo tercatat dalam rekor MURI sebanyak 9 kali. Rekor kali ini sendiri tercatar di MURI sebagai rekor ke 10.080.
Baca juga: Peringatan Hari Santri, PJs Wali Kota Surabaya Restu Novi Sampaikan Pesan Perjuangan Kyai
"Antusias yang tinggi, dan prokes yang ketat tidak membuat antusias menurun. Kegiatan ini pun membuat Ponorogo tercatat di rekor Muri ke 10.080 dan rekor dunia untuk Indonesia, dengan rekor bersepedah bersarung dan berpeci terbanyak. Untuk Ponorogo sudah 10 kali ini masuk rekor MURI," ujarnya, saat memberikan piagam Rekor MURI ke Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko.
Menanggapi hal ini, Bupati Sugiri pun mengucapkan banyak terima kasih atas tingginya antusias warga Ponorogo, kendati ditengah Pandemi yang mewajibkan adanya protokol kesehatan. Namun disamping itu, ia mengaku kegiatan ini untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Ponorogo, yang dikenal sebagai gudangnya kyai dan santri. Sekaligus mengenang para pejuang kyai dan santri Ponorogo yang gugur saat mengusir penjajah.
"Di tanah ini pejuang dari barisan kyai dan santri banyak lahir, hingga gugur demi memperjuangkan kemerdekaan. Kita harus ilhami itu, sebagai kota santri dan kyai kita harus menjaga dan bergotong royong bersama membangun Ponorogo Hebat," ujarnya.
Baca juga: 3,5 Tahun Pimpin Ponorogo, Ini Capaian Rilis
Ia berharap, melalui kegiatan ini para generasi muda Ponorogo dapat lebih mengilhami semangat perjuang para tokoh kyai dan santri Ponorogo. Serta merealisasiknya dalam pembangunan berkelanjutan." Untuk itu bagi generasi muda, ilhami semangat itu jaga dan makmurkanlah Ponorogo mu dengan semangat gotong royong mu," pungkasnya.lin
Editor : Redaksi