Stefanus Sulayman Terpidana Kasus Korupsi Bank NTT, Jadi Terdakwa Penggelapan Rp 30 M

realita.co
Terdakwa Stefanus Sulayman (mengenakan kemeja biru)

SURABAYA (Realita)- Stefanus Sulayman terpidana kasus korupsi dana fasilitas kredit usaha di Bank NTT Cabang Surabaya, kini menjadi terdakwa kasus penggelapan Rp 30 miliar. Ia menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya.

Dalam dakwaan Jaksa Hari Rahmat Basuki dan Winarko dari Kejaksaan Tinggi Jatim tahun 2011, Harto Wijoyo (korban) pinjam di Bank BRI cabang Kawi Malang sebesar Rp.15 miliar dengan 7 agunan tanah dan bangunan bersertifikat SHGB dan SHM.

Baca juga: Perkara Dugaan Penggelapan Jabatan di CV MMA, Saksi Tegaskan Selalu Order Barang ke Terdakwa

Tahun 2017 Bank BRI cabang Kawi Malang minta Harto melunasi pinjamannya dengan ancaman apabila tidak dilunasi agunannya akan di lelang. Panik, Harto pun berupaya mencari pinjaman dana diluar bank agar tidak dilelang.

Mei 2017, Harto dijembatani Ichwan Iswahyudi dan Charis Junaedi bertemu dengan terdakwa Stefanus Sulayman di Cafe Hotel di jalan Basuki Rahmat Surabaya. Dalam pertemuan tersebut, Harto mengajukan pinjaman Rp. 7.5 miliar pada terdakwa Stefanus Sulayman dengan jaminan akan menyerahkan 7 tanah dan bangunan SHGB di Malang yang masih menjadi agunan di Bank BRI cabang Kawi Malang.

"Sebelum SHGB dan SHM diserahkan, antara Hartoyo Wijoyo dengan terdakwa Stefanus Sulayman sepakat lebih dahulu menandatangani surat kesepakatan Surat Perjanjian Jual Beli Asset Dengan Opsi Beli Kembali (Repo Asset),"kata jaksa Hari dalam dakwaanya.

Tanggal 8 Juni 2017, terdakwa Stefanus Sulayman dan Harto tandatangan Perjanjian Repo Asset No.02/Asset/HA/VI/2017 yang pada intinya disebutkan bahwa Harto akan menjual 7 asetnya dengan harga Rp.7.5 milyar kepada Stefanus Sulayman dan akan membelinya kembali dalam 2 tahun lagi, tepatnya tanggal 8 Juni 2019 dengan harga Rp.12 milyar rupiah. 

Dalam perjanjian Repo Asset juga dinyatakan kalau Stefanus Sulayman tidak diperkenankan untuk menjual objek jual beli ke orang lain sebelum masa perjanjian berakhir.

Baca juga: Sidang Dugaan Penggelapan CV MMA, Saksi: Tidak Ada Uang Untuk Kepentingan Pribadi Terdakwa Herman

Tanggal 19 Juni 2017, Harto terima uang tunai Rp. 100 juta dari terdakwa Stefanus Sulayman di hotel Sheraton Surabaya. Tanggal 20 Juni 2017, Charis Junaedi mentransfer Harto Rp 400 juta melalui rekening Harto di BRI.

Tanggal 20 Juni 2017, Ichwan Iswahyudi dan Charis Junaedi mengurus pelunasan pinjaman Harto Wijoyo di BRI cabang Kawi Malang melalui pemindah bukuan dari rekening Charis Junaedi ke rekening Harto Wijoyo sebesar Rp. 5.250 milyard dan 7 sertifikat SHGB/SHM yang pernah diagunkan di BRI Cabang Kawi Malang diserahkan pihak Bank kepada Harto.

Selanjutnya ke 7 sertifikat SHGB/SHM Harto tersebut diserahkan kepada terdakwa Stefanus Sulayman di Hotel Sheraton Surabaya, dengan catatan kekurangan dana pinjamannya akan dibayar terdakwa Stefenus Sulayman dilain waktu.

Ke 7 tanah milik Harto di Kecamatan Blimbing kota Malang yang diserahkan kepada terdakwa Stefanus Sulayman adalah : SHGB No. 0884 luas 616 Meterpersegi, SHM No. 2267 luas 471 meterperaegi, SHM No. 2290 luas 1357 meterpersegi, SHM No. 3750 luas 98 meterpersegi, SHM No. 3800 luas 172 meterpersegi, SHM No. 3801 luas 172 meterpersegi dan SHM No. 675 luas 603 Meterpersegi.

Baca juga: Thomas Michael Leon Lamury Hadjon Diadili Perkara Pencurian Atas Laporan Tantenya

"Beberapa hari setelah penyerahan SHGB/SHM, Harto menemui terdakwa Stefanus Sulayman dikantornya di jalan Manyar Kertoadi Blok W No.528 Surabaya, meminta kekurangan pinjamannya dibayar. Terdakwa Stefanus Sulayman menyetujui permintaan Harto dengan syarat Harto menandatangani beberapa lembar kertas kosong,"lanjut jaksa Hari.

Tanggal 22 Juni 2017, Harto melalui rekening BRInya menerima transfer 500 juta, tanggal 24 Juli 2017 Harto terima tunai 100 juta di Hotel Sheraton, tanggal 31 Juli 2017 Harto terima cek Bank Danamon 500 juta, tanggal 2 Agustus 2017 Harto terima lagi cek Bank Danamon 500 juta dan 150 juta.

Namun, setelah menerima 7 SHGB/SHM milik Harto, diam-diam tanggal 20 Juni 2017 tanpa sepengetahuan Harto, diduga terdakwa Stefanus Sulayman membuat Pengikatan Jual Beli dan Kuasa Menjual atas 7 SHGB/SHM tersebut ke notaris Maria Baroroh dan menjual tanah-tanah Harto tersebut ke Hendra Theimailattu.ys

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru