UGM Masuk 50 Kampus Terbaik Dunia

realita.co
Webinar Political and Public Policy Studies (P3S) dengan topik Kampus Indonesia Menuju Top Ranking Dunia digelar Kamis (22/4/2021).

JAKARTA- Webinar Political and Public Policy Studies (P3S) dengan topik Kampus Indonesia Menuju Top Ranking Dunia digelar Kamis (22/4/2021).

Deangan moderator Sir James Windsor, webinar menampilkan pembicara: Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng, Rektor UGM; Dr.Jerry Masie, Ph.D; Prof. Hikmahanto Juwana; Dr. Abdul Fakih; Indra Charismiadji; Prof. Ismunandar, Ph.D Deputi Perguruan Tinggi; Prof. Dr Arif Satria Rektor IPB; serta Prof Nizam, Ph.D Dirjen Dikti.

Baca juga: Kembangkan Layanan Publik Berbasis Digital, Pemkot Surabaya Raih Penghargaan Dari UGM

Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng, sebagai narasumber menjelaskan alasan mengapa diperlukan internationalisasi pendidikan tinggi Indonesia?

“Hal ini diperlukan karena, 1- Pasar bebas ASEAN (Arsitek, Insinyur, Akuntan Dokter Gigi, Geologis); 2- peningkatan pengakuan kualitas dari masyarakat international; 3- Memperbesar peluang kerjasama dengan mitra papan atas,” katanya.

“ Yang ke-4 yakni menarik mahasiswa asing sebagai calon duta Indonesia; 5- Penyebaran budaya dan pengaruh Indonesia melalui mahasiswa asing; 6- Peningkatan devisa dari mahasiswa asing di PT. Indonesia,” jelasnya.

Direktur Vox Populis Institute Indonesia Indra Charismiadji mengatakan kita tidak usah muluk- muluk untuk agar Kampus Indonesia Menuju Top Rangking Dunia.

“Kita harus melihat bahwa faktor utama sebuah bangunan Pendidikan Tinggi di Indonesia adalah dasarnya. Kita tahu bahwa dasar pendidikan itu; Literasi, Numerasi, sains, kecakapan sosial-emosional,” tuturnya

“Kalau kita melihat literasi kita secara Global berdasarkan data dari The Worlds Most Literate National, peringkat literasi Indonesia peringkat 60 dunia, di bawah Thailand 59, Malaysia 53 dan Singapura 36,” kilahnya.

“Skor rerata literasi Indonesia 371 masih jauh dari rerata Global 487. Rerata literasi matematika skor 379 jauh dari rerata Global 489, sedangkan literasi sains skor 396 masih jauh rendah dari rerata global skor 489,” jelasnya.

“Jika melihat dari tingkat literasi sangat jauh dari rerata Global hal ini menunjukkan bahwa dasar untuk mengejar impian sangat jauh. Yang penting kita harus bergerak dan berusaha secara bersama-sama untuk meningkatkan skor literasi Indonesia,“ jelas Indra Charismiadji.

Direktur Political and Public Policy Studies (P3S)Dr. Jerry Masie, Ph.D. mengatakan untuk menuju Top Ranking Dunia, kampus di Indonesia harus mempunyai kelas international.

“Selain itu pemerintah Indonesia harus memperbanyak putra- putra terbaik Indonesia untuk di kuliahkan di Universitas ternama dunia yang melahirkan tokoh-tokoh dunia. Selain itu setelah lulus mereka harus kembali ke Indonesia dengan dikasih gaji yang layak. Sehingga mereka tidak tergiur tawaran pihak lain yang menawarkan gaji yang tinggi,” jelasnya.

Baca juga: Ujian Doktor Terbuka, Menteri AHY Lulus dengan Predikat Cumlaude

“Hal ini sudah realitas bahwa putra terbaik bangsa setelah mereka kuliah di luar negeri banyak yang tidak pulang ke Indonesia dan lebih enak bekerja di luar negeri dengan kesejahteraan yang lebih baik jika dibandingkan di Indonesia,” kilahnya.

Universitas Jendral Ahmad Yani, Prof. Hikmahanto Juwana Rektor mengharapkan kepeda pemerintah jangan dibedakan antara universitas swasta dan negeri.

“Universitas Jendral Ahmad Yani juga siap jika diberikan kesempatan untuk bersaing secara global. Untuk itu Universitas Ahmad Yani selalu menunggu kebijakan dari pemerintah khususnya Kemendikbud untuk berpihak pada Universitas Swasta,” katanya.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dr. Abdul Fiqih Fakih mengatakanperguruan tinggi Indonesia untuk menuju top ranking dunia maka yang mendesak harus dikerjakan ada beerbapa hal.

“Berdasarkan hasil kajian Badan Keahlian Dewan (BKD) DPR RI antara lain mendesak Mendikbud untuk menyelesaikan Naskah Akademik Peta Jalan Pendidikan diantaranya (rencana induk / blue print sistem penjaminan mutu Pendidikan Tinggi,” katanya.

“Perlunya revisi PP 57/2021 tentang Standar Nasional Pendidikan terkait (Mata Kuliah Pancasila dan Bahasa Indonesia), mendorong penguatan regulasi Tata Kelola Pendidikan Tinggi (otonomi) perguruan tinggi dalam bentuk atribusi, delegasi, mandat),” lanjutnya.

Baca juga: Direktur P3S:  Pengangkatan 127 ASN di Minut Sudah Prosedural, Jangan Jadikan Komoditas Politik

“Jumlah APBN 2021 yang dialokasikan untuk pendidikan senilai Rp. 550 T rinciannya untuk: 1) pengeluaran dan pembiayaan Rp. 66.4 T (12,1%); 2) Kemendikbud Rp. 81,5 T (14,8%); 3) Kemenag Rp. 55,8 T (10,2%) K/L lainnya Rp. 23,1 T ( atau (4,4 %); 4) Babun Rp. 24,01 T (4,4 %) dan Transfer Daerah Rp. 299.1 T ( 54,4%) dalam bentuk DAU, DAK Non Fisik, DAK Fisik, DAK Otsus, DID), ” jelas Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dr. Abdul Fikih Faqih.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI juga menjelaskan kondisi Kampus Indonesia saat ini. “Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Ringgi Indonesia hanya 34 %, Malaysia APK 50 %, dan Singapura sangat jauh dengan APK saat ini 78%. Penyebabnya kurang meratanya sebaran Perguruan Tinggi dan kualitas Perguruan Tinggi di Indonesia,” jelasnya.

“Selain hal tersebut, yang menjadi sebab antara lain pertama, pola pengajaran pendidikan tinggi Indonesia masih dilakukan dengan menekankan aspek hafalan; kedua, sumber daya finansial perguruan tinggi dan kualitas sumber daya pengajar secara umum masih rendah dan tidak merata; ketiga, komersialisasi pendidikan tinggi di Indonesia tanpa peningkatan kualitas lulusan,” tegas Dr. Abdul Fakih.

Direktur Komunitas Pengembangan Sosial Budaya Agoes Hendriyanto menanyakan bagaimana mensinkronkan antara beberapa kepentingan satu pihak menginginkan “kampus Indonesia menuju top ranking dunia, satu pihak belum adanya roadmap, dan belum meratanya kualitas Pendidikan Tinggi di Indonesia serta, dan pondasi kita yang masih lemah.

“Semua harus kita lakukan secara bersama-sama. Harus kita mulai walaupun kita ambil cara dengan memilih mahasiswa yang unggul untuk dididik agar bisa bersaing secara global dengan kita berikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan international,”  jawab rektor UGM Panut Mulyono

Direktur Vox Populis Institute Indonesia Indra Charismiadji, menjawab, ” bahwa kita seharusnya memberikan fasilitas yang lebih kaitannya dengan kemampuan intelegensi menengah yang terbesar harus kita kasih wadahi dengan gerbong fasilitas yang memadai sehingga mereka mampu untuk bersaing secara global. Semua itu bisa kita lakukan jika sinergisitas semua komponen yang ada, mempunyai komitmen yang untuk menuju Universitas Top Ranking Dunia.web

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru