JAKARTA- Nilai tukar atau kurs rupiah melonjak ke level tertinggi dalam tiga bulan pada Kamis (12/1/2023), sementara nilai tukar mata uang negara-negara berkembang Asia lainnya bervariasi menjelang dikeluarkannya data inflasi AS yang dapat menentukan jalur pengetatan moneter Bank Sentral AS The Fed.
Rupiah menguat hingga 1,2 persen, sehari setelah pemerintah mengatakan sedang meninjau peraturan tentang pendapatan ekspor.
Baca Juga: Kripto Mulai Lesu, Pasca Komentar The Fed
Bank Indonesia (BI) akan meluncurkan instrumen operasi moneter baru untuk menerima tabungan valuta asing eksportir yang diteruskan oleh bank-bank umum lokal, sehingga lebih menarik bagi deposan untuk menyimpan devisa di dalam negeri.
“Selain meningkatkan ketersediaan mata uang asing secara domestik, arus masuk ini akan mendukung mata uang rupiah dan menurunkan biaya pinjaman terkait,” kata Radhika Rao, seorang ekonom senior di Bank DBS, seperti dilansir Reuters, Kamis.
Baht, mata uang Thailand, berbalik arah dan terakhir turun 0,1 persen, bahkan saat kepercayaan konsumen naik selama tujuh bulan berturut-turut di bulan Desember, didorong oleh peningkatan aktivitas ekonomi dan kedatangan turis asing yang lebih tinggi.
Mata uang Filipina, peso, melemah 0,6 persen, sementara harga-harga saham di Manila secara umum naik 1,3 persen.
Baca Juga: Pemerintah Luncurkan Uang Kertas Baru
Gubernur bank sentral Filipina mengatakan ia berharap suku bunga acuan dapat dipotong pada tahun 2024, dan mengindikasikan prospek penurunan persyaratan cadangan bank pada paruh pertama tahun ini.
Dolar AS stabil menjelang dikeluarkannya data inflasi hari ini, yang akan memberikan lebih banyak kejelasan tentang berapa banyak inflasi di ekonomi terbesar dunia itu telah dimoderasi dan bagaimana jalur kenaikan suku bunga.
“Ekspektasi bahwa inflasi AS akan turun lebih rendah dan menunjukkan bahwa inflasi dapat memuncak, sehingga memungkinkan Bank Sentral menurunkan suku bunga dan memberi sedikit dorongan kekuatan bagi mata uang Asia,” kata Chang Wei Liang, pakar mata uang asing dan kredit di DBS Bank.
Baca Juga: Kripto Sedikit Tertahan, Apa Sebabnya?
Tingkat inflasi konsumen tahunan China meningkat pada bulan Desember, didorong oleh kenaikan harga pangan, sementara penurunan tingkat tahunan dalam indeks harga produsen (PPI) melambat pada bulan Desember.
“Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) utama, berdasarkan tahun-ke-tahun, kemungkinan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang karena pemulihan ekonomi. Namun, deflasi IHK dapat berlanjut karena efek dasar dan permintaan yang lemah akibat perlambatan produksi global,” tulis analis di Goldman Sachs.
Editor : Redaksi