Menutup Kran Capres dengan PT 20 %, Koalisi Partai Kebingungan Sendiri

Oleh: Muslim Arbi

Direktur Gerakan Perubahan, Koordinator Indonesia Bersatu 

Baca Juga: Pleno Rekapitulasi Pemilu Tingkat Kota Madiun Diwarnai Protes

JAKARTA (Realita) - Sejak Partai Nasdem umumkan Anies Baswedan sebagai capresnya disusul oleh Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera tergabung dalam Koalisi Perubahan. Tinggal tunggu waktu untuk deklarasi bersama capres yang diusungnya. 

Koalisi lain, selain Koalisi Perubahan pun terbentuk. Koalisi Indoensia Bersatu - KIB, yang terdiri dari Partai Golkar, PPP dan PAN.  Koalisi Indonesia Raya (KIR): Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa. Dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Saat berbagai elemen masyarakat sipil, sejumlah partai dan DPD - Dewan Perwakilan Daerah ajukan Yudisial Review (YR) ke Mahkamah Konsitusi (MK) agar pasal 7 UU Pemilu direvisi agar PT tidak 20%. Tapi agar demokrasi berkualitas MK melalui YR, MK dapat menetapkan PT 0 %. 

Mengapa PT 0%? Itu memungkinkan Calon Presiden tidak dimonopoli oleh partai-partai.yang kuasai parlemen. Tapi perseorangan dapat ajukan diri untuk maju tanpa dibatasi oleh partai atau gabungan partai. 

Dengan demikian, tokoh bangsa seperti: Rizal Ramli, Gatot Nurmantyo, La Nyalla Mattalitti, Habib Rizieq Shihab dapat diajukan sebagai Capres. 

Dan partai - partai yang sudah membentuk koalisi saat ini tidak mengalami kesulitan ajukan capresnya tanpa disekat atau dikekang oleh tokoh-tokoh partai. 

Partai peserta pemilu saat ini yang telah terdaftar sebagai peserta pemilu dapat ajukan capres masing-masing.

Baca Juga: Ahmad Labib Unggul, Golkar Amankan 1 Kursi DPR RI Dapil X Jatim

Dengan demikian, akan terjadi persaingan yang fair dan bebas bagi para capres dari peserta pemilu untuk ajukan capresnya untuk sekaligus meraih kursi terbanyak di parlemen. Itu baru fair. 

Bukan mematok Presidensial Threshold berdasar hasil Pemilu 2019 lalu. Dengan mematok PT 20%, koalisi partai dan partai yang ada tetap kesulitan ajukan capres yang laku dijual. 

Saat ini, meski koalisi partai telah terbentuk: KIB, KIR dan PDIP - Tapi masih lamban dan gamang. Apa karena bingung sendiri? Takut capresnya tidak laku dijual dan partainya kalah di pemilu? 

Nah, melihat gamangnya koalisi partai yang telah terbentuk tapi tidak segera umumkan capresnya, itu bisa dikatakan senjata makan tuannya sendiri.

Baca Juga: Hitung Suara KPU, Perebutan Kursi Dapil III Ponorogo Ketat, Petahana Terancam Tumbang

Keukeuhnya partai-partai penguasa parlemen pertahankan PT 20%, sekarang ini mereka sendiri terjebak dan terjerat oleh jebakan batman yang mereka buat sendiri. 

Dan sekarang ini terlihat dengan kasat mata, malah terduga ada tangan-tangan dari anggota koalisi yang sudah terbentuk dan partai yang belum umumkan capresnya mengganggu capres yang sudah diumumkan oleh Nasdem. Inikan bukan fair play. Menciderai demokrasi itu sendiri. 

Untung bagi Nasdem, yang telah deklarasikan Anies dan akan disusul  Demokrat, dan PKS mengambil langkah cerdas. Nampaknya pilihannya itu sangat menjual. Terlihat dari aksi dan dukungan rakyat ke Anies diberbagai daerah. Sambutan hangat dan meriah. Dan itu pasti akan dongkrak simpati partai pendukung Anies.

Sebaliknya koalisi partai selain koalisi perubahan masih berkutat pada siapa capres yang akan diusung.beby

Editor : Redaksi

Berita Terbaru